Kamis, 03 Maret 2011

Khotbah Jangkep MEI 2011

Khotbah Jangkep

BULAN

M E I - 2011

DAFTAR ISI

Khotbah Jangkep Minggu, 1 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Dua (Putih)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

WARTAKAN KEBANGKITAN-NYA ---------------------------------------------------- 272

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

WARTAKNA WUNGUNE! -------------------------------------------------------------- 278

Oleh Pdt. Aris Widaryanto

Khotbah Jangkep Minggu, 8 Mei 2011

Minggu Paskah Ketiga (Putih)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

DIKENAL DARI PERBUATANNYA ------------------------------------------------------ 281

Khotbah Jangkep Minggu, 8 Mei 2011

Minggu Paskah Kaping Tiga (Pethak)

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

TINEPANG AWIT SAKING PANDAMELIPUN ----------------------------------------- 286

Oleh Pdt. Yusuf Sardjono

Khotbah Jangkep Minggu, 15 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Empat (Putih)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

MENGIKUTI JEJAK KRISTUS ----------------------------------------------------------- 290

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

NGETUT WINGKING TINDAKIPUN GUSTI YESUS ---------------------------------- 296

Oleh Pdt. Yusuf Sardjono

Khotbah Jangkep Minggu, 22 Mei 2010

Minggu Paskah Ke Lima (Putih)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

MENJADI BATU HIDUP ----------------------------------------------------------------- 300

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

DADOS SELA GESANG ------------------------------------------------------------------ 307

Oleh Pdt. Sugeng Prihadi

Khotbah Jangkep Minggu, 29 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Enam (Putih)

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

Kuduskanlah Kristus Dalam Hatimu Sebagai Tuhan ------------------------------- 312

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

PADHA NUCEKNA GUSTI YESUS KRISTUS ING SAJRONING ATIMU KADENE PANGERAN - 318

Oleh Pdt. Tanto Kristiono

Khotbah Jangkep Minggu, 1 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Dua (Putih)

Wartakan Kebangkitan-Nya!

Bacaan I: Kisah Para Rasul 2:14a, 22-32; Tanggapan: Mazmur 16;

Bacaan II: I Petrus 1:3-9; Bacaan III: Yohanes 20:19-31

v Dasar Pemikiran

Mensyukuri kebangkitan Kristus merupakan sesuatu yang penting. Tetapi mensyukuri tanpa kesediaan untuk mewartakannya kepada banyak orang tentu ada yang kurang. Itu pula sebabnya Kristus bangkit dari kematian, menampakkan diri atas para murid, dan mengutus mereka sebagaimana Ia telah diutus oleh Sang Bapa. Pewartaan itu harus dilakukan dalam damai, supaya orang-orang yang mendengarnya menjadi percaya.

v Keterangan Tiap Bacaan

Kisah Para Rasul 2:14a, 22-32 (Menjadi Saksi Kebangkitan)

Kisah Para Rasul 2:14 menceritakan bahwa Petrus kala itu bertindak sebagai juru bicara para rasul. Ia menjelaskan tanda-tanda yang baru saja dilihat dan didengar jemaat. Menurut Lukas, peristiwa-peristiwa yang mengherankan itu harus diceritakan dan dijelaskan kepada banyak orang.

Tanda-tanda itu hadir oleh karena kuasa dan kebaikan Allah yang mengundang orang untuk percaya kepada-Nya. Namun Ia tidak memaksa seorang pun.

Ayat 22-32 menyatakan bahwa kebangkitan mengungkapkan jati diri Sang Kristus. Khotbah Petrus hendak membuktikan bahwa Yesus bukan Daud. Ia adalah Sang Mesias yang dinantikan. Ia adalah Tuhan yang akan memerintah di surga dan membebaskan umat-Nya dari dosa.

Mazmur 16 (Senantiasa Memandang kepada Tuhan)

Mazmur ini mengungkapkan keyakinan pemazmur kepada TUHAN, bukan kepada “allah-allah” bangsa lain. Sang pemazmur mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan kegembiraannya. Ia menyatakan Tuhan sebagai “warisan dan pialanya”. Dalam hidupnya ia berulang-ulang berdoa kepada Tuhan: “Engkaulah Tuhanku, Engkaulah kebahagiaanku!”

Meskipun demikian, pemazmur tetap sadar akan kelemahannya dan bahaya di dalam dunia ini. Oleh sebab itu, dalam nyanyian ini ia juga menyerahkan dirinya ke dalam tangan Tuhan dan memohon supaya ia terus dilindungi seperti yang telah ia alami.

I Petrus 1:3-9 (Percaya Tanpa Melihat)

Sebagaimana ciri surat-surat kuno, doa syukur selalu mengikuti salam. Namun dalam surat ini ditemukan hal yang tidak biasa, karena lebih memuji Allah daripada “bersyukur” kepada Allah. Kekhasan doa syukur dalam Perjanjian Baru cenderung berfungsi sebagai ringkasan tema pokok surat. Tema pokok surat ini berdasarkan pertimbangan tersebut rupanya demikian: 1) Allah memberikan kita kelahiran baru 2) Kelahiran itu membawa kepada pengharapan 3) Kelahiran itu berdasar pada kebangkitan Tuhan Yesus 4) Orang-orang percaya memiliki warisan ilahi yang tersimpan di sorga.

Yohanes 20:19-31(Kami telah melihat Tuhan)

Menurut Yohanes, Tuhan Yesus telah kembali melalui kebangkitan-Nya. Para murid menerima Roh Kudus pada kedatangan-Nya kembali tersebut. Eschaton atau zaman akhir adalah sekarang ini. Hal itu juga berarti masa depan sudah hadir.

Ia menghembuskan Roh Kudus untuk merayakan penciptaan kembali umat Allah. Sekaligus Ia mengutus para murid, seperti Bapa telah mengutus-Nya. Perutusan-Nya menjadi perutusan mereka; karya-Nya diletakkan di tangan para murid-Nya. Dalam perutusan itu karya para murid adalah memanifestasikan Allah yang adalah kasih dalam perkataan dan perbuatan mereka.

Ayat 22-23 dengan jelas berbicara mengenai partisipasi jemaat dalam kuasa Tuhan Yesus untuk mengampuni dosa. Melalui Roh Kudus yang selalu hadir, jemaat dapat mempersembahkan persatuan yang menciptakan kedamaian.

