Jumat, 02 September 2011

Kotbah Jangkep September 2011

Khotbah Jangkep

BULAN

september - 2011

Daftar isi

Khotbah Jangkep Minggu, 4 September 2011

Pekan Biasa Dua Puluh Tiga (Hijau)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

Firman Menyatakan Kesalahah dan Kebenaran ----- 122

Khotbah Jangkep Basa Jawa

pangandikane gusti nedahaken kesalahan lan kabeneran -127

Oleh Pdt. Wahyu Nirmala

Khotbah Jangkep Minggu, 11 September 2011

Pekan Biasa Ke Dua puluh Empat (Hijau)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

HIDUP untuk TUHAN ----------------------------------------------- 131

Khotbah Jangkep Basa Jawa

Gesang KANGGE gusti ----------------------------------------- 137

Oleh Pdt. Dwi Aryanto

Khotbah Jangkep Minggu, 18 September 2011

Pekan Biasa Ke Dua puluh Lima (Hijau)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

HIDUP BERARTI MEMBERI BUAH ---------------------------------- 140

Khotbah Jangkep Basa Jawa

gESANG NUWUHAKEN WOH ------------------------------------ 147

Oleh Pdt. Dwi Aryanto

Khotbah Jangkep Minggu, 25 September 2011

Pekan Biasa Ke Dua Puluh Enam (Hijau)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

Tuhan MEMIMPIN Hidupku -------------------------------------- 150

Khotbah Jangkep Basa Jawa

GUSTI Pemimpin KULA --------------------------------------------- 156

Oleh Pdt. Uri Christian Sakti Labeti

Khotbah Jangkep Minggu, 4 September 2011

Pekan Biasa Ke Dua Puluh Tiga (Hijau)

FIRMAN MENYATAKAN

KESALAHAN & KEBENARAN

Bacaan I: Yehezkiel 33:7-11; Tanggapan: Mazmur 119:33-40;

Bacaan II Roma 13:8-14, Bacaan III: Injil Matius 18:15-20

Tujuan:

Jemaat menyadari bahwa mengingatkan saudara seiman adalah bagian tugas pelayanan. Kasih harus menjadi dasar ketika kita mengingatkan sesama, sehingga relasi yang baik bisa dipulihkan dalam persekutuan.

v Dasar pemikiran

Saling menjaga dan mengingatkan adalah tugas pelayanan kita. Namun seringkali proses ini malah menimbulkan masalah baru. Kita tidak cukup mempersiapkan diri untuk melakukan itu dan, terlebih lagi, kita seringkali tidak cukup berani untuk melakukannya.

v Penjelasan Tiap Bacaan

Yehezkiel 33:7-11

Yehezkiel diingatkan kembali akan tugas panggilannya sebagai penjaga umat Allah, yaitu mengingatkan Israel untuk bertobat dan kembali kepada jalan Allah. Panggilan ini penting karena berkaitan dengan nyawa (kehidupan kekal). Ketika tugas menjaga/mengingatkan itu tidak dilakukan, Allah akan menuntut tanggung jawab Yehezkiel atas kematian umat-Nya. Namun jika sudah dingatkan tetap tidak bertobat, Yehezkiel diselamatkan oleh tindakannya mengingatkan.

Disini kita belajar, bahwa pada titik tertentu kita juga penjaga akan saudara kita. Bahwa kita memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan, tentu dalam kapasitas kita sebagai manusia yang tidak sempurna juga. Seperti juga Tuhan tegaskan bahwa meski Yehezkiel dipanggil sebagai penjaga, dia tetap manusia. Ini terungkap dengan penggunaan kata “kamu“, yang merujuk pada kefanaan manusia. Dengan demikian kita akan mengingatkan sesama tanpa terjatuh pada penghakiman pada sesama, karena pada hakikatnya kita juga sama sama sebagai orang berdosa.

Mzm 119:33-40

Merupakan ungkapan permohonan Daud supaya senantiasa diajar dan dimampukan untuk selalu hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam proses ini terlihat Daud sangat mengandalkan Tuhan. Jelas dalam kata-kata ajarlah, buatlah mengerti, biarlah, condongkanlah, dst. Semua kata itu menempatkan Allah sebagai yang aktif untuk melakukan perbuatan tersebut.

Roma 13:8-14

Rasul Paulus mengingatkan mengenai kasih sebagai energi yang mendasari setiap usaha untuk melakukan kehendak Tuhan. Rasul Paulus menganggap jemaat Roma tidak terikat lagi pada hukum taurat, melainkan hukum kasih. Namun Rasul Paulus prihatin karena kehidupan jemaat tidak sesuai dengan hukum kasih (ayat 9). Rasul Paulus memberikan petunjuk praktis untuk menjalankan kasih dan menyatakan bahwa hal itu harus dilakukan segera, tidak ditunda lagi.

Injil Matius 18:15-20

Di sini kita menemukan semacam petunjuk praktis mengenai tugas sebagai penjaga yang mengingatkan sesama. Selain itu juga tentang pentingnya persekutuan, sehingga tindakan mengingatkan harus dilakukan dalam persekutuan yang indah.

Harmonisasi bacaan

Manusia rentan melakukan kesalahan. Oleh karena itu Allah menunjuk hamba-Nya untuk menjaga dan mengingatkan umat-Nya. Perkembangan selanjutnya tugas sebagai penjaga harus juga dilakukan oleh semua orang. Terlebih dalam sebuah persekutuan, harus saling mengintakan.

v Khotbah Jangkep

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

S

uatu kali ada seorang pejabat tinggi yang dihadapkan pada sebuah pilihan. Dia harus memilih (tentu karena ada kesempatan) korupsi uang milyaran rupiah, atau tidak. Dia kemudian berpikir keras, menimbang-nimbang, sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukan tindakan korupsi. Pertimbangannya demikian, ”Saya selama ini selalu jujur. Sekali-kali bolehlah korupsi. Apalagi jumlahnya lumayan. Lagipula sebentar lagi saya ‘kan pensiun. Yah, mumpung masih ada kesempatan. Nanti kalau sudah pensiun kan tidak bisa lagi.” Ketika memutuskan melakukan korupsi, dia berpikir bahwa dia harus mencuci uangnya, ”Saya harus memberikan sejumlah uang untuk gereja, supaya saya tidak terlalu berdosa.”

Di sisi lain, gereja tempat dia menjadi jemaat sedang membangun dan tentu membutuhkan dana yang besar. Uang sumbangan pejabat itu jumlahnya besar. Tentu akan sangat berguna. Namun di sisi lain pendeta dan jemaat tahu bahwa uang itu adalah hasil korupsi. Nah, bagaimana ini? Diterima atau tidak? Uang itu dibutuhkan. Kalau ditolak, tidak enak juga. Soalnya dia pejabat penting dan anggota jemaat yang aktif. Nanti tersinggung. Sementara kalau harus menolak bagaimana caranya?

Seandainya kita ada dalam posisi jemaat itu kira-kira apa keputusan kita? Sebenarnya kita sudah tahu harus bagaimana, tetapi tentu yang harus menjadi pertimbangannya adalah cara kita melakukannya supaya semua berakhir dengan baik. Pejabat itu menyadari kesalahannya dan tetap mau bersekutu sebagai anggota jemaat. Kira kira bagaimana ya?

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Dalam bacaan pertama kali ini, Yehezkiel diingatkan mengenai tugas panggilannya sebagai abdi Allah yang menjaga umat-Nya. Bahkah Yehezkiel diingatkan akan pentingnya tugas itu. Tugas itu menyangkut kehidupan. Mengingatkan adalah sebuah upaya menyelamatkan kehidupan umat Allah supaya mereka tidak binasa karena dosanya. Bukan hanya itu saja, perbuatan mengingatkan itu juga terkait dengan kehidupan Yehezkiel sendiri. Jika Yehezkiel tidak mengingatkan orang yang berdosa, Allah akan menuntut tanggung jawabnya.

Dari situ kita juga disadarkan bahwa menjadi tugas kita pula untuk mengingatkan sesama kita supaya selalu ada di jalan Tuhan. Mengingatkan tidak boleh diartikan sebagai sebuah hirarkis, bahwa yang mengingatkan lebih tinggi atau lebih baik. Proses mengingatkan harus dilakukan dalam kesadaran bahwa kita sendiri berpotensi melakukan kesalahan yang sama. Hal ini menjaga supaya kita tidak terjatuh pada penghakiman pada sesama kita. Sama seperti kesadaran Daud yang senantiasa mengharapkan Allah mengajar dan memelihara kehidupan imannya supaya tetap dijalan Allah.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Tindakan mengingatkan bukan hal yang mudah. Salah salah niat baik kita bisa menjadi persoalan baru. Untuk menjaga supaya tidak justru menghasilkan hal yang buruk, kita harus memperhatikan beberapa hal. Pertama-tama, mengingatkan saudara harus didasarkan pada kasih. Kepada jemaat Roma Rasul Paulus mengingatkan mengenai kasih sebagai energi yang harus mewarnai setiap tindakan keseharian. Oleh karena itu kasih harus dilajankan dalam sebuah strategi perbuatan praktis. Paulus menghubungkan hukum taurat dan hukum kasih Tuhan. Bagi Paulus, jemaat Roma tidak lagi terikat pada hukum Taurat, melainkan hukum Kasih. Namun Rasul Paulus merasakan keprihatinan karena kehidupan jemaat tidak sesuai dengan hukum kasih. Hal itu tampak dalam pelaksanaan tindakan yang sudah dikenal dalam hukum taurat, misalnya, perzinahan, pembunuhan, dst (ayt 9). Dengan demikian Rasul Paulus memberikan petunjuk praktis untuk menjalankan kasih. Kasih harus dilakukan dalam tindakan nyata yang sudah dikenal jemaat ada dalam hukum Taurat. Namun Rasul Paulus meberikan penekanan, bahwa hal itu jangan dilakukan hanya sebagai ketaatan semu pada (hukum) pemerintah, tetapi suatu tindakan yang muncul dari sumber kasih yang ada dalam hidup manusia. Begitu pula dalam melakukan panggilan kita mengingatkan sesama, harus didasari dengan kasih yang sesungguhnya.

Lantas bagaimana kita bisa mengingatkan dengan kasih? Mungkin hati kita memang dipenuhi dengan kasih ketika kita mengingatkan sesama. Namun itu saja belum cukup. Kasih tetap harus dilakukan dengan strategi yang benar. Kasih harus memperhatikan aspek psikologi, waktu, dan situasi.

Dalam Injil Matius kita diberikan petunjuk praktis. Sebagai usaha pertama, mengingatkan harus dilakukan secara empat mata. Seandainya belum berhasil, baru melibatkan orang lain. Di sini terlihat aspek kerahasiaan dan adanya penghargaan atas integritas sesorang. Jangan sampai suatu masalah menjadi konsumsi publik. Apalagi dalam budaya Jawa yang sangat terikat dengan budaya malu. Sedikit mungkin orang yang terlibat akan semakin baik untuk menyelesaikan masalah. Seandainya perlu melibatkan orang lain kita juga harus sangat berhati-hati memilih orang. Kalau sudah menyangkut malu, aib yang diketahui orang, akan menjadi sangat sulit untuk memulihkannya.