Tomas ditampilkan sebagai tokoh historis yang berwatak. Ia adalah kombinasi dari orang yang tampaknya berani (11:16), tetapi tidak tahu (14:5). Ia juga seorang yang keras kepala yang berusaha mencari bukti-bukti kebangkitan. Atas orang-orang yang seperti itu diperingatkan: “Jangan engkau tidak percaya lagi, tetapi percayalah!” (ay. 27).

Kata-kata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (ay. 28) bagi Yohanes adalah sebuah pengakuan iman. Yesus adalah Tuhan dan Allah. Kata-kata itu juga paralel dengan pembukaan Injil Yohanes: “... Firman itu adalah Allah” (1:1).

Ayat 30-31 merupakan kesimpulan akhir Injil Yohanes. Apa yang telah ditulis dimaksudkan untuk memperkuat iman kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias.

Renungan Atas Bacaan

Kebangkitan Kristus harus diwartakan oleh setiap murid Kristus. Tetapi untuk memberitakan kebangkitan Kristus tidak cukup hanya bermodal keberanian saja. Tahu apa yang harus diberitakan penting. Tetapi tidak perlu waktu kita habiskan untuk mencari bukti-bukti kebangkitan Kristus. Iman percaya jauh lebih penting untuk menjadi dasar pewartaan kita.

Kita juga harus sadar benar akan kemampuan kita, tetap juga kelemahan kita. Untuk itu mengandalkan penyertaan Allah sangatlah penting. Sebab kita juga adalah utusan-utusan-Nya.

Kesediaan untuk menjadi pewarta-pewarta kebangkitan Kristus, sesungguhnya juga menjadi tanda kelahiran kembali dan syukur kita sebagai orang-orang yang telah ditebus. Melakukan tugas tersebut dengan gembira merupakan pilihan yang terbaik, sekalipun ada kesulitan dan penderitaan yang harus kita lalui.

Harmonisasi Bacaan Leksionari

Kebangkitan Kristus harus kita ceritakan dan jelaskan kepada banyak orang. Tetapi untuk melakukan tugas pewartaan tersebut kita membutuhkan rekan-rekan sekerja atau sepelayanan, supaya menjadi lebih baik dan dapat saling melengkapi. Terlebih-lebih ketika kesulitan dan ancaman datang, kebersamaan seringkali memberi ketenangan dan semangat untuk mengatasinya secara kreatif (lih. pengalaman Petrus dkk. dalam Kis.). Selain itu sebagai orang-orang yang telah dilahirkan kembali, kita mesti mengandalkan kekuatan dan penyertaan Roh Kudus (Yoh. , 1 Ptr. & Mzm).

Pokok dan Arah Pewartaan

o Menjadi saksi kebangkitan (Kis. 2:14a, 22-32)

o Senantiasa memandang kepada Tuhan (Mzm. 16)

o Percaya tanpa melihat (1 Petrus 1:3-9)

o Kami telah melihat Tuhan (Yohanes 20:19-31)

v Khotbah Jangkep

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

S

ekalipun belum/tidak semeriah perayaan Natal, saat ini perayaan Paskah mulai diselenggarakan di banyak gereja dalam berbagai bentuk. Ada banyak gereja yang berusaha menggelar berbagai macam kegiatan dan pelayanan. Semuanya itu dilakukan untuk mensyukuri kebangkitan Kristus yang menghadirkan keselamatan bagi umat manusia. Tetapi mensyukuri kebangkitan Kristus tanpa kesediaan untuk mewartakannya kepada banyak orang tentu ada yang kurang.

Kisah Para Rasul 2:14 dst. menceritakan pengalaman para murid pada waktu itu. Petrus kala itu bertindak sebagai juru bicara para rasul. Ia menjelaskan tanda-tanda yang baru saja dilihat dan didengar oleh banyak orang. Bagaimanapun peristiwa-peristiwa yang mengherankan itu harus diceritakan dan dijelaskan kepada banyak orang.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Sesungguhya peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus telah mengungkapkan jati diri Sang Kristus. Khotbah Petrus hendak membuktikan bahwa Yesus bukan Daud. Ia adalah Sang Mesias yang dinantikan. Ia adalah Tuhan yang akan memerintah di surga dan membebaskan umat-Nya dari dosa. Para murid menyadari benar bahwa tanda-tanda itu hadir oleh karena kuasa dan kebaikan Allah yang mengundang orang untuk percaya kepada-Nya.

Menurut Yohanes, para murid menerima Roh Kudus pada kedatangan-Nya kembali tersebut. Eschaton atau zaman akhir adalah sekarang ini. Hal itu juga berarti masa depan sudah hadir.

Ia menghembuskan Roh Kudus untuk merayakan penciptaan kembali umat Allah. Sekaligus Ia mengutus para murid, seperti Bapa telah mengutus-Nya. Perutusan-Nya menjadi perutusan mereka; karya-Nya diletakkan di tangan para murid-Nya. Dalam perutusan itu karya para murid adalah manifestasi Allah yang adalah kasih dalam perkataan dan perbuatan.

Tomas ditampilkan sebagai tokoh historis yang berwatak. Ia adalah kombinasi dari orang yang tampaknya berani (11:16), tetapi tidak tahu (14:5). Ia juga seorang yang keras kepala yang berusaha mencari bukti-bukti kebangkitan. Atas orang-orang yang seperti itu diperingatkan: “Jangan engkau tidak percaya lagi, tetapi percayalah!” (ay. 27).

Kata-kata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (ay. 28) bagi Yohanes adalah sebuah pengakuan iman. Yesus adalah Tuhan dan Allah. Kata-kata itu juga paralel dengan pembukaan Injil Yohanes: “... Firman itu adalah Allah” (1:1).

Ayat 30-31 merupakan kesimpulan akhir Injil Yohanes. Apa yang telah ditulis dimaksudkan untuk memperkuat iman kita kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Melalui Mazmur 16 kita dapat belajar bagaimana mengungkapkan keyakinan kita kepada TUHAN; bukan kepada “allah-allah” bangsa lain. Sang pemazmur mengajak dan mengajari kita bagaimana mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan kegembiraan hidup. Ia menyatakan Tuhan sebagai “warisan dan pialanya”. Dalam hidupnya ia berulang-ulang berdoa kepada Tuhan: “Engkaulah Tuhanku, Engkaulah kebahagiaanku!”

Pemazmur juga sadar akan kelemahannya dan bahaya hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, di dalam mazmurnya ia juga menyerahkan dirinya ke dalam tangan Tuhan dan memohon supaya ia terus dilindungi seperti yang telah ia alami.