Oleh karena itu, dalam konteks persekutuan, tujuan akhir yang harus dipegang adalah pulihnya relasi setiap orang dalam sebuah persekutuan. Hal ini nampak dalam Injil Matius. Di situ dijelaskan mengenai persekutuan. Persekutuan yang melibatkan dua orang atau lebih akan lebih bisa menguatkan kehidupan kita. Bukan hanya tentang permintaan pada Tuhan, tetapi juga mengenai persekutauan dua orang atau lebih yang bisa saling mengingatkan satu dengan yang lain

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Hari ini kita dingatkan kembali akan tugas panggilan kita dalam persekutuan bersama, yaitu kita adalah pengingat untuk sesama kita. Kita memiliki tanggung jawab untuk saling menjaga kehidupan persekutuan kita bersama. Kita diingatkan cara mengingatkan dengan kasih. Kita diingatkan untuk selalu sadar akan keberadaan diri kita yang sama-sama memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa, sehingga ketika kita mengingatkan sesama, kita tidak terjatuh pada penghakiman. Ketika kita melakukannya karena kasih, kita pun menjaga kesederajatan dalam persekutan yang telah lebih dulu menerima pengampunan dan kasih Tuhan. Selamat saling menjaga. Tuhan menolong kita. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah :

Petunjuk Hidup Baru :

Nats Persembahan :

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembuka :

Nyanyian Penyesalan :

Nyanyian Kesanggupan :

Nyanyian Persembahan :

Nyanyian Penutup :

Khotbah Jangkep Minggu, 4 September 2011

Pekan Biasa Kaping Tiga Likur (Ijo)

Pangandikanipun gusti

nedahaken KESALAHAN lan KaBENeRAN

Waosan I: Yehezkiel 33:7-11; Tanggapan: Jabur 119:33-40;

Waosan II: Rum 13:8-14, Waosan III: Injil Mateus 18:15-20

Tujuan:

Pasamuwan paham bilih paring pemut sadherek patunggilan engkang nggadhahi lepat, menika salah satunggiling tugas kita. Katresnan kedah dados dhasar engkang kita tengenaken, saengga sesambetan engkang sae saged mulihaken adeging pasamuwan.

v Khotbah Jangkep

Pasamuwan kinasih,

W

onten pejabat ingkang dipun aben-ajengaken dhateng satunggaling pilihan. Piyambak-ipun ing satengahing kawontenan ingkang ndayani nindakaken korupsi. Piyambakipun bingung, milih korupsi punapa boten. Tundhonipun, piyambakipun milih nindakaken korupsi kanthi pamanggih, “Aku yo durung nate korupsi kok, nembe pisan iki. Apa maneh sedhela maneh aku wis arep pensiun, mosok nyambut gawe jujur terus”. Piyambakipun sasampunipun korupsi ugi gadhah pangraos “Wah, kudu cuci uang iki, dosane ben ora kakehan, aku kudu pisungsung“. Nah!... Estu piyambakipun lajeng pisungsung kathah saking arta korupsi kalawau.

Ing sisih sanes pasamuwanipun bapak pejabat punika saweg nindakaken pembangunan lan renovasi gedhong Gereja. Arta pisungsung pejabat kala wau temtunipun saestu dipun betahaken. Pasamuwan pirsa bilih punika hasil korupsi. Nah, kados pundi punika? Dipun tampi punapa boten? Pasamuwan pancen betah arta, punapa malih menawi boten dipun tampi, sami ajrih menawi pejabat punika duka. Harus bagaimana ini?

Pasamuwan kinasih,

Kita minangka pasamuwan lajeng punapa ingkang badhe kita tindakaken? Sejatosipun kita sampun sumerep punapa ingkang kedah kita pilih. Nanging ingkang kedah dipun penggalihaken inggih punika kadospundi nindakaken pilihan punika supados sedayanipun saged sae. Pejabat kala wau boten duka lan malah saged nglengganani kalepatanipun.

Pasamuwan kinasih,

Ing waosan ingkang sepisan kita dipun-engetaken timbalan kita supados saged njagi lan ngemutaken sedherek kita ingkang dhumawah ing dosa supados saged mratobat. Ing waosan punika, Yehezkiel dipun-engetaken peladosanipun anggenipun njagi lan ngemutaken bangsa Israel. Bab ngemutaken lan njagi punika dipun gandhengaken kaliyan prakawis gesang, inggih punika kados pundi Yehezkiel njagi keslametan gesanging bangsa Israel, supados bangsa Israel boten sirna karana tumindak dosanipun. Langkung malih, kewajibanipun Yehezkiel ngemutaken bangsa Israel punika ugi sesambetan kaliyan gesangipun piyambak, awit Gusti badhe mundhut tanggel-jawabipun Yehezkiel anggenipun ngemutaken bangsa Israel ing dosanipun punika dipun tindakaken punapa boten.

Ngemutaken sedherek utawi sesami punika pancen sampun dados kewajiban kita sedaya ing satunggaling pasamuwan, supados sedaya pasamuwan tansah gesang ing salebeting kasetyan ing Gusti, tinebihaken saking sedaya tumindak nasar lan dosa. Tumindaking emut-ingemutaken punika kedahipun boten dados wujuding hirarkis, bilih ingkang ngemutaken punika langkung sae lan langkung inggil papanipun tinimbang ingkang dipun emutaken. Nalika kita ngemutaken tiyang sanes, kedahipun kita inggih ing salebeting pangertosan bilih sejatosipun kita punika ugi saged dhumawah dhateng dosa ingkang sami. Kanthi mekaten kita boten ngemutaken kanthi njeksani sesami kita, awit kita rumaos minangka tiyang dosa. Kados Dawud ingkang tansah nyenyuwun dhateng Gusti supados tansah memulang, lan njagi gesang kapitadosinipun tetep ing marginipun Gusti.

Pasamuwan kinasih,

Ngemutaken punika pancen sanes prakawis ingkang gampil. Menawi klentu ing panampi malah saged nuwuhaken dredah. Awit saking punika, ngemutaken kedah dipun landhesi katresnan. Katresnan punika mujudaken kekiyatan ingkang ndayani sedaya tumindak gesang kita, kalebet anggen kita ngemutaken sesami kita. Katresnan ugi kedah dipun tindakaken mawi cara lan tumindak ingkang leres. Rasul Paulus nggandhengaken bab nindakaken katresnan punika kaliyan angger-angger Toret. Sanadyan pasamuwan ing Rum dipun kuwaosi angger-anggering Toret, nanging dipun kuwaosi angger-angger katresnan, nanging kados pundi angger-angger katresnan punika dipun tindakaken saged dipun ukur kanthi tumindak ingkang ugi sampun dipun serat ing angger-angger Toret. Kanthi kaukur dening angger-angger Toret, cetha bilih gesanging pasamuwan ing Rum punika saestu boten nuhoni kersanipun Gusti. Laku jina, raja pati lsp., kelampahan ing pasamuwan ing Rum (ayat 9). Ing kawontenan punika, Paulus nedahaken bilih katresnan punika kedah dipun tindakaken kanthi tulus ing gesang padintenan. Katresnan sanes namung wujud kasetyan igkang lamis dhateng pamarintah, nanging dados kekiyatan ingkang ndayani sedaya tumindaking pasamuwan ing Rum. Mekaten ugi ing salebeting ngemutaken sesami, kedah dipun landhesi katrenan ingkang tulus.

Lajeng kados pundi kita nindakaken prakawis punika, ngemutaken kanthi tresna. Bok menawi manah kita sampun kebak ing katresnan, nanging punika dereng cekap. Ngemutaken kanthi katresnan ugi kedah dipun tindakaken kanthi cara ingkang trep ugi. Prelu nggatosaken perangan raos-pangraos, wekdal lan kahanan. Ing waosan Mateus bab punika sampun cetha, bilih nalika kita badhe ngemutaken sesami, kita wiwiti kanthi pirembagan empat mata. Nalika punika dereng kasil nembe kita nyuwun pitulunganipun tiyang sanes. (saksi, pasamuwan lsp). Rahasia/wadi dados bab ingkang wigati sanget, masalah ingkang kelampahan sampun ngantos dados konsumsi publik, awit punika saged nuwuhaken raos lingsem tumrap sedherek kita punika. Lan menawi sampun mekaten, manahipun badhe tatu, kecalan kapitadosan dhateng kita lan angel anggenipun badhe dipun-emutaken malih. Pramila ngemutaken sedherek ingkang lepat punika kedahipun matesi tiyang ingkang tumut cawe-cawe. Langkung sakedhik tiyang langkung sae. Mila, menawi empat mata dereng kasil, anggen kita milih tiyang sanes kangge tumut ngemutaken kedah ngatos-atos saestu. Kedah tiyang ingkang saged nyimpen wadi. Temahan anggen kita ngemutaken saged njalari sedherek kita punika wangsul lan ngrumaosi lepat kanthi tentrem, temahan pasamuwan kita ugi kabangun langkung sae malih.

Pasamuwan kinasih,

Sepisan malih kita kedah kengetan, bilih kita punika sami katimbalan njagi gesangipun sesami kita ing pasamuwan, sami anggenipun njagi lan ngemutaken menawi wonten ingkang lepat. Temah pasamuwan kita saged kawangun lan ngrembaka ing salebeting raos tentrem rahayu. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat :

Pitedah Gesang Enggal :

Nats Pisungsung :

v Rancangan Kidung Pamuji :

Kidung Pambuka : KPK

Kidung Panelangsa : KPK

Kidung Kesanggeman : KPK

Kidung Pisungsung : KPK

Kidung Penutup : KPK

Khotbah Jangkep Minggu, 11 September 2011

Pekan Biasa Ke Dua Puluh Empat (Hijau)

Hidup untuk Tuhan

Bacaan I: Kejadian 50:15-21; Tanggapan: Mazmur 103:1-7, 8-13

Bacaan II Roma 14:1-12; Bacaan III: Injil Matius 18:21-35

v Dasar Pemikiran

Manusia mempunyai kecenderungan menjalani hidup dengan seenaknya. Aturan atau larangan cenderung dilanggar. Padahal manusia diciptakan dengan tugas mulia, yaitu menjalani hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Dengan tantangan dari dalam ataupun luar, manusia diajak untuk menjalani hidup untuk Tuhan.

v Keterangan Tiap Bacaan

Kejadian 50;12-21

Setelah kematian Yakub, saudara-saudara Yusuf merasa khawatir akan menerima balas dendam karena perbuatan buruk mereka pada masa lalu Yusuf. Namun Yusuf memahami bahwa pembalasan adalah hak Tuhan. Ayat 19 menegaskan hal ini. Ia tidak membalas kejahatan saudara-saudaranya itu, sebaliknya justru mengingatkan bahwa semuanya itu ada dalam rencana Tuhan yang indah (ayat 20). Yusuf mengampuni saudara-saudaranya.

Mazmur 103:1-13

Mazmur 103 ini merupakan Mazmur pujian yang mengungkapkan betapa Allah adalah Mahapengasih, Mahakudus, dan Mahapengampun. Seringkali dalam kesalahan umat lari dari Tuhan karena malu dan takut. Padahal Tuhan adalah Allah yang tidak pernah menyimpan setiap kesalahan manusia. Terutama untuk setiap mereka yang takut akan Dia dan bersedia menjalani hidup baru dalam pertobatan.

Roma 14:1-12

Jemaat Roma terbagi menjadi dua. Sebagian percaya bahwa di dalam kebebasan Kristen semua larangan lama mengenai makanan dan hari-hari sudah dibuang. Sebagian lagi masih memegangnya. Rasul Paulus menyebut yang pertama sebagai kuat imannya dan yang kedua lemah. Namun Rasul Paulus meminta kepada saudara-saudara yang lebih kuat untuk menerima yang lebih lemah dan tidak tidak terus-menerus menyerang mereka.

Matius 18:21-35

Perumpamaan ini menggambarkan tentang seberapa jauh (bukan serinnyaa) orang harus mengampuni. Kasih Allah yang begitu besar digambarkan sebagai 10.000 talenta, angka yang tidak realitstis dalam cerita manusia, tetapi mempertajam besarnya dosa manusia dan pengampunan Allah. Orang yang tidak mengampuni tidak menerima pengampunan Allah. Orang yang menerima pengampunan Allah akan membuktikan rasa terima kasihnya dengan mengampuni sesamanya.

Renungan atas bacaan

Dalam perenungan kali ini kita diajak untuk hidup bagi Tuhan. Yusuf yang mau mengampuni saudara-saudaranya menunjukan betapa dia bukan Tuhan. Dia hanya berjalan sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Keinginan untuk membalas dendam bukan merupakan pilihan yang diambil oleh Yusuf. Tuhan yang lebih berhak atas setiap perkara yang dijalani oleh umat-Nya.

Dalam menghadapi keanekaan di jemaat Roma, Rasul Paulus mengingat kan supaya jangan saling menghakimi sesama. Ada yang pemikirannya masih legalis ada yang sudah sudah memahami kebebasan Kristen secara lebih jauh. Semuanya itu bertujuan untuk menjalani hidup sesuai dengan kehenak Tuhan, sehingga tidak perlu saling menghakimi satu dengan yang lain.

Penghukuman ataupun penghakiman itu merupakan hak Allah. Dalam perumpamaan di Injil Matius diungkapkan betapa manusia harus mengasihi sesamanya tanpa batasan. Kasih Allah yang mengalir dalam hidup manusia juga tanpa batas. Sudah selayaknya manusia hidup menjalani kehendak Tuhan karena Dialah sumber kasih karunia kita.

Harmonisasi bacaan leksionari

Yusuf memberikan pengampunan kepada saudara-saudaranya karena dia sadar bahwa Allahlah yang berhak atas hidup mereka. Kepada Jemaat di Roma, Rasul Paulus menekankan bahwa tidak ada yang berhak menghakimi sesama. Matius mengungkapkan bahwa Allah Maha-pengampun, sehingga manusia harus pula saling mengampuni.

Pokok dan arah pewartaan

Karena Allah yang punya hidup kita ini, maka selayaknyalah kita berjalan di dalam jalan Tuhan. Jalan pengampunan dan menghargai manusia sebagaimana mereka segambar dan serupa dengan Allah.

v Khotbah Jangkep

Jemaat yang dikasihi Tuhan

M

enurut Maxwell, dalam buku Etika Bisnis, ada tiga hal yang cenderung dilakukan oleh manusia di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya, satu hal di antaranya ialah Orang akan berbuat apa yang paling leluasa bisa dibuatnya.

Ketika seseorang diperhadapkan kepada dilema, kadang-kadang dia akan diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan menyangkut suatu prinsip atau praktek moral. Dalam kondisi seperti ini, kita cenderung mencari jalan yang paling mudah dan menyenangkan untuk kita, meskipun kita gagal dalam ujian etis pribadi.

Contoh sederhana yang mungkin pernah dialami oleh setiap orang adalah saat berbelanja di supermarket. Setelah melakukan transaksi pembayaran, seringkali tanpa menghitung uang kembalian, kita langsung beranjak dari tempat itu. Sesampai di mobil atau di rumah dan menghitung jumlah pengeluaran dari belanja tadi, kita tahu bahwa jumlah kembalian yang dikeluarkan oleh kasir ternyata berlebih. Apakah yang akan kita lakukan? Kita akan mengembalikannya atau mendiamkannya saja? Kita cenderung untuk merasionalisasikan pilihan kita, ”Ah, hanya kali ini saja. Paling juga mereka tidak tahu.”

Demikian pula sepanjang pola hidup yang kita jalani, kita selalu mempunyai kecenderungan untuk membenarkan tindakan-tindakan dan keputusan kita, meski seringkali salah. Meskipun mungkin masih ada satu dua orang yang bertahan dengan pola hidup yang baik. Pembenaran akan tindakan salah yang kita lakukan seringkali kita lakukan karena kita merasa layak dan pantas untuk melakukannya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Dalam bacaan kita yang pertama diungkapkan mengenai Yusuf, seorang Raja Muda di Mesir tidak mau mengambil kesempatan untuk membalaskan sakit hatinya kepada saudara-saudaranya. Perilaku saudara-saudaranya yang pernah menyakitinya, baik secara fisik maupun mental, tidak membuat Yusuf mencari kesempatan untuk membalas dendam. Ada ungkapan negatif yang berkata ”Pembalasan harus lebih kejam dari perbuatan jahat seseorang”. Maksudnya orang akan merasa puas ketika berhasil membalas dendam pada orang yang pernah berbuat salah padanya. Yusuf telah dijual demi kepuasan hati kakak-kakak yang iri kepadanya. Ia harus berpisah dengan bapa yang dikasihinya. Dari seorang anak yang dilindungi, secepat kilat ia harus menyesuaikan diri untuk bekerja keras menaati peraturan bagi budak. Yusuf mengalami semua itu di Mesir. Kini kakak-kakkanya sudah tak memiliki ”tempat berlindung”. Ayah mereka telah meninggal. Dalam ketakutan, mereka memohon agar Yusuf sudi mengampuni, bahkan demi pengampunan itu mereka siap menjadi budak Yusuf (ayat 18). Namun justru Yusuf menjawab ”Aku inikah pengganti Allah?” (ayat 19). Yusuf yang keseluruhan hidupnya sudah diabdikan untuk Allah tentu tidak lagi memandang pembalasan dendam sebagai hal yang penting dalam hidupnya. Bukan lagi keinginan daging yang berjalan di dalam diri Yusuf, tetapi jalan Tuhan yang sudah menjadi pilihannya. Semua yang terjadi dalam diri Yusuf dikatakannya sebagai rencana Tuhan yang indah (ayat 20). Duka nestapa yang pernah Yusuf alami dijadikan petunjuk bahwa hidup di jalan Tuhan akan senantiasa mendapatkan pertolongan-Nya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Ungkapan pemazmur juga semakin menguatkan kita bahwa Tuhan itu Mahapengampun yang tidak pernah menyimpan kesalahan umat-Nya. Refleksi dari pemazmur ini memampukan kita untuk menyadari betapa Tuhan kita Mahapengampun. Mengapa kita, para pengikut-Nya, seringkali bertindak sebagai hakim atas sesama?

Perkara itu juga yang sedang dihadapi Rasul Paulus dengan jemaatnya di Roma. Jemaat Kristen di Roma terbagi menjadi dua bagian. Sebagian masih menjalani larangan-larangan dari hukum Taurat. Sebagian yang lain sudah meninggalkannya dan menjalani iman Kristen yang sesungguhnya dalam kemerdekaan sebagai orang percaya. Rasul Paulu menyebut yang pertama sebagai lemah iman dan yang kedua sebagai yang lebih kuat. Rasul paulus mengingatkan orang-orang yang telah kuat iman supaya bisa lebih menerima saudara-saudara yang lemah iman dan tidak terus menerus menyerang dengan pemahaman mereka masing masing. Sebab dengan menjalani hukum-hukum atau tidak, tujuan mereka sama, yaitu hidup untuk Tuhan dan berjalan di dalam jalan-Nya. Caranya saja yang berbeda. Perbedaan yang ada bukan kesempatan untuk saling menyerang atau saling menghakimi.

Bacaan kita dalam Matius 18:21-35 berbicara lebih dalam lagi tentang larangan untuk menghakimi sesama. Ketika ada sesorang yang berbuat salah kepada kita, perumpamaan ini mengajarkan untuk bisa memberikan pengam punan yang tak terbatas. Ada orang mengungkapkan ”Sabar itu ada batasnya…” Tentu saja ini ungkapan yang aneh. Kalo sabar ada batasnya tentu itu belum sabar namanya. Perumpamaan tentang pengampunan mengungkap kan mengenai mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Hal ini bukan mengenai seringnya atau jumlah mengampuni, melainkan jauhnya. dan ketulusannya.

Kasih Allah yang begitu besar juga digambarkan dalam perumpamaan ini. 10.000 talenta adalah angka yang tidak realistis dalam cerita manusia. Namun angka itu mempertajam besarnya dosa manusia dan pengampunan Allah. Inti dari perumpamaan ini adalah bahwa orang yang tidak mengampuni tidak menerima pengampunan Allah. Orang yang mendapat pengampunan dari Allah karena tindakan yang telah dilakukan oleh Kristus akan membuktikan rasa terima kasih dan ketergantungannnya kepada Dia dalam perlakuannya terhadap orang lain.

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Hidup untuk Tuhan ternyata bukan perkara yang mudah untuk kita jalani. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan kerelaan untuk menerima sesama apa adanya menjadi perkara yang mutlak ketika kita memilih jalan hidup cara Kristus. Dari bacaan kita hari ini, kita bisa belajar beberapa hal, yaitu:

± Jangan berjalan dengan keinginan hati kita. Biarkan Tuhan yang merancang setiap langkah hidup kita, seperti Yusuf yang menyerahkan semua jalan hidupnya pada rencana Tuhan.

± Yakini bahwa Tuhan itu Mahapengampun. Dengan demikian kita, umat-Nya, dituntut untuk bisa hidup dengan mengampuni sesama kita.

± Jika ada saudara-saudara kita yang lebih lemah iman atau pandangan imannya berbeda dengan kita, jangan menghakimi mereka. Mereka pasti mempunyai alasan menjalani cara hidup yang mereka pilih. Jangan merasa lebih baik dari mereka karena kita pun pasti mempunyai kekurangan dan kelemahan.