1 Petrus 1:3-9 berisi pujian kepada Allah. Bagian ini juga menjadi tema pokok surat. Isinya demikian: 1) Allah memberikan kita kelahiran baru 2) Kelahiran itu membawa kepada pengharapan 3) Kelahiran itu didasarkan pada kebangkitan Tuhan Yesus 4) Orang-orang percaya memiliki warisan ilahi yang tersimpan di sorga. Oleh sebab itu, orang-orang percaya harus menjalani hidup dengan gembira sekalipun ada dukacita dan berbagai-bagai pencobaan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Memberitakan kebangkitan Kristus tidak cukup hanya bermodal keberanian saja. Tahu apa yang harus diberitakan penting. Tetapi tidak perlu waktu kita habiskan untuk mencari bukti-bukti kebangkitan Kristus. Iman percaya jauh lebih penting untuk menjadi dasar pewartaan kita. Selain itu, kita juga harus sadar benar akan kemampuan kita, tetap juga kelemahan kita. Untuk itu mengandalkan penyertaan Allah sangatlah penting. Sebab kita juga adalah utusan-utusan-Nya.

Kesediaan kita untuk menjadi pewarta-pewarta kebangkitan Kristus baik dalam perkataan maupun perbuatan, sesungguhnya juga menjadi tanda kelahiran kembali dan syukur kita sebagai orang-orang yang telah ditebus. Melakukan tugas tersebut dengan gembira merupakan pilihan yang terbaik, sekalipun ada kesulitan dan penderitaan yang harus kita lalui.

Melakukan tugas pewartaan seringkali memang tidak bisa seorang diri. Kita membutuhkan rekan-rekan kerja atau pelayanan, supaya menjadi lebih baik dan dapat saling melengkapi. Terlebih-lebih ketika kesulitan dan ancaman datang, kebersamaan seringkali memberi ketenangan dan semangat untuk mengatasinya secara kreatif (lih. pengalaman Petrus dkk. dalam Kis.). Selamat mewartakan kebangkitan-Nya! Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Roma 10:9-10

Petunjuk Hidup Baru : Roma 10:14-15

Dasar Persembahan : Roma 11:36

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembukaan : KJ 11:1-3

Nyanyian Pengakuan : KJ 44:1-3

Nyanyian Kesanggupan : KJ 46:1, 2, 5

Nyanyian Persembahan : KJ 393:1-3

Nyanyian Penutup : KJ 429:1 & 3

Khotbah Jangkep Minggu, 1 Mei 2011

Minggu Paskah Kaping Kalih (Putih)

WartakNA WUNGUNE!

Waosan I: Lelakone Para Rasul 2:14a, 22-32; Tanggapan: Jabur 16;

Waosan II: I Petrus 1:3-9; Waosan III: Yokhanan 20:19-31

v Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti,

S

anadyan boten/dereng sami kadosdene pahargyan Natal, samangke pahargyan Paskah sampun kawontenaken wonten ing pasamuwan-pasamuwan kanthi cakrik ingkang warni-warni. Wonten pasamuwan ingkang ngawontenaken maneka-warni peladosan. Sedaya wau katindakaken kangge nelakaken caos syukur awit wungunipun Sang Kristus ingkang sampun maringaken kawilujengan kangge umat manungsa. Ananging caos syukur tanpa krenteg martosaken wungunipun Sang Kristus temtu boten jangkep.

Lelakone Para Rasul 2:14 lsl. nyariosaken pengalamanipun para sekabat ing kala semanten. Petrus dipun pilih dados lesanipun para rasul. Piyambakipun nerangaken bab pratandha ingkang nembe kemawon dipun sumerepi lan dipun pireng dening tiyang kathah. Kadospundi kemawon lelampahan ingkang ngeram-eramaken punika kedah dipun cariyosaken lan dipun terangaken dhateng tiyang kathah.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti,

Estunipun lelampahan wungunipun Gusti Yesus sampun nglairaken jati dhirinipun Sang Kristus. Khotbahipun Petrus badhe ngyektosaken bilih Gusti Yesus boten sami kaliyan Dawud. Panjenenganipun inggih Sang Mesih ingkang rawuhipun sampun dipun antos-antos. Panjenenganipun inggih Gusti ingkang kagungan panguwaos wonten ing swarga lan badhe nebus dosanipun manungsa. Para sekabat mangertos bilih tandha-tandha kala wau wonten amargi panguwaos lan kamirahanipun Gusti Allah ingkang nimbali tiyang-tiyang supados pitados dhateng Gusti Allah.

Miturut Yokanan, para sekabat nampi Roh Suci nalika Gusti rawuh malih. Eschaton utawi zaman pungkasan inggih wekdal samangke. Punika negesaken wekdal ingkang sampun dipun ajeng-ajeng sampun dumugi.

Panjenenganipun nglairaken Sang Roh Suci kangge mahargya pangriptaning umating Gusti Allah malih. Ugi Pangenenganipun ngutus para sekabat, kadosdene Sang Rama sampun ngutus Panjenenganipun. Nalika kautus, punapa ingkang dipun tindakaken dening para sekabat inggih mujudaken pakaryanipun Gusti Allah.

Tomas kacariyosaken dados tiyang ingkang awatak kendel/wantun (11:16), ananing boten mangertos (14:5). Piyambakipun ugi tiyang ingkang ngekahi bab tandha yekti wungunipun Sang Kristus. Dhumateng tiyang-tiyang ingkang kados mekaten dipun emutaken: “Aja nganti ora ngandel maneh, nanging kumandela!” (ay. 27).

Wangsulanipun Tomas: “Dhuh Gusti kawula, Allah kawula!” (ay. 28) miturut Yokanan pratela punika dados pangakening pitados. Gusti Yesus inggih Gusti lan Allah. Punika sami kaliyan wiwitaning Injil Yokanan: “Sang Sabda iku Gusti Allah” (1:1).

Ayat 30-31 dados bundhelanipun Injil Yokanan. Punapa ingkang sampun kaserat nggadahi ancas supados saged ngiyataken kapitadosan kita dhumateng Gusti Yesus ingkang dados Sang Mesih.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti,

Saking Jabur 16 kita saged sinau kados pundi nglairaken kapitadosan kita dumateng Gusti Allah. Tiyang ingkang nyerat Jabur punika nggadhahi kapitadosan bilih Gusti punika “warisan lan tuwungipun”. Wonten ing gesangipun asring piyambakipun nglairaken kapitadosan: “Panjenengan punika Gusti kula, Penjenengan punika kabingahan kawula!”

Tiyang ingkang nyerat Jabur punika ugi ngrumaosi bilih wonten kekiranganipun lan bebaya wonten ing donya punika. Awit saking punika piyambakipun masrahaken gesangipun wonten ing astanipun Gusti lan nyenyuwun supados piyambakipun dipun ayomi kados ingkang sampun dipun lampahi.

1 Petrus 1:3-9 nyerat pepujian dhumateng Gusti Allah. Perangan punika ugi dados tema utami serat punika. Isinipun: 1) Gusti Allah maringaken lair anyar tumrap kita 2) Saking lair anyar punika nuwuhaken gesang kebak ing pangajeng-ajeng 3) Lair anyar punika kadasaran wungunipun Gusti Yesus 4) Tiyang-tiyang pitados gadhah warisan ilahi ingkang wonten ing swarga. Awit saking punika, tiyang-tiyang pitados kedah nglampahi gesang kanthi bingah, sanadyan wonten panandhang lan rubeda.

Pasamuwang ingkang dipun tresnani dening Gusti,

Martosaken wungunipun Sang Kristus boten cekap namung pawitanipun kendel/wantun kemawon. Mangertos punapa ingkang kedah kita wartosaken punika penting. Ananging wekdal kita boten perlu kita telasaken kangge pados bukti-bukti wungunipun Sang Kristus. Iman utawi kapitadosan langkung penting dados dhasaring tumindak kita. Kejawi punika, kita ugi kedah mangertosi kawontenan kita piyambak.

Punapa ingkang kita tindakaken nalika martosaken wungunipun Sang Kristus estunipun dados pratandha lair anyar lan atur syukur kita. Nindakaken jejibahan punika kanthi bingah dados pilihan ingkang sae.

Nindakaken jejibahan martosaken wungunipun Sang Kristus asring boten saged piyambakan. Kita mbetahaken mitra, supados pakaryan kita langkung sae. Punapa malih nalika kita kedah ngadhepi kawonten ingkang boten ngremenaken, sesarengan ngadhepi prakawis saged nuwuhaken raos tentrem lan semangat, ugi langkung kreatif utawi sugih akal, (ngengetana dhateng pengalamanipun Petrus lan kancanipun). sugeng martosaken wungunipun Sang Kristus! Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat : Rum 10:9-10

Pitedah Gesang Enggal : Rum 10:14-15

Pangatag Pisungsung : Rum 11:36

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 269:1 & 2

Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 261:1 - 3

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 273:1 - 3

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 185:1 - 3

Kidung Panutup : KPK BMGJ 269:4 & 5

Khotbah Jangkep Minggu, 8 Mei 2011

Minggu Paskah Ketiga (Putih)

DIKENAL DARI PERBUATANNYA

Bacaan I: Kis. Para Rasul 2:14a, 35-41; Tanggapan: Mazmur 116:1-4, 12-14;

Bacaan II: I Petrus 1:17-23; Bacaan III: Injil Lukas 24:13-35.

Tujuan:

Setelah mendengarkan khotbah jemaat dapat mengenal dengan sungguh-sungguh karya Kristus yang bangkit, menampakkan diri, dan memelihara umat-Nya. Jemaat terdorong untuk mempraktekkan hidup suci sehingga mereka dikenal dari perbuatannya yang baik.

v Dasar Pemikiran

Jaman sekarang orang tidak mudah mempercayai perkataan manis dan janji-janji. Sudah terlalu banyak perkataan manis dan janji-janji namun tidak terbukti. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak pula orang yang berkata-kata manis dan penuh janji-janji. Yang lebih aneh lagi ketika orang sudah tahu dibalik kata-kata manis dan janji-janji ada kebohongan, tetapi mereka masih percaya juga. Ini terjadi didalam semua segi kehidupan manusia, baik dalam dunia politik, sosial, pendidikan, ekonomi, kesehatan, keluarga dan sebagainya. Tidak hanya terjadi pada orang-orang yang tidak mengenal Allah, tetapi juga pada orang-orang yang mengenal Allah. Oleh karena itu orang Kristen dalam kesaksiannya, tidak cukup hanya berkata-kata. Orang Kristen harus menyatakan kasih Allah dengan perbuatan yang nyata, sehingga mereka dikenal dari perbuatannya yang baik.

v Keterangan Tiap Bacaan

Kisah Para Rasul 2:14a, 36-41 (Bertobat Menerima Kristus)

Bacaan ini mengisahkan tentang khotbah Petrus setelah hari Roh Kudus turun (Pentakosta). Paling tidak ada empat hal yang disampaikan oleh Rasul Petrus, yaitu: 1). Ia mengisahkan kepada orang banyak tentang pelayanan Tuhan Yesus selama ini. 2). Kesaksian akan kebangkitan Yesus yang benar-benar terjadi dan mereka saksikan sendiri. Hal ini semakin menguatkan kepercayaan bahwa Yesus adalah Mesias. 3). Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah dalam Perjanjian Lama. 4). Anjuran kepada orang banyak supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Demikianlah mereka diampuni dosanya dan menerima keselamatan dari Tuhan.

Mazmur 116:1-4, 12-19 (Berharga di Mata Tuhan kematian umatNya)

Mazmur ini adalah nyanyian pribadi dari seorang yang telah mengalami penebusan Tuhan. Ia memperhatikan bagaimana Allah telah mengabulkan permohonannya. Ia diselamatkan dari kesesakan yang akan berujung pada kematian. Namun menurutnya jika ia harus mengalami kematian maka hal itu berharga di mata Tuhan sebab Ia mengasihinya. Sebagai akibatnya pemazmur sangat mengasihi Tuhan, senantiasa berdoa, dan hidup berserah kepada-Nya. Ini adalah bentuk ucapan syukurnya karena seruannya meminta tolong didengarkan oleh Tuhan. Pemazmur mengungkapkan rasa syukurnya di hadapan semua orang. Dalam ibadah bersama jemaat, ia memberikan korban syukur.

I Petrus 1:17-23 (Kamu Telah ditebus)

Surat Rasul Petrus berisi nasihat tentang bagaimana seharusnya praktek hidup orang Kristen. Ia menyatakan keagungan karya Kristus, yang berpuncak pada penebusan dari hidup yang sia-sia, kuasa kegelapan, takhayul, dan keinginan-keinginan lahiriah. Setelah menerima keselamatan, orang Kristen yang masih hidup di dunia sebagai musafir, harus hidup suci dengan hormat kepada Tuhan. Hidup suci adalah buah dari pekerjaan Yesus Kristus yang telah bangkit, dan memperlengkapi orang Kristen dengan dasar iman yang penuh pengharapan, bukan hanya untuk masa kini tetapi untuk masa yang akan datang.