± Hidup untuk Tuhan juga berarti rela memberikan pengampunan kepada setiap orang yang bersalah kepada kita. Ingat doa yang sering kita ucapkan, ”Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kami” Hal ini bukan mengenai seberapa seringnya kita mengampuni, tetapi seberapa tulus pengampunan yang kita berikan. Tentu saja pengampunan yang dimaksudkan adalah yang tanpa syarat. Jangan menjadi hakim atas sesama kita.

Demikianlah beberapa hal yang bisa pelajari sat ini.Kiranya berkat kasih karunia Kristus memampukan kita menjadi pelaku pelaku firman-Nya. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Matius 18 : 3-5

Petunjuk Hidup Baru : Matius 18 : 21-22

Nats Persembahan : Matius 18 : 18

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembukaan : KJ 1 : 1-2

Nyanyian Penyesalan : KJ 29 : 1-3

Nyanyian kesanggupan : KJ 40 :1-4

Nyanyian Persembahan : KJ 66 : -...

Nyanyian Penutup : KJ 54 : 1,3,4

Khotbah Jangkep Minggu, 11 September 2011

Pekan Biasa Kaping Sekawan Likur (ijo)

Gesang Kangge Gusti

Waosan I: Purwaning Dumadi 50:15-21; Tanggapan: Jabur 103: 1-7, 8-13; Waosan II: Rum 14 : 1-12; Waosan III: Injil Matius 18: 21–35

v Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing Gusti Yesus Kristus

M

iturut satunggaling winasis inggih punika Maxwell wonten ing buku etika bisnis, dipun-cariyosaken bilih wonten tigang prakawis ingkang asring dipun tindakaken dening manungsa nalika badhe nemtokaken putusan wonten ing gesangipun. Salah satunggal prakawis inggih punika: Tiyang badhe nindakaken punapa ingkang paling gampil saged dipun tindakaken; nalika satunggaling piyantun dipun-aben-ajengaken kaliyan pilihan ingkang awrat lan boten ngremenaken, piyantun punika badhe pados margi ingkang paling gampil lan ngremenaken. Satunggaling tuladha: nalika kita blanja wonten supermarket, sasampunipun mbayar, kita nampi arta susuk saking kasir, lajeng tanpa dipun etang kita wangsul. Ananging sasampunipun dumugi griya lan ngetang arta susuk punika pranyata artanipun langkung kathah kaliyan ingkang kedahipun kita tampi saking kasir. Punapa ingkang badhe kita tindakaken? Dipun-wangsulaken dhateng supermarket utawi kita namung mendel kemawon. ”Wah boten punapa wong namung sepisan punika?” Paling kasiripun boten sumerep. Mekaten ing sauruting lampah gesang ingkang kita tindakaken, kita asring nggadahi pemanggih ngleresaken tumindak-tumindak kita, sanadyan asring boten leres. Ngleresaken tumindak punika asring kita tindakaken amargi kita rumaos pantes nindakaken prakawis punika.

Pasamuwan ingkang kinasih

Wonten ing waosan kita ingkang sapisan dipun-andaraken bilih Yusuf, Senopati wonten ing Mesir boten purun ngginakaken wekdal aji mumpung kangge males raos serik wonten ing manahipun dateng para sadherekipun. Tumindakipun sadherekipun Yusuf ingkang sampun nate damel sakit sacara badan makaten ugi batin, boten ndadosaken Yusuf kepengin males. Yusuf ingkang suwau dipun sade amargi sadherekipun ingkang sami meri dateng tumindakipun tiyang sepuh ingkang boten adil. Sajatinipun Yusuf nggadahi wekdal kangge malesaken prakawis punika. Ananging Yusuf ingkang sedaya gesangipun sampun kapasrahaken dhateng Gusti boten ngraosaken bilih pamales punika prakawis ingkang wigati ing gesangipun. Sanes pepenginaning daging ingkang wonten ing manahipun Yusuf, ananging marginipun Gusti ingkang dados pilihan gesangipun Yusuf. Sedaya ingkang lumampah wonten ing gesangipun dipun raosaken minangka prekawis ingkang endah (ayat 20)

Pasamuwan ingkang Kinasih

Swantenipun sang pemazmur sangsaya ngiyataken kita bilih Gusti punika Gusti ingkang nresnani manungsa, Gusti ingkang kebak pangapunten, ingkang boten nate nyimpen kalepatan umatipun. Pangraosipun juru mazmur punika paring pepenget dumateng kita bilih Gusti punika kebak pangapunten, ananging kenging punapa kita para kagunganipun asring dados hakim tumrap sesami ?

Prakawis punika ingkang saweg dipun raosaken dening rasul Paul ing Rum. Pasamuwan Rum kaperang dados kalih perangan: wonten ingkang taksih nindakaken awisan lan toret, wonten ingkang sampun nindakakaen gesang tata Kristen saleresipun, wonten ing kamardikan minangka tiyang pitados. Rasul Paul ngengetaken supados saged nampi para sadherek ingkang dereng kiyat kapitadosanipun lan boten nyerang pemanggih saking sadherek ingkang dereng kiyat imanipun punika. Amargi kanthi nindakaken paugeraning toret utawi boten, eneripun punika sami, inggih punika lumampah wonten ing marginipun Gusti, gesang kangge Gusti, ananging ngginakaken pranatan ingkang beda. Pamanggih ingkang boten sami, sanes wewengan kangge ngawonaken lan njeksani sesami.

Pasamuwan ingkang kinasih

Waosan kita wonten ing injil Mateus ngandharaken prakawis ingkang langkung lebet, babagan njeksani sesami. Nalika wonten tiyang ingkang tumindak lepat kita kedah paring pangapunten kanthi boten wonten watesipun. Waosan punika boten namung ngandharaken babagan cacahipun pangapunten ananging kadospundi kita paring pangapunten kanthi tulusing manah. Sih-rahmatipun Gusti ingkang tanpa wates dipun-andharaken wonten ing waosan punika.

Pasamuwan ingkang Kinasih

Gesang lumadi kagem Gusti punika pranyata sanes prakawis ingkang gampil dipun-tindakaken, pasrah sumarah dumateng Gusti lan rila nampi sesami punapa wontenipun punika dados prakawis ingkang kedah kita tindakaken nalika milih cara gesang kados Sang Kristus. Saking waosan kita dinten punika, kita saged sinau sawetawis bab ingkang wigati, kadosta ;

1. Sampun ngantos lumampah namung ngginakaken pepenginan kita piyambak, sumarah dhumateng Gusti lan karsanipun ingkang damel rancangan tumrap lampah gesang kita, kados Yusuf ingkang masrahaken sadaya lampah gesangipun dhateng Gusti.

2. Gusti punika kebak pangapunten, pramila kita umatipun dipun-atag saged gesang ingkang kebak pangapunten dhateng sesami.

3. Menawi wonten sedherek ingkang nggadhahi pemanggih ingkang beda, gegayutan kaliyan kapitadosanipun, sampun ngantos kita njeksani. Sampun rumaos langkung sae lan langkung prayogi tinimbang sadherek kita punika.

4. Gesang loumadi kagem Gusti, punika ateges rila paring pangapunten kangge sedaya tiyang ingkang nggadhahi kalepatan dhateng kita. Boten babagan cacahipun kita paring pangapunten, ananging kados pundi kita paring pangapunten kanthi tulusing manah.

Punika sawatawis bab ingkang wigati ingkang saged kita tindakaken nalika kita milih margi gesang kagem Gusti kita. Amin

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat : Matius 18 : 3-5

Pitedah Gesang Anyar : Matius 18 : 21-22

Pangatag Pisungsung : Matius 18 : 18

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 28 : 1-5

Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 47 : 1-2

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 75 : 1-2

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 23 : 1...

Kidung Panutup : KPK BMGJ 167 :1-2

Khotbah Jangkep Minggu, 18 September 2011

Pekan Biasa Ke Dua Puluh Lima (Hijau)

Hidup Berarti Memberi Buah

Bacaan I : Yunus 3:10-4:11;Tanggapan: Mazmur 145:1-8

Bacaan II: Filipi 1:21-30, Bacaan III: Injil Matius 20:1-16

v Dasar Pemikiran

Kehidupan orang percaya selalu diperhadapkan kepada pilihan untuk terus berbuah atau berhenti dan menikmati hidup ini untuk dirinya sendiri. Buah yang dihasilkan seseorang muncul karena kasih karunia Tuhan. Meski kadang kita menilai anugerah Tuhan itu tidak adil karena keadilan Tuhan tidak terjangkau oleh olah pikir manusia.

v Keterangan Tiap Bacaan:

Yunus 3:10-4:11

Perkiraan Yunus bahwa Tuhan akan mengampuni Niniwe benar-benar terjadi. Yunus merasa marah. Dalam kemarahannya, Yunus diberi pencerahan melalui pohon jarak yang disukainya sekalipun bukan ia yang menumbuhkan. Kasih Tuhan kepada Niniwe melebihi hal itu. Kasih-Nya tampak saat Tuhan mengampuni Niniwe, bangsa yang mau berbuah pertobatan.

Mazmur 145:1-8

Daud Sang Pemazmur mengungkapkan betapa besarnya kasih Tuhan kepada setiap angkatan dan generasi usia yang memiliki pergumulan berbeda-beda. Kasih Tuhan dirasakan dalam bentuk dan cara yang berbeda-beda pula. Kesaksian atas kasih Tuhan diungkapkan dalam sebutan-sebutan sebagai Allah yang adil (ayat 7), pengasih dan penyayang (8a), serta sabar dan setia (8b). Allah diagungkan karena karya yang dirasakan oleh manusia.

Filipi 1:21-30

Menyatakan bahwa pemenjaraan dirinya membantu kemajuan Injil karena Kristus diberitakan di mana pun ia berada. Ia tahu hanya ada dua kemungkinan, yaitu bebas dari penjara atau mati. Namun dengan mengaca pada masa lalu dan kini, ia bersukacita. Kesaksian ini menguatkan jemaat di Filipi untuk terus mewartakan kasih karunia Allah sebagai buah pelayanan untuk Tuhan, seperti Rasul Paulus yang walaupun dipenjara tetap berbuah.

Injil Matius 20:1-16

Secara matematis, perumpamaan ini tidak adil. Namun keadilan Tuhan tidak bisa diukur dengan hitungan manusia. Anugerah Tuhan tidak bisa diperhitungkan seperti upah. Setiap orang mencapai tingkatan moral dan rohani yang berbeda-beda. Namun tidak ada yang berhak menuntut lebih dari yang Tuhan berikan kepadanya. Tuhan memberikan sesuai janji-Nya (ayat 13). Tuhan memiliki kebebasan dan kedaulatan untuk melakukan yang berkenan kepada-Nya.

Renungan atas bacaan

Dalam bacaan pertama terungkap betapa Tuhan Mahapengasih. Sejahat apapun Ninewe, tetapi karena pertobatan yang mereka lakukan Tuhan tidak jadi memberikan penghukuman atasnya. Justru Yunus yang protes tentang hal ini. Dia merasa pewartaannya sia-sia karena ternyata Tuhan lebih memilih mengampuni Niniwe daripada menghukumnya. Panggilan kepada Yunus untuk berbuah ditanggapi dengan penolakan karena Yunus tahu pasti apa yang akan terjadi jika Niewe bertobat. Yunus gemas karena Tuhan tetap mau mengampuni orang jahat.

Mazmur juga mengungkapakan betapa Tuhan Mahakasih. Kesaksian tentang kasih Tuhan ini diberikan oleh setiap generasi usia yang pernah hidup di dunia ini. Allah adalah Allah yang adil, pengasih, penyabar, dan setia.

Dalam penjara, Rasul Paulus masih tetap bisa memberi kesaksian bahwa kasih Tuhan tetap dia rasakan. Kesaksian Rasul Paulus ini menguatkan jemaat Filipi untuk terus bertumbuh dan berbuah. Rasul Paulus hanya memiliki pilihan untuk terus hidup atau mati dalam penjara. Namun pilihan itu tidak merisaukannya karena setiap langkah hidupnya adalah berbuah untuk kemuliaan Tuhan.

Kasih Allah tidak terbatas hanya untuk sekelompok orang, tetapi juga untuk semua orang. Bacaan Injil mengingatkan bahwa anugerah bukan upah. Allah yang murah hati memberikan anugerah kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tak seorang pun memiliki hak untuk mempertanyakan keadilan-Nya. Masih adakah upah yang layak kita minta sebagai hasil pelayanan kita? Adakah kita menyadari bahwa kesempatan hidup dan melayani-Nya adalah anugerah?

Harmonisasi bacaan leksionari

Allah tahu pasti yang dia lakukan untuk umat-Nya. Hidup dan berbuah bagi sesama muncul dalam bacaan pertama. Pemazmur merefleksikan bahwa Allah adalah adil, pengasih, penyabar, dan setia. Kesadaran untuk terus berbuah dalam hidup juga dirasakan oleh Rasul Paulus dalam pergumulannya di penjara. Injil lebih menekankan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berbuah dan seharusnya dikembangkan sesuai dengan kebisaan kita.

Pokok dan arah pewartaan

Masing masing orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal yang kita miliki dipakai Tuhan untuk mendatangkan berkat bagi sesama. Berbuahlah untuk sesama melalui segala hal yang kita bisa lakukan.

v Khotbah Jangkep

Jemaat yang dikasihi Tuhan

S

uatu hari seorang anak yang biasanya malas membantu orang tuannya, tiba-tiba menjadi sangat rajin dan bersemangat membersihkan rumah. Di akhir minggu itu ibunya menemukan secarik kertas bertuliskan jumlah jam kerja dan rincian upah yang seharusnya diterima anaknya. Esok paginya anaknya terkejut karena menemukan balasan surat ibunya yang berisi daftar seluruh kebutuhan hidupnya sejak ia berusia 1 tahun: susu, makan, pakaian, uang jajan, sepatu, sekolah, tas, buku, obat di waktu sakit, dll. Anak itu tidak menyadari bahwa kesempatan menjadi anak dalam keluarga adalah anugerah yang tidak dapat dibandingkan dengan upah sebesar apapun.

Cerita di atas mengungkapkan betapa kita pun seringkali berlaku demikian. Kita tidak menyadari betapa kita sudah merasakan anugerah yang berlimpah dari Tuhan, bahkan kita masih menuntut ini dan itu. Kita beranggapan Tuhan tidak adil karena tidak pernah menjawab doa-doa kita. Padahal setiap detak jantung dan tarikan nafas kita adalah anugerah Tuhan. Kita seringkali melupakan berkat berlebih yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Kita lebih banyak menuntut kepada Tuhan sehingga kita lupa untuk berbuah dalam hidup kita. Kita lupa untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama.

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Bacaan kita memperlihatkan protes Yunus yang begitu keras terhadap kebaikan Tuhan yang diberikan kepada bangsa yang jahat. Yunus sudah menyadari dari awal mula mengenai hal itu sehingga dia memilih untuk melarikan diri dari tugas panggilan Tuhan. Yunus melawan perintah Tuhan karena Dia tahu pasti bahwa tugas perutusannya akan sia-sia. Nabi Yunus diperintahkan untuk memberitakan penghukuman dan dia tahu bahwa Tuhan pasti tidak akan menghukum Niniwe. (4:1). Dalam bacaan kita terlihat bahwa perkiraan Yunus sungguh-sungguh terjadi. Ketika bangsa Niniwe bertobat dengan sungguh-sungguh, Allah membatalkan penghukuman untuk bangsa itu (3:10). Betapa jengkelnya Yunus mengetahui hal itu. Dalam kemarahannya Yunus diberi sebuah peringatan oleh Tuhan dengan pohon jarak yang melingkupinya. Selanjutnya pohon jarak itu dimakan ulat dan mati sehingga tidak bisa lagi melindungi Yunus dari panas. Yunus marah karena pohon jarak yang menaunginya mati. Dari sini Tuhan menunjukkan bahwa pohon jarak saja begitu disayangi oleh Yunus. Apalagi bangsa Niniwe yang banyak itu, tentu Tuhan tidak akan membinasakannya begitu saja. Kasih Allah nampak dari pengampunan-Nya atas Niniwe, bangsa yang mau berbuah pertobatan dalam hidupnya. Yunus tidak rela hal itu terjadi. Kenapa bangsa yang jahat tidak dihukum saja? Tuhan tidak adil!

Sebaliknya Daud Sang Pemazmur mengungkapkan betapa besarnya kasih Tuhan. Tiap angkatan, tiap generasi usia, dalam pergumulannya yang berbeda-beda, senantiasa merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya. Bentuk dan cara kasih Tuhan itu juga berbeda beda. Setiap angkatan menyaksikan karya Tuhan di dalam hidupnya dan mereka pun bersaksi sesuai dengan pergumulan hidup yang mereka alami. Ia adalah Allah yang adil (ayat 7), pengasih dan penyayang (8a), sabar dan setia (8b). Allah diagungkan karena karya yang dirasakan oleh manusia, meski kadang manusia belum bisa memahaminya, karena keterbatasan yang ada. Dengan hati yang bening manusia bisa memahami betapa Tuhan itu Mahakasih dan Mahaadil. Sehingga manusia bisa senantiasa bersyukur akan segala perkara jika menyadari kasih Allah yang besar itu.

Kesaksian hidup Rasul Paulus juga mengingatkan kepada kita mengenai kasih karunia Tuhan yang senantiasa mengalir dalam hidup. Surat Filipi ditulis ketika Rasul Paulus ada di dalam penjara. Dia mengetahui keprihatinan masyarakat Kristen Filipi atas dirinya. Karena itu seperti sering terdapat dalam surat-suratnya, ia mengirimkan berita mengenai dirinya. Ia menceritakan bahwa pemenjaraan dirinya telah membantu kemajuan injil. Kristus diberitakan di mana pun ia berada dan ia tetap memandang kemungkinan-kemungkinan berkaitan dengan pemenjaraannya, yaitu bebas, dan melayani lebih lanjut, atau mati. Dengan menunjuk pada masa lampau, masa kini, dan kemungkinan-kemungkinan pada masa datang, ia dapat berkata ”Aku bersukacita”.

Pada ayat 21-23, Rasul Paulus menimbang-nimbang dua kemungkinan dalam hidupnya, yaitu bebas atau mati. Dengan dua pilihan itu Rasul Paulus tetap dapat bersukacita. Terus hidup di dunia ini adalah hidup dalam kegembiraan Kristus yang mantap dan selanjutnya akan ada pekerjaan yang subur dalam pelayanannnya kepada Tuhan. Di lain pihak ia tahu bahwa kematian adalah melulu keuntungan karena di seberang kematian adalah kesemertaan hadirat Kristus. Dengan kesaksian hidup Paulus ini, dia menguatkan jemaat Filipi untuk terus berjuang mewartakan kasih karunia Allah. Dia yang ada di dalam penjara masih bisa menghasilkan buah-buah pelayanan untuk Tuhan. Demikian juga seharusnya jemaat Filipi yang masih bebas dapat terus berjuang mengjasilkan buah-buah pekabaran Injil kepada sesama.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Kalau direnungkan dengan hitungan matematis, bacaan Injil kali ini sangat menjengkelkan. Orang-orang yang bekerja mulai pagi dan mulai sore mendapatkan upah yang sama. Sama sekali tidak adil! Demikian mungkin pikir kita. Namun memang keadilan Tuhan tidak bisa diukur dengan hitungan manusia. Perumpamaan ini menceritakan sistem ekonomi yang tidak masuk akal untuk mengutarakan kebenaran kerajaan sorga. Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur mengajak kita berpikir tentang anugerah yang tidak dapat diperhitungkan seperti upah. Dikisahkan bahwa tuan rumah sebagai pemilik kebun anggur berinisiatif mencari pekerja untuk kebun anggurnya. Berapapun upah yang diberikan kepda para pekerja sepenuhnya berdasarkan atas keputusannya. Kepada sekelompok pekerja pertama yang bekerja dari pagi hingga malam, ia sepakat memberi upah sedinar sehari. Kemudian ia berulang kali mendapati orang-orang yang menganggur dan ia minta bekerja di kebunnya. Mereka pasti tidak akan mendapatkan upah bila menganggur sepanjang hari, jadi kesempatan bekerja adalah anugerah. Ketika malam tiba, tuan rumah tersebut memberikan upah kepada setiap pekerja mulai dari yang terakhir sampai yang bekerja dari pagi. Para pekerja yang bekerja dari pagi sampai malam protes atas tindakan tuan tersebut karena memberikan upah yang sama kepada semua pekerja. Tuan rumah itu mengatakan bahwa mereka menerima sesuai kesepakatan, jadi protes mereka tidak beralasan. Jika yang mereka permasalahkan adalah upah yang diberikan kepada pekerja lainnya, maka sepenuhnya itu adalah hak tuan itu.

Perumpamaan ini menunjukan bahwa setiap orang dalam rumah itu menerima apa yang dibutuhkannya (sedinar adalah upah sehari seorang pekerja) dan itu mengumpamakan hidup yang kekal. Ini adalah pemberian Allah yang selalu memanggil manusia, dengan perbedaan tingkat moral dan kesempatan rohani, untuk melayani-Nya. Oleh karena itu, tidak seorang pun dapat menuntut dari pada-Nya lebih dari yang diberikan-Nya kepada setiap orang lain. Tidak ada ketidakadilan dalam segala yang dilakukan Allah sebab Ia memberikan sesuai dengan yang dijanjikan-Nya (ay 13). Ia memiliki kebebasan dan kedaulatan untuk melakukan yang berkenan kepada-Nya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Setelah merenungkan bersama ayat-ayat bacaan kita, apakah yang bisa kita pelajari? Ada beberapa hal yang bisa kita renungkan.