Lukas 24:13-35 (Mengenal Yesus melalui memecah roti)

Rangkaian peristiwa kebangkitan Yesus disampaikan oleh Lukas secara urut. Para perempuan menemukan kubur kosong. Disusul oleh para murid yang lain, mereka juga menyaksikan kubur benar-benar kosong. Tuhan Yesus bangkit dan hidup kembali. Ia menampakkan diri. Dua orang murid yang kecewa dengan kematian Yesus pergi ke Emaus. Tuhan menyusul dan berjalan bersama mereka.

Penampakan diri Tuhan Yesus kepada dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus meyakinkan bahwa Yesus benar-benar hidup. Lambat laun para murid mengenal kembali Yesus yang bangkit. Pergaulan para murid dengan Tuhan Yesus dimulai dengan cara yang baru sebab Yesus memakai tubuh rohani. Para murid mengenal Tuhan Yesus kembali melalui karya-Nya yang memberi makan kepada mereka. Setelah diyakinkan bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kembali, mereka segera kembali ke Yerusalem untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Walaupun hari sudah malam.

v Khotbah Jangkep

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

M

enyimak perjalanan dua orang murid menuju ke Emaus sepertinya ada hal yang aneh. Coba bayangkan, dua orang murid itu berjalan ke Emaus bersama-sama Tuhan Yesus. Selama ini mereka juga telah bergaul dengan Tuhan Yesus. Mereka cukup lama hidup bersama Tuhan Yesus. Tetapi saat berjalan menuju ke Emaus mereka tidak mengenali Tuhan Yesus. Aneh bukan?

Memang ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka tidak segera mengenali Tuhan Yesus. Pertama, mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus telah mati disalib. Hal ini baru saja terjadi. Mereka menyaksikan sendiri peristiwa itu. Bahkan mereka sedang memperbincangkannya dalam perjalanan menuju ke Emaus itu. Mereka sangat kecewa dengan peristiwa kematian Tuhan Yesus yang sangat tragis tersebut. Kekecewaan itu terjadi karena selama ini mereka berharap bahwa Tuhan Yesus dapat menolong mereka keluar dari segala macam persoalan. Dengan kematian Tuhan Yesus maka pupuslah sudah harapan mereka. Demikian mereka tidak segera mengenali Tuhan Yesus, sekalipun mereka sedang berjalan bersama-sama dengan Dia. Kedua, bukankah ketika Tuhan Yesus bangkit dari kematian Ia mengenakan tubuh rohani. Sifat tubuh rohani berbeda dengan tubuh kita sekarang ini. Tubuh rohani tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bandingkan ketika Ia menampakkan diri kepada Maria di dekat kubur itu. Maria juga tidak segera mengenali Tuhan Yesus. Jadi jika dua orang murid tersebut tidak segera mengenali Tuhan Yesus adalah hal yang masuk akal. Wajar dan tidak aneh lagi. Tetapi apapun alasannya, fakta menunjukkan bahwa mereka lamban dalam mengenali Tuhan Yesus. Oleh karena itu mereka dikatakan sebagai orang-orang bodoh.

Selanjutnya dinyatakan kepada kita bahwa tidak untuk seterusnya mereka tidak mengenali Tuhan Yesus. Saat sampai di Emaus mereka melarang Tuhan Yesus melanjutkan perjalanan. Alasannya adalah hari sudah gelap. Perjalanan dalam kegelapan membahayakan keselamatan. Apa lagi jika hal itu dilakukan seorang diri. Oleh karena itu mereka meminta Tuhan Yesus tinggal bersama mereka. Dan saat mereka tinggal bersama itu, Tuhan Yesus memngambil roti, memecah-mecahkannya, meminta berkat atasnya, dan makan bersama. Saat itulah mereka ingat bahwa Tuhan Yesus pernah melakukan hal yang sama, yaitu memberi makan kepada orang banyak. Dari situ mereka baru menyadari bahwa orang yang selama ini ada bersama mereka adalah Tuhan Yesus sendiri. Mereka mengenali Tuhan Yesus dari apa yang diperbuat-Nya, yaitu memberi makan kepada mereka.

Mengenal Tuhan Yesus adalah hal yang sangat penting. Demikian yang disampaikan oleh Rasul Petrus kepada orang banyak di Yerusalem pada hari Pentakosta. Rasul-rasul itu memperkenalkan kepada orang banyak bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah. Kesengsaraan, kematian, dan kebangkitan-Nya memang harus terjadi pada Dia. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Semua yang terjadi dalam diri Tuhan Yesus menggenapi janji Allah tentang keselamatan manusia. Di dalam Tuhan Yesus, keselamatan yang dijanjikan Allah terwujud. Janji keselamatan itu bagi mereka, bagi anak-anak mereka, bahkan bagi orang yang masih jauh dari mereka sebanyak yang akan dipanggil oleh Allah. Setelah mendengar keterangan para rasul, orang banyak menjadi sangat terharu. Selama ini mereka tidak mengerti apa dan siapa sesunggguhnya Tuhan Yesus. Mereka bingung mengenai apa yang harus mereka lakukan. Para rasul meminta supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Mereka diampuni dosanya dan menerima keselamatan dari Allah. Demikianlah seharusnya karya Yesus Kristus yang berpuncak pada penebusan dosa manusia ditanggapi dengan pertobatan dan hidup suci.

Pengalaman mengenal Tuhan dengan segala karya-Nya diungkapkan oleh pemazmur. Secara pribadi ia merasakan bagaimana Tuhan berkarya bagi dirinya. Saat ia menghadapi kesesakan, sehingga kesesakan itu berujung pada maut, maka Tuhan bertindak menyelamatkannya. Ia juga mengakui kalau toh harus mengalami kematian, karena Tuhan mengasihinya, maka hal itu berharga dimata Tuhan. Dari situ pemazmur mengalami perubahan cara pandang terhadap hidupnya. Ia sangat mengasihi Tuhan, senantiasa berdoa, hidup berserah kepada Tuhan, dan senantiasa mengucap syukur. Pengenalan secara pribadi akan Tuhan membuahkan kehidupan yang indah. Bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi kehidupan orang lain dan bagi pembangunan iman jemaat.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

Bagaimana orang Kristen dapat dikenal? Jawab atas pertanyaan ini tidak mudah. Akan lebih mudah kita mengenali orang yang beragama lain dari pada mengenali orang Kristen. Orang yang beragama lain dapat kita kenali dari pakaiannya, bahasanya, atau gerakan tangannya pada waktu berdoa dan sebagainya. Memang semua itu hanya ciri-ciri lahiriah saja. Ciri-ciri lahiriah tidak seratus persen memberi gambaran yang sesungguhnya dari agama itu. Tetapi ciri-ciri lahiriah penting sebab dengan ciri-ciri lahiriah tersebut mereka dapat lebih mudah dikenali. Apapun penilaian orang terhadap agama itu, dengan ciri-ciri lahiriahnya mereka berani menyatakan agamanya secara terang-terangan. Mereka memperlihatkan agamanya di hadapan umum.