1. Berkarya dan melayanilah dengan tulus, hasilkan buah buah pertumbuhan dalam hidup kita. Jangan pernah protes kepada Tuhan karena anugerah yang Dia berikan kepada sesama.

2. Dalam keterbatasan yang kita miliki, kita diajak untuk terus berbuah bagi-Nya. Berjuang dengan setiap talenta yang kita miliki adalah kehendak Tuhan. Jangan menyerah sebelum Dia memanggil kita.

3. Allah murah hati. Dia memberikan anugerah kepada siapapun yang Dia kehendaki. Jangan pernah protes dengan keadilan Allah. Masih adakah upah yang layak kita minta sebagai hasil pelayanan kita jika kita menyadari bahwa kesempatan hidup dan melayani-Nya pun adalah sebuah anugerah?

Yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi terdahulu. Itu adalah rahasia Tuhan yang mungkin tidak pernah kita mengerti. Namun yang pasti kita diajak untuk terus bertumbuh di dalam kasih karunia-Nya. Berikan yang terbaik untuk Tuhan dan Dia akan menganugerahkan semuanya untuk kita. Carilah dahulu Kerajaan Surga maka semuanya akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33). Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Matius 19 : 28-29

Petunjuk Hidup Baru : Matius 20 : 26-28

Nats Persembahan : Matius 19 : 21

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembukaan : KJ 13 :1,2,4

Nyanyian Penyesalan : KJ 395 : 1-2

Nyanyian kesanggupan : KJ 387 : 1-3

Nyanyian Persembahan : KJ 450 : 1-…

Nyanyian Penutup : KJ 416 : 1-3

Khotbah Jangkep Minggu, 18 September 2011

Pekan Biasa Kaping Selangkung (ijo)

Gesang Nuwuhaken Woh

Waosan I: Yunus 3 : 10 – 4 : 11; Tanggapan: Jabur 145 : 1-8;

Waosan II: Filipi 1 : 21 – 30; Waosan III: Injil Mateus 20 : 1-16

v Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang Kinasih

I

ng satunggaling dinten, wonten lare ingkang padatanipun boten purun mbiyantu tiyang sepuhipun, dumadakan dados sregep lan semangat ndherek reresik satunggaling griya. Wonten ing pungkasaning minggu ibunipun nampi serat saking lare punika ingkang wosipun peprincening upah ingkang dipun-tampi dening lare punika awit nyambut damel kanthi sregep wonten satunggaling griya wau. Dinten candhakipun lare punika kaget, awit nampi serat saking ibunipun, ingkang wosipun peprincen kabetahan lare punika wiwit alitipun: susu, tetedhan, rasukan, arta jajan, sepatu, sekolah, tas, obat nalika sakit lsp. Lare punika boten ngrumaosi bilih wekdal gesang wonten ing brayat punika minangka sih rahmat, ingkang boten saged dipun-tandhingaken kaliyan upah punapa kemawon. Cariyos wonten ing nginggil sejatosipun gegambaran saking kita minangka manungsa. Kita asring boten ngrumaosi bilih sih-rahmatipun Gusti tansah lumintu wonten ing gesang kita, ananging kita taksih nyuwun mawarni-warni kabetahan. Kita arsing rumaos Gusti boten adil awit boten nate mangsuli pandonga-pandonga kita. Kamangka berkahipun Gusti sampun lumintu ing gesang kita. Kita langkung katah ndheseg dhumateng Gusti matemah kita kesupen kangge ngwedalaken woh wonten ing gesang kita, ngaturaken ingkang paling sae dhateng Gusti lan sesami.

Pasamuwan ingkang Kinasih

Wonten ing waosan kitab Yunus kita saged nampeni kados pundi Yunus nglairaken raos boten lega dhateng Gusti awit sih-rahmatipun Gusti ingkang dipun paringaken dhateng bangsa Ninewe. Bangsa ingkang suwau tumindak boten sae, ananging lajeng mratobat, Yunus boten rila menawi bangsa punika boten kaukuman. Yunus rumaos bilih Gusti Allah boten adil awit paring sih-rahmat tumprap bangsa ingkang boten mbangun-turut dhateng pangandikanipun Gusti. Mbok bilih raos kados makaten ugi nate kita raosaken, kenging punapa tiyang ingkang tumindak boten sae taksih kaparingan gesang? Kenging punapa boten dipun-pejahi kemawon? Yunus nyuwun supados punapa ingkang dipun tindakaken punika wonten asilipun, sabotenipun bangsa Ninewe kaparingan paukuman.

Pasamuwan ingkang Kinasih

Paseksi saking Rasul Paul ugi ngengetaken dhateng kita bilih sih-rahmatipun Gusti punika tansah lumintu wonten ing gesang kita. Ing salebetipun kinunjara Rasul Paul paring paseksi, bilih prakawis punika ndadosaken Rasul Paul sangsaya mangertosi Injil Kratoning Swarga kedah kawartosaken. Rasul Paul nenimbang kalih prakawis wonten ing gesangipun inggih punika luwar saking pakunjaran punapa pejah. Kanthi pilihan ingkang wonten punika Rasul Paulus tetep saged saos sokur. Kanthi paseksi punika rasul Paul nenangi pasamuwan Filipi suados tansah wartosaken sih-rahmatipun Gusti. Rasul Paul ingkang kinunjara taksih saged nuwuhaken woh peladosan kagem Gusti punapa malih pasamuwan Filipi, ingkang taksih mardika, kedahipun ugi langkung greget nuwuhaken woh kabar kabingahan dhateng sesami.

Pasamuwan ingkang Kinasih

Waosan Injil menawi kita raos-raosaken kanthi petangan matematika temtu kemawon badhe ndamel jengkel. Ingkang sami nyambut damel wiwit enjing ngantos sonten, lan ingkang nyambut damel namung wiwit sonten pranyata nampi upah ingkang sami. Wah..boten adil punika ..mbok bilih mekaten pemanggih kita. Ananging panen bilih keadilanipun Gusti boten saged dipun-ukur kanthi ukuranipun manungsa. Pasemon punika nyariosaken sistem ekonomi ingkang boten masuk akal kangge ngandharaken babagan Kratoning swarga. Pasemon punika ngatag kita supados ngraosaken babagan sih rahmatipun Gusti ingkang boten saged dipun etang kados upah. Pasemon punika ngandharaken bilih saben tiyang wonten ing griya punika nampi punapa ingkang dipun-betahaken lan punika gesang langgeng. Gusti Allah maringi punapa ingkang kaprasetyakaken dhateng manungsa, lan boten wonten satunggaling tiyang ingkang saged ndheseg dhateng Gusti babagan prakawis punika.

Pasamuwan ingkang Kinasih

Sasampunipun kita raosaken waosan kita punika, wonten sawetawis bab ingkang saged kita sinau, inggih punika :

1. Nyambut damel lan lelados kanthi tulus, lan sami ngangsalaken woh ingkang gesang wonten ing gesang kita. Sampun ngantos nguningakaken raos boten lega dhumateng Gusti awit sih rahmatipun ingkang kaparingaken dhateng sedaya tiyang.

2. Wonten ing gesang kita ingkang winates, kita kaatag supados saged tansah ngangsalaken woh kagem Gusti, peparing ingkang kita gadhahi punika sangu kangge peladosan kita ngantos pungkasaning gesang.

3. Gusti Allah punika mahamirah, panjenenganipun paring sih-rahmat dhateng sedaya tiyang. Sampun ngantos kita kirang legawa dhateng kaadilanipun Gusti. Kita raosaken bilih wekdal gesang lan lelados punika ugi wujud sih-rahmatipun Gusti kangge kita.

Sumangga kita saged tansah ngwedalaken woh kagem Gusti lan sesami. ”Ananging Kratoning Allah lan kasampurnane, iku padha upayanen disik, nuli samubarang iku mau kabeh bakal diparingake marang kowe” ( Mat 6 :33) Amin

v Rancangan Waosan Kitab Suci :

Pawartos Sih Rahmat : Mateus 19 : 28 - 29

Pitedah Gesang Anyar : Mateus 20 : 26-28

Pangatag Pisungsung : Mateus 19 : 21

v Rancangan Kidung Pamuji :

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 38 :1-3

Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 133 : 1-2

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 178 : 1,3

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 187 : 1-...

Kidung Panutup : KPK BMGJ 155 : 1-3

Khotbah Jangkep Minggu, 25 September 2011

Pekan Biasa Kedua Puluh Enam (Hijau)

TUHAN MEMIMPIN HIDUPKU

Bacaan I: Yehezkiel 18:1-4, 25-32; Tanggapan: Mazmur 25:1-9

Bacaan II: Filipi 2:1-13; Bacaan III: Injil Matius 21:23-32

Tujuan:

Jemaat menyadari bahwa hanya Tuhanlah yang menjadi pemimpin

di dalam hidupnya. Dan iman yang demikian tampak dalam tindakan hidup yang benar.

v Dasar Pemikiran

Tuhan menciptakan manusia dan melengkapinya dengan akal budi. Akal budi pemberian Tuhan tersebut seharusnya menjadi sarana bagi manusia untuk menentukan pilihan kepada siapa dia menyerahkan iman percayanya. Justru pilihan yang tepat dan benar akan mendatangkan karunia untuk dirinya.

v Keterangan Tiap Bacaan

Yehezkiel 18:1-4, 25-32 (Perbaharui Hatimu dan Rohmu)

Israel adalah umat pilihan Allah yang diselamatkan Allah sendiri. Namun, tindakan mereka sungguh tidak bijak. Kebaikan Allah dibalas dengan tindakan keji serta mereka mempersalahkan Allah. Walaupun tindakan Israel tidak bijaksana, Allah tetap menyatakan kasih-Nya yaitu dengan mengundang Israel bertobat sehingga dengan pertobatan tersebut Israel tetap hidup.

Mazmur 25:1-9 (Tuhan Membimbing Orang yang Rendah Hati)

Dengan rendah hati pemazmur menaikkan doanya di mana doa itu berisi pujian kepada Tuhan atas kekuasaan-Nya, permohonan agar hidupnya senantiasa dibimbing Tuhan, pertobatan atas dosa masa lalu serta pengharapan bahwa Tuhan akan membimbing orang yang rendah hati di mana kehidupan mereka patuh dan setia kepada Tuhan.

Filipi 2:1-13 (Menganggap Orang Lain lebih Penting)

Inti pokok dalam pengajaran bacaan kedua ini adalah penyataan atas keyakinan bahwa Tuhan memimpin hidup umat-Nya. Manifestasi keyakinan tersebut tampak dalam tindakan seperti sehati sepikir, tidak mencari keuntungan pribadi, menaruh pikiran serta perasaan seperti Kristus, dan tindakan benar lainnya.