Bagaimana dengan orang Kristen? Ciri-ciri lahiriah seperti agama lain hampir-hampir tidak ada. Mungkin orang Kristen beranggapan bahwa ciri-ciri lahiriah tidak penting. Yang lebih penting adalah penghayatan dan praktek imannya. Pemikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik menjadi hal penting dari pada sekedar ciri-ciri lahiriah. Oleh karena itu perbuatan baik itulah yang seharusnya menjadi ciri orang Kristen. Demikianlah orang Kristen dikenali dari perbuatannya yang baik.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

Perbuatan baik akan terjadi pada orang Kristen jika mereka mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus. Perbuatan baik orang Kristen adalah perwujudan Kristus yang hidup di dalam diri orang Kristen. Dengan demikian Kristus akan dapat dikenali dari perbuatan baik orang Kristen. Bagaikan buah durian, sekalipun tersembunyi, tetapi akan ketahuan dari baunya yang harum. Demikian akan dirasakan enaknya buah durian setelah orang memakannya. Namun demikian, jika orang tidak mau memakannya, buah durian itu tetap berbau harum. Sekalipun orang Kristen tidak berbuat baik, Yesus Kristus tetap dikenal karena karya-karya-Nya yang baik bagi manusia.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Ibrani 10:19-22

Petunjuk Hidup Baru : Hosea 6:3

Nas Persembahan : Roma 12:1

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembukaan : KJ 378:1, 2

Nyanyian Penyesalan : KJ 32:1-4

Nyanyian Kesanggupan : KJ 329:1, 3, 4

Nyanyian Persembahan : KJ 364:1-

Nyanyian Penutup : KJ 453:1-3

Khotbah Jangkep Minggu, 8 Mei 2011

Minggu Paskah Kaping Tiga (Pethak)

TINEPANG AWIT SAKING PANDAMELIPUN

Waosan I: Lel. Para Rasul 2:14a, 35-41; Tanggapan: Jabur 116:1-4, 12-14;

Waosan II: I Petrus 1:17-23; Waosan III: Injil Lukas 24:13-35.

Tujuan:

Sasampunipun mirengaken pangandikanipun Gusti pasamuwan saestu tepang kaliyan pakaryanipun Gusti Yesus ingkang sampun wungu saking antawisipin tiyang pejah, ngetingal dhumateng para siswa, saha ngrimati gesangipun. Pasamuwan kaatag nindakaken gesang suci ngantos tinepang awit pandamelipun ingkang sae.

v Khotbah Jangkep

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus,

N

yemak lampahing tiyang kekalih siswanipun Gusti Yesus anggenipun sami lumampah tumuju dhateng dhusun Emaus, kados wonten bab ingkang damel gumun. Cobi kita galih, kekalihipun lumampah sesarengan kaliyan Gusti Yesus nanging boten sami tepang Gusti Yesus. Kamangka para siswa punika dangu anggenipun sesambetan kaliyan Gusti Yesus. Dangu anggenipun gesang sesarengan Gusti Yesus. Nanging nalika lumampah tumuju dhateng dhusun Emaus sami boten tepang Gusti Yesus. Punika ketingal aneh.

Wonten pinten-pinten prakawis kenging punapa para siswa boten enggal nepangi Gusti Yesus. Sepisan, ingkang dipun mangertosi dening para siswa bilih Gusti Yesus sampun seda sinalib. Bab punika nembe kemawon kalampahan. Malah para siswa nyumurupi piyambak. Pramila nalika sami lumampah tumuju dhateng dhusun Emaus sami ngrembag bab punika. Kekalihipun getun awit Gusti Yesus seda sinalib. Kamangka Gusti Yesus kajagekaken saged dados tuking pitulungan tumrap sedherek-sedherek punika. Kanthi sedanipun Gusti Yesus, pengajeng-ajengipun para siswa sirna. Bab punika dados jalaran para siswa boten enggal sami nepangi Gusti Yesus, sanadyan Gusti Yesus nyarengi lampahipun. Kaping kalih, nalika Gusti Yesus wungu saking antawisipun tiyang pejah, Gusti Yesus ngagem sarira karohanen. Sarira karohanen sipatipun beda kaliyan badan kita sapunika. Sarira karohanenipun Gusti Yesus boten winates papan lan wekdal. Bab makaten nate kalampahan nalika Gusti Yesus ngetingal dhateng Maryam ing celak pakuburan. Maryam ugi boten enggal nepangi Gusti Yesus. Dados menawi kekalih siswa kasebat boten enggal nepangi Gusti Yesus, sejatosipun punika prakawis ingkang limrah. Boten wonten ingkang mokal. Nanging punapa kemawon pawadanipun, kasunyatanipun bilih kekalih siswa punika boten enggal nepangi Gusti Yesus. Awit saking punika tiyang mekaten dipun wastani bodho dening Gusti Yesus.

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus,

Boten salaminipun kalih siswa kasebat boten nepangi Gusti Yesus. Nalika lampahipun sampun dumugi dhusun Emaus, lan kados-kados Gusti Yesus badhe nglajengaken tindakipun, mila dipun candhet dening para siswa. Gusti Yesus kaaturan pinarak wonten griyanipun. Amargi dinten sampun dalu, tindak ing wanci dalu mbebayani, punapa malih namung piyambakan. Awit saking punika Gusti Yesus kepareng pinarak. Wekdal pinarak punika Gusti Yesus mundhut roti, dipun berkahi, dipun cuwil-cuwil, lajeng kaparingaken dhateng para siswa kasebat. Kanthi lelampahan punika para siswa lajeng kemutan dhateng Gusti Yesus kala rumiyin, dene Panjenenganipun nate nindakaken bab ingkang sami. Gusti paring tedhan dhumateng tiyang kathah. Saking ngriku para siswa lajeng kraos bilih priyayi ingkang nyarengi lampahipun wiwit saking Yerusalem tumuju dhateng dhusun Emaus punika Gusti Yesus piyambak. Gusti Yesus dipun tepangi awit saking pakaryanipun paring tetedhan dhumateng para siswa. Inggih awit saking bingahipun para siswa lajeng wangsul malih dhateng Yerusalem, martosaken kabar kabingahan punika, sanadyan dinten sampun dalu.