Injil Matius 21:23-32 (Kemampuan Berdiplomasi)

Dialog Yesus dengan imam-imam kepala serta tua-tua Yahudi mengandung makna pengajaran, yaitu: 1. Tentang kuasa. Kuasa dari mana yang menguasai manusia itu tergantung dari iman atau kepercayaannya sendiri. Artinya kuasa itu dari Tuhan atau dari kekuatan lain, hanya dirinyalah sendiri yang berhak atas pengakuan tersebut. 2. Tentang penyerahan diri. Perumpamaan yang dipakai Yesus tersebut berisi suatu pengajaran bahwa manusia yang dipandang rendah atau yang tidak punya harga diri sekalipun ketika dia menyerahkan dirinya kepada Tuhan pasti akan mendapatkan anugerah. Sebaliknya, manusia yang merasa bahwa dirinya benar (menurut pikirannya sendiri) belum tentu mendapatkan anugerah khusus dari Tuhan.

Harmonisasi Bacaan

Belajar dari pengalaman Israel, walaupun mereka adalah umat pilihan Allah tetapi sayang mereka hidup menuruti bisikan kedagingan mereka sendiri sehingga mereka cenderung memberontak kepada Allah. Padahal sikap seperti pemazmur yang mau merendahkan diri dan menghambakan diri kepada Tuhan jauh lebih bijak. Dan sikap merendahkan diri serta menjadi hamba tersebut termanifestasikan di dalam tindakan-tindakan benar seperti yang diajarkan dalam Kitab Filipi, sehingga pada akhirnya dia akan mampu menyatakan iman kepercayaannya seperti yang diajarkan Yesus di dalam Injil di mana manusia mengakui kekuasaan Tuhan dan dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan maka anugerah akan melimpah di dalam kehidupannya.

Pokok dan Arah Pewartaan

Umat percaya harus mampu menggunakan pilihannya dengan benar, di mana Tuhan menjadi pemimpin atas hidupnya. Dengan menghambakan diri kepada Tuhan tampaklah tindakan-tindakan benar yang nyata sebagai tanda ucap syukur umat kepada Tuhan. Hanya dengan mengakui kekuasaan Tuhan dan menyerahkan diri kepada-Nya, maka anugerahlah yang menaungi kehidupan umat Tuhan.

v Khotbah Jangkep

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

T

ahukah saudara berapa rupiah yang diterima oleh para abdi dalem keraton yang mau menghambakan dirinya kepada sang ratu? Honor yang diterima oleh para abdi dalem keraton bukan dalam hitungan ratusan ribu rupiah atau bahkan jutaan. Namun, mereka yang hampir setiap hari mengayuh sepeda dari rumah mereka masing-masing menuju keraton, ada juga yang naik kendaraan umum, belum lagi mereka membeli minuman sendiri untuk sekedar menghilangkan rasa dahaga; mereka rela dibayar dalam hitungan belasan ribu rupiah. Mereka mengimani bahwa dekat dengan sang ratu di mana sang ratu tersebut sebagai pemimpin atau pengayomnya, maka mereka akan mendapatkan berkat yang tidak bisa terkatakan dan tidak bisa terbeli. Dekat dengan sang pemimpin dalam hal ini ratu, bagi abdi dalem adalah sebuah kebanggaan dan juga sebuah anugerah khusus. Dalam arti unsur spiritual yang menjadi pokok utama alasan rakyat jelata menghambakan dirinya menjadi abdi dalem keraton. Oleh karena itu mereka tetap setia menjadi abdi dalem, walaupun secara hitungan materiil mereka tidak akan mungkin menjadi kaya dengan honor yang mereka terima tiap bulan.

Hal tersebut menarik untuk kita perhatikan di mana para abdi dalem rela memberikan seluruh keberadannya untuk sang ratu. Jika abdi dalem saja mau menghambakan diri kepada sang ratu, bagaimanakah dengan diri kita? Apakah kita sudah menghambakan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebagai sang penguasa dan pemimpin bagi kita?

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

Mari kita belajar bersama dari kesaksian Firman Tuhan yang kita dengarkan hari ini. Pertama, dari Yeheskiel 18:1-4, 25-32. Kesaksian tersebut memuat kisah Israel yaitu umat pilihan Allah yang menolak untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Mereka justru melakukan tindakan-tindakan yang jahat. Kebaikan Tuhan ditanggapi dengan tindakan Israel yang tidak bijaksana. Mereka merasa bahwa tindakan Tuhan atas diri mereka tidak tepat. Mereka melakukan kecurangan-kecurangan. Jelas sekali bagaimana Israel hanya mendengarkan suara hatinya sendiri, tanpa peduli akan kasih Tuhan kepada mereka. Walaupun Israel menanggapi kasih Tuhan dengan tindakan yang jahat bagaikan air susu dibalas air tuba, namun Tuhan tetap mengasihi Israel dengan memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Kedua, dari kesaksian pemazmur dalam Mazmur 25:1-9, dia mengajarkan satu tindakan bijak yaitu dengan menaikkan pujian karena kekuasaan Tuhan atas dirinya. Pemazmur mengimani bahwa Tuhan menjadi pemimpin atas dirinya maka dia memohon agar hidupnya senantiasa dibimbing Tuhan, memohon karunia pengampunan atas dosa yang dilakukannya di masa lalu serta berpengharapan bahwa Tuhan akan membimbing orang yang mau merendahkan hati dengan jalan patuh dan setia kepada Tuhan. Ketiga, dari kesaksian Filipi 2:1-13 di sana kita menemukan manifestasi dari iman di mana Tuhan sebagai pemimpin kehidupan umat-Nya. Menghambakan diri kepada Tuhan itu berarti hidup dalam damai sejahtera. Dan orang yang di dalam hatinya didiami oleh damai sejahtera tampak di dalam tindakan-tindakan keseharian yaitu di dalam hidup bersama menekankan sikap sehati sepikir, tidak mencari keuntungan untuk diri sendiri, mempunyai pikiran serta perasaan seperti Kristus dan tindakan benar lainnya. Selanjutnya, ketiga pengajaran tersebut ditegaskan dengan pengajaran dari Injil Matius 21:23-32. Dialog antara Yesus dengan imam-imam kepala serta tua-tua Yahudi menjadi sebuah sarana pengajaran tentang kuasa dan penyerahan diri. Tentang kuasa, manusia berhak menentukan atas dirinya sendiri kuasa siapakah yang dipercaya atau diimaninya. Memang di dunia ini ditawarkan berbagai kuasa yang dapat dijadikan pegangan hidup atau pemimpin bagi manusia. Memang selain Tuhan manusia dapat menggantungkan harapannya kepada kuasa-kuasa yang ada di dunia ini. Namun bagi orang percaya tidaklah bijak jika yang menjadi penguasa atau pemimpin dalam kehidupannya bukan Tuhan. Persis seperti yang dilakukan Israel, di mana mereka telah diselamatkan oleh Allah namun mereka menanggapi kasih karunia Allah tersebut dengan tindakan-tindakan yang jahat. Maka, kesaksian Matius tersebut menjadi pengajaran yang inspiratif bahwa sebagai umat Tuhan sangatlah bijak jika kita mengakui hanya Tuhanlah yang menjadi pemimpin atas kehidupan kita. Hal berikutnya yang terkandung dalam pengajaran Matius tersebut adalah tentang penyerahan diri. Yesus dengan tegas mengkritik sikap para petinggi agama Yahudi yang percaya kepada Allah, namun kecenderungan sikap percaya mereka adalah semu. Sementara di sisi lain manusia yang kehilangan harga diri seperti pemungut cukai dan perempuan sundal sekali pun justru percaya kepada Tuhan. Yesus mengatakan bahwa pemungut cukai dan perempuan sundal yang justru berhak masuk ke dalam Kerajaan Allah. Pernyataan Yesus tersebut mengandung maksud bahwa manusia-manusia dari kelas marginal mau menghambakan dirinya kepada Tuhan dengan serius. Maka merekalah yang berhak menerima karunia khusus dari Tuhan melebihi manusia-manusia dari golongan priayi atau elite.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

Di awal khotbah tadi kita dihadapkan pada sebuah kesetiaan para abdi dalem keraton. Demikian pula ketika kita bertanya pada diri kita masing-masing: Apakah Tuhan sudah menjadi pemimpin atas kehidupan kita, sehingga hidup kita hanya bergantung pada-Nya sepenuhnya? Ketika Tuhan menjadi pemimpin atas hidup kita, sikap hidup seperti apa yang kita nyatakan dalam kehidupan sehari-hari? Belajar dari Firman Tuhan saat ini, ketika kita mengakui bahwa Tuhan adalah pemimpin atas hidup kita itu berarti bahwa tidak ada pihak lain selain Tuhan yang menguasai hidup kita sepenuhnya. Pemimpin kita bukan uang, sehingga kita tidak menghambakan diri pada uang. Pemimpin kita bukan akal budi kita sendiri, namun Tuhan yang kita imani dan kita percaya sebagai sumber kekuatan bagi kita. Pemimpin kita bukan teknologi, sehingga Tuhan senantiasa menjadi sumber pengetahuan bagi kita. Dan pemimpin kita bukanlah nafsu manusiawi kita, namun Tuhan Sang Khalik yang menjadi penguasa atas hidup dan mati kita.

Jika kita mengakui bahwa Tuhan adalah pemimpin kita berarti bahwa perilaku keseharian menampakkan kepemimpinan Tuhan tersebut. Ketika Tuhan menjadi pemimpin atas hidup kita maka angan-angan atau pikiran kita mengarah pada kebenaran, bukan senantiasa merancang kejahatan-kejahatan yang baru. Ketika Tuhan menjadi pemimpin atas diri kita maka tutur kata kita membawa kedamaian, penguatan, penghiburan serta semangat bagi sesama; bukannya tutur kata yang melecehkan, menindas, memfitnah serta menyakiti hati sesama kita. Ketika Tuhan menjadi pemimpin atas tubuh kita maka kita mempersembahkan tubuh kita bagi kemuliaan Tuhan dengan karya pelayanan yang nyata, bukannya menyerahkan kepada dosa.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

Melalui Firman yang kita cermati bersama, maka saat ini kita terpanggil untuk meneliti kembali kehidupan kita. Jika saat ini kita merasa bahwa pengakuan atas kepemimpinan Tuhan tersebut hanya sekedar pengakuan tanpa didasari kepercayaan yang sungguh-sungguh dan juga pengakuan yang tanpa termanifestasikan di dalam tindakan hidup yang nyata; maka baiklah kita bertobat. Selagi masih ada waktu untuk kita memperbaiki diri kita masing-masing, niscaya Tuhan memampukan kita untuk melaksanakan niat baik tersebut. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Ibrani 2:10.

Petunjuk Hidup Baru : Roma 8:14-15.

Nas Persembahan : Mazmur 48:15.

v Rancangan Nyanyian Ibadah:

Nyanyian Pembukaan : KJ 18:1, 4

Nyanyian Penyesalan : KJ 39:1, 2

Nyanyian Kesanggupan : KJ 412:1, 2

Nyanyian Persembahan : KJ 407:1-

Nyanyian Penutup : KJ 413:1, 2

Khotbah Jangkep Minggu, 25 September 2011

Pekan Biasa Kaping Nem Likur (Ijo)

GUSTI PEMIMPIN KULA

Waosan I: Yehezkiel 18:1-4, 25-32; Tanggapan: Jabur Masmur 25:1-9

Waosan II: Filipi 2:1-13; Waosan III: Injil Matius 21:23-32

Ancas/Tujuwan:

Pasamuwan nglenggana bilih namung Gusti ingkang dados pamimpin tumrap gesangipun. Lan kapitadosan ingkang makaten punika kababar wonten ing tumindak leres ing gesang padintenan.

v Khotbah Jangkep

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

P

unapa panjenengan pirsa pinten blanjanipun para abdi dalem kraton ingkang kathi setya ngabdi dhateng ratu? Blanjan ingkang dipun tampi dening abdi dalem kasebat etanganipun sanes atusan ewu rupiah utawi yutan. Nanging para abdi dalem tetep setya anggenipun ngabdi katitik saben dinten nunggang sepedha utawi kendaraan umum saking griyanipun tumuju kraton, dereng malih kedah tumbas omben nalika ngorong, nilar padamelan wonten griya tumuju kraton lan nindakaken ayahan leladi sanesipun. Tiyang-tiyang makaten punika rila legawa nampi blanjan ingkang cacahipun namung welasan ewu rupiah. Tiyang-tiyang punika sami pitados bilih celak kaliyan ratu saha mitados sang ratu dados pamimpinipun, mila piyambak ipun badhe tampi berkah mirunggan ingkang boten saged dipun-jlentrehaken raosipun. Celak ratu sarta saged ngladosi ratu punika satunggaling kamareman lan ugi berkah mirunggan ingkang boten dipun-tampi dening sadaya tiyang. Sarehning pangabdenipun para abdi dalem punika magepokan kaliyan prakawis kapitadosan saha kamaremaning batos, mila tiyang-tiyang punika sami setya nglabuhi sang ratu kanthi pangabden saha paladosanipun, sinaosa petangan kadonyan anggenipun dados abdi dalem punika dipun-lenggana boten badhe njalari piyambakipun sugih.

Prakawis punika prelu kita gatosaken mirungganipun pangabdenipun para abdi dalem ingkang misungsungaken gesangipun tumrap sang ratu. Menawi abdi dalem kraton kemawon purun ngabdi kanthi tumemen dhateng sang ratu, lajeng kados pundi kaliyan kita? Punapa kita ugi sampun ngabdi kanthi temen-temen dhumateng Gusti inggih Ratuning gesang? Punapa kita estu mitadosi bilih Sang Ratu Sejati ingghi punika Gusti Allah minangka pamimpin tumraping kita?

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

Sumangga kita sesarengan sinau saking paseksi pangandikanipun Gusti ingkang kita tampi ing dinten punika. Setunggal saking Yeheskiel 18:1-4, 25-32. Paseksi kasebat ngewrat cariyosipun Israel inggih umatipun Gusti ingkang boten purun ngabdi sawetahipun dhumateng Gusti Allah. Israel malah remen tumindak dursila. Kasaenanipun Gusti tinanggapan kanthi tumindakipun Israel ingkang boten wicaksana. Israel rumaos bilih pakaryaning Allah tumrap dhirinipun punika boten prayogi, mila Israel lajeng dados awon sikepipun lan remen damel dosa. Cetha sanget kados pundi Israel namung nggega pikajengipun piyambak tanpa preduli dhateng katresnanipun Gusti tumrap Israel. Sinaosa Israel nanggapi katresnanipun Gusti kanthi sikep awon, nanging Gusti tansah nresnani Israel lan nimbali supados purun mratobat. Kalih, paseksining juru masmur ing Jabur Masmur 25:1-9. Juru masmur mulang satunggaling kawicaksanan inggih punika kanthi ngunjukaken pepujen awit kababaring panguwaosipun Gusti wonten ing gesangipun juru masmur. Juru masmur pitados bilih Gusti dados pamimpin ing gesangipun mila piyambakipun nyuwun supados gesangipun tansah tinuntun dening Gusti, nyuwun pangapuntening dosa kalepatan ingkang sampun katindakaken saha nggadhahi pangajeng-ajeng bilih Gusti badhe nuntun tiyang ingkang purun andhap asor kanthi mituhu lan setya dhumateng Gusti. Tiga, paseksining Filipi 2:1-13. Ing ngriku kita manggihaken kasunyataning kapitadosan ingkang ketingal wonten ing tandang-tandukipun umat jalaran Gusti dados pamimpinipun. Ngabdi dhumateng Gusti punika ateges gesang winengku ing tentrem rahayu. Lan manungsa ingkang ing manahipun makuwon tentrem rahayu badhe ketingal wonten ing tindak tanduk padintenanipun inggih punika: kanthi sikep ngudi tunggal rasa, tunggal budi, boten pados kauntungan tumrap dhirinipun piyambak, nggadhahi raos pangraos kadosdene Sang Kristus lan tumindak leres sanesipun. Salajengipun, tigang piwulang kasebat katandhesaken kanthi piwulang saking Injil Mateus 21:23-32. Pirembaganipun Gusti Yesus kaliyan pangajenging imam lan pinisepuhing Yahudi ngewrat piwulang bab kuwaos lan sikep anggenipun umat masrahaken gesang.

Magepokan kaliyan panguwaos, manungsa punika gadhah hak nemtokaken sinten ingkang dipun-pitadosi lan dipun-bekteni. Pancen jagad punika nawekaken mawarni-warni panguwaos ingkang saged dipun-angge cepenganipun manungsa. Pancen kajawi Gusti manungsa saged ngajeng-ajeng saking kakiyatan-kakiyatan sanes ingkang wonten ing jagad punika. Nanging tumraping tiyang pitados temtu boten wicaksana menawi ingkang dados panguwaos utawi pamimpinipun punika sanes Gusti. Sami kaliyan ingkang dipun-tindakaken dening Israel, sinaosa sampun dipun-wilujengaken dening Gusti nanging Israel nanggapi kanthi tumindak-tumindak ingkang asor. Mila, paseksi ing Mateus punika, dados satunggaling piwulang ingkang ngengetaken umatipun Gusti supados dados wicaksana kanthi ngakeni bilih namung Gusti ingkang dados pamimpin tumrap gesangipun.

Prakawis candhakipun ingkang kawrat ing Mateus inggih punika bab pasrahing gesang. Gusti Yesus melehaken sikepipun para pangajenging imam Yahudi ingkang pitados dhateng Gusti Allah, nanging sikepipun condhong lelamisan. Kamangka ing sisih sanes wonten manungsa ingkang kecalan ajining dhiri inggih punika para juru-mupu-beya lan ugi wanita tuna-susila malah pitados dhateng Gusti Allah kanthi tumemen. Gusti Yesus mratelakaken bilih juru-mupu-beya lan wanita tuna-susila gadhah hak mlebet kratoning Allah. Pratelanipun Gusti punika ngewrat makna bilih manungsa-manungsa saking golongan miskin papa nanging malah purun mratobat lan ngabdi dhateng Gusti kanthi tumemen. Mila tiyang-tiyang punika ingkang gadhah hak nampi berkah mirunggan nglangkungi para priyayi ingkang rumaos paling suci, paling leres, paling sugih lan sapiturutipun.

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

Ing wiwitaning khotbah kita kaabenajengaken kaliyan kawontenan kasetyanipun pada abdi dalem kraton. Samangke kedahipun tuwuh pitakenan ing salebeting manah kita: Punapa Gusti punika estu dados pamimpin tumrap gesang kita? Satemah kita gumantung sawetahipun ingkang bab pangrehipun Gusti. Nalika Gusti dados pamimpin tumrap kita, sikep kados punapa ingkang kedah kita babaraken wonten ing gesang padintenan kita? Nyinau saking pangandikanipun Gusti samangke, nalika kita ngakeni bilih Gusti punika pamimpin tumraping gesang kita punika ateges bilih boten wonten pihak sanes kajawi namung Gusti ingkang nguwaosi gesang kita sawetahipun. Pamimpin kita sanes arta, temah kita ngabdi dhateng mammon. Pamimpin kita sanes nalar bebuden kawasisan, nanging Gusti ingkang paring samudayanipun tumrap kita lan Panjenenganipun punika tuking gesang kita. Pamimpin kita sanes kamajenganing jaman, nanging Gusti ingkang dados sumbering kawruh kita. Lan pamimpin kita sanes pepinginaning kadagingan, nanging namung Gusti ingkang murba ing dumadi ingkang dados panguwaos saha pamimpin tumrap kita sarta kuwaos ing bab gesang punapa dene pejah kita. Menawi kita ngakeni bilih Gusti minangka pamimpin kita ateges bilih tumindak padintenan kita kedah mratelakaken kapamimpinanipun Gusti. Nalika Gusti dados pamimpin tumrap gesang kita mila pangangen-angen kita kaeneraken dhateng kaleresan, boten saben wekdal namung ngrancang piawon. Nalika Gusti dados pamimpin tumrap dhiri kita mila pitembungan kita kedah mbabar katentreman, pambereg, panglipuran saha pangatag tumrap sesami. Sanes pitembungan ingkang ngremehaken, nindhes, mitenah saha damel goreh manahipun sesami. Nalika Gusti dados pamimpin kita mila kedah kita pisungsungaken kagem Gusti, boten malah kita ulungaken dhateng dosa.

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

Lumantar pangandikanipun Gusti ingkang kita tampi sesarengan, mila samangke kita tinimbalan naliti gesang kita piyambak-piyambak. Menawi kita nglenggana bilih anggen kita ngakeni Gusti minangka pamimpin kita punika namung medal saking lathi kemawon dereng nandhes ing salebeting manah lan pangaken kita kasebat dereng kababar wonten ing tumindak gesang ingkang nyata mila kita mratobat. Mumpung taksih wonten wekdal kangge ndandosi karingkihan kita, pitados bilih Gusti mesthi paring kasagedan tumrap kita salebeting nglampahi gesang anyar lan ngudi krenteg ingkang sae kasebat. Gusti mberkahi kita sadaya. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci

Pawartos Sih Rahmat : Ibrani 2:10

Pitedah Gesang Anyar : Rum 8:14-15

Nas Pisungsung : Jabur Masmur 48:15

v Rancangan Nyanyian Ibadah

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 2:1,

Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 42:1, 2

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 196:1, 2

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 129:1-

Kidung Panutup : KPK BMGJ 336:1, 2