Tepang dhumateng Gusti Yesus dados prakawis ingkang saestu wigati. Makaten Rasul Petrus nepangaken tiyang kathah ing Yerusalem dhumateng Gusti Yesus nalika dinten Pentekosta. Piwulangipun Rasul Petrus dhateng tiyang kathah bilih Gusti Yesus punika Sang Mesih, Juruwilujeng ingkang saking Gusti Allah. Kasangsaran, seda, lan wungunipun kedah kalampahan dening Gusti Yesus. Bab punika cundhuk kaliyan isinipun Kitab Suci. Sadaya ingkang kalampahan dening Gusti Yesus njangkepi prasetyanipun Allah ing bab kawilujenganipun manungsa. Wonten ing Gusti Yesus kawilujengan ingkang tukipun saking Gusti Allah kababar. Prasetyan kawilujengan ingkang saking Gusti Allah punika kangge tiyang-tiyang punika, kangge anak-anakipun, saha tiyang-tiyang ingkang taksih tebih sedaya, sapinten ingkang badhe katimbalan dening Gusti Allah.

Nalika mireng piwulang saking Rasul Petrus ingkang makaten, tiyang kathah punika manahipun sami trenyuh. Sadangunipun punika kathah tiyang boten sami mengertos sinten sajatosipun Gusti Yesus. Tiyang-tiyang punika lajeng bingung, punapa ingkang kedah katindakaken. Sasampunipun matur dhumateng para rasul pramila tiyang-tiyang punika kadhawuhan supados sami mratobat lan kabaptis ing asmanipun Gusti Yesus. Makaten tiyang-tiyang punika kaapunten dosa-dosanipun saha kepareng nampeni kawilujengan saking Gusti Allah. Makaten anggenipun Gusti Yesus dipun tepangi dening tiyang kathah awit paseksinipun para rasul, bilih Gusti Yesus punika Sang Mesih ingkang saking Gusti Allah.

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus,

Pangalaman ngraosaken pakaryanipun Gusti Allah nate dipun raosaken dening juru masmur. Piyambakipun ngraosaken pakaryanipun Gusti nalika nemahi karupekan, ngantos kaancam ing pati, nanging Gusti paring pitulungan. Ing pangajab menawi ngantos nemahi pejah, juru masmur pitados bilih bab pejahipun tiyang pitados kathah ajinipun ing ngarsanipun Gusti. Pandonga saha atur pasambatipun juru masmur dipun pidhangetaken dening Gusti. Pramila juru masmur sanget anggenipun tresna dhumateng Gusti Allah, tansah ndedonga, sumarah dhumateng Gusti, lan tansah ngaturaken panuwun sokur. Punika kalampahan awit juru masmur ngraosaken bilih Gusti tansah boten negakaken umatipun. Pitepanganipun sacara pribadi dhumateng Gusti badhe ngedalaken woh ingkang sae, boten namung kangge dhirinipun piyambak, nanging ugi kangge tiyang sanes saha kangge pasamuwanipun Gusti.

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus,

Kados pundi anggenipun tiyang Kristen saged dipuntepangi dening tiyang sanes? Boten gampil anggen kita paring wangsulan. Badhe saklangkung gampil nitik tiyang ingkang nganut agami sanes. Tiyang mekaten saged kita tingali saking ageman, basanipun, utawi caranipun ndedonga. Punika titikan tata lair. Tata lair beda kaliyan kawontenan sejatosipun. Punika leres nanging tata lair dados bab ingkang wigatos awit kanthi tata lair badhe saklangkung gampil tinepang dening tiyang sanes. Kados pundi tiyang sanes gadhah panganggep ningali tata lair tumrap satunggaling agami, nanging kanthi tata lair tiyang wantun nedahaken agaminipun dhumateng tiyang kathah. Kados pundi tumrap tiyang Kristen? Tata lair kados dene agami sanes kados-kados boten gadhah. Bok menawi tiyang Kristen gadhah panganggep bilih tata lair punika boten prelu. Ingkang saklangkung wigatos inggih punika kados pundi ngecakaken kapitadosan ing gesang nyata. Pangangen-angen, wicantenan, pandamel sae, punika saklangkung wigatos tinimbang namung tata lair kados rasukan, basa, lan cara ndedonga. Pandamel sae punika mesthinipun ingkang dados titikanipun bilih tiyang punika tiyang Kristen. Mekaten tiyang Kristen badhe tinepang dening tiyang sanes awit pandamelipun ingkang sae.

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yesus,

Pandamel sae badhe kalampahan menawi tiyang Kristen sami pinanggih kaliyan Gusti Yesus sacara pribadi. Pandamelipun tiyang Kristen ingkang sae dados wujud anggenipun tiyang Kristen gesang wonten ing Gusti Yesus. Kanthi mekaten Gusti Yesus badhe katepangaken dhateng tiyang kathah medal saking pandamelipun tiyang Kristen ingkang sae. Kados dene woh duren, sanadyan boten ketingal barangipun, kita saged mangertos bilih punika woh duren saking gandanipun ingkang wangi. Kita badhe ngraosaken raosipun duren menawi kita sampun nedha woh duren punika. Nanging sanadyan kita boten purun nedha, woh duren punika tetap eca lan wangi. Kados mekaten Gusti Yesus, sanadyan boten ketingal nanging kita badhe saged nepangi awit pandamel ingkang sae saking para tiyang Kristen. Nanging sanadyan tiyang-tiyang Kristen gesangipun boten sae, Gusti Yesus dipun tepang kanthi sae awit saking pakaryanipun ingkang njalari kawilujenganipun sadaya titah. Mugi kita tansah kasagedna nindakaken kasaenan, ngantos Gusti Yesus dipun tepangi dening tiyang kathah ingkang njalari kawilujenganipun jagad punika. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat : Ibrani 10:19-22

Pitedah Gesang Enggal : Hosea 6:3

Pangatag Pisungsung : Rum 12:1

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 27:1-3

Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 50:1-3

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 18:1-3

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 188:1-

Kidung Panutup : KPK BMGJ 168:1-2

Khotbah Jangkep Minggu, 15 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Empat (Putih)

MENGIKUTI JEJAK KRISTUS

Bacaan I: Kisah Para Rasul 2:42-47;Tanggapan: Mazmur 23;

Bacaan II: I Petrus 2:19-25; Bacaan III: Injil Yohanes 10:1-10.

Tujuan:

Setelah mendengarkan khotbah jemaat dapat memahami tugas panggilannya, meneladan dan mengikuti jejak Tuhan Yesus dalam menghadapi segala perkara dan mempraktekkannya dalam kehidupan iman secara pribadi, kehidupan berjemaat, dan kehidupan bermasyarakat.

v Dasar Pemikiran

Ada orang yang berpendapat bahwa dengan mengikut Tuhan Yesus maka akan mendapatkan kebahagiaan. Pendapat ini tidak salah. Memang di dalam Kristus ada keselamatan dan itulah kebahagiaan sejati. Namun mestinya mengikut Yesus tidak hanya memikirkan senangnya saja. Ingat bahwa pengikut Kristus juga dipanggil untuk turut menderita di dalam Kristus. Tetapi perlu disadari pula bahwa penderitaan di dalam Kristus adalah karunia Allah. Artinya bahwa Allah mengetahui dan turut mengambil bagian di dalam penderitaan itu. Oleh karena itu perlu diyakini bahwa setiap penderitaan pasti ada jalan keluarnya. Allah turut bekerja. Untuk itu bagian yang harus kita kerjakan adalah meneladan dan mengikuti jejak Kristus dalam menghadapi segala perkara. Hal itu perlu kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan iman kita, kehidupan berjemaat, dan kehidupan bermasyarakat dapat dibangun..

v Keterangan Tiap Bacaan:

Kisah Para Rasul 2:42-47 (Makna dan Kekuatan Persekutuan Yang Hidup)

Jemaat Kristen mula-mula terbentuk setelah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Pada saat Ia naik ke sorga meninggalkan pesan bahwa Ia akan segera datang kembali. Ia akan mencurahkan Roh Kudus kepada mereka. Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta menjadi awal terbentuknya jemaat di Yerusalem. Jemaat mula-mula mempunyai ciri-ciri: berkumpul setiap hari, bertekun dalam pengajaran para rasul, berdoa, memecah-mecahkan roti, saling mencukupkan, dan memuji nama Tuhan. Mereka bersehati dan disukai banyak orang. Tuhan senantiasa menambahkan jumlah orang yang diselamatkan. Persekutuan mereka semakin kuat dan jumlah orang percaya semakin bertambah banyak. Jemaat mula-mula menjadi model dalam mengikut Kristus. Kehidupan mereka disemangati oleh kesadaran bahwa Yesus akan segera datang kembali.

Mazmur 23 (Kemurahan Tuhan)

Mazmur ini memusatkan perhatian pada karya Tuhan yang digambarkan sebagai gembala. Ada hal-hal yang kontras terungkap dalam mazmur ini, misalnya: pendamaian dan bahaya, kejahatan dan kebaikan, penguatan jiwa dan kekelaman yang menakutkan, pengalaman mengikuti dan jaminan hubungan yang baik dan sebagainya. Dua pokok kebutuhan manusia, yaitu kesenangan sebagai hal yang kelihatan secara lahiriah, dan penderitaan yang mengancam sebagai kebutuhan akan perlindungan diungkapkan oleh pemazmur. Tuhan sebagai gembala mamberikan penyelesaian. Ia mengatur irama kehidupan yang seimbang. Pusat dari pemberitaan pemazmur adalah karya agung Tuhan. Paling tidak ada tujuh perbuatan Tuhan: membaringkan, membimbing, menyegarkan, menuntun, beserta, menyediakan hidangan, dan mengurapi. Gambaran ideal dari seorang pemimpin dan pelindung dalam segala segi kehidupan umat. Tidak hanya pada saat aman dan tenang, tetapi dalam keadaan bahaya pun umat merasa nyaman terlindungi bersama Dia.

I Petrus 2:19-25 (Ikutlah JejakNya)

Dalam suratnya ini Rasul Petrus mengingatkan tentang panggilan hidup orang Kristen. Orang Kristen dipanggil tidak hanya untuk menerima kebahagiaan tetapi juga untuk menderita di dalam Kristus. Penderitaan di dalam Kristus adalah karunia Allah. Ini dapat diterima dengan kesadaran bahwa Tuhan mengetahui dan mengambil bagian dalam penderitaan hamba-hamba-Nya. Penderitaan Kristus menjadi teladan bagi hamba-Nya. Karena itu hamba-hamba-Nya wajib mengikuti jejak-Nya. Ketika mengalami penderitaan Ia tidak melakukan dosa, tidak menipu, tidak membalas caci maki dengan caci maki, tidak mengancam, namun menyerahkan perkara-Nya kepada Dia hakim yang adil. Jawaban kepada teladan Kristus yang demikian adalah dengan kembali kepada-Nya, yaitu mati terhadap dosa dan hidup untuk kebenaran.

Injil Yohanes 10:1-10 (Akulah Gembala Yang baik)

Perumpamaan ini bersifat alegoris. Tiap-tiap bagian dalam perumpamaan ini mempunyai arti. Namun demikian tidak perlu ditafsirkan secara berlebihan. Yang diterangkan dalam perumpamaan ini adalah hal-hal yang prinsip saja. Penekanan perumpamaan ini adalah hubungan antara gembala dengan dombanya. Yesus adalah gembala yang baik. Gembala yang baik masuk melalui pintu, ia memanggil dan menuntun dombanya. Domba-dombanya yang berjalan dibelakang gembalanya akan terlindungi dan tercukupi kebutuhan hidupnya. Gembala yang baik membawa kepada hidup yang berkelimpahan. Yesus adalah pintu masuk bagi domba-domba-Nya menuju kepada Allah Bapa di surga.

v Khotbah Jangkep

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

P

ara pengikut Kristus disebut orang Kristen. Ini tidak salah. Namun perlu diketahui bahwa kata ‘Kristen’ berarti orang yang memiliki sifat seperti Kristus. Jadi para pengikut Kristus, atau orang Kristen adalah orang yang memiliki sifat seperti Kristus. Dengan demikian mengikut Kristus bukan sekedar soal ‘keberadaan’ di mana Kristus ada di situ pula para pengikut-Nya ada. Tidak ada artinya jika orang hidup bersama tetapi tidak ada ikatan apa-apa dan tidak melakukan apa-apa. Mengikut Kristus berarti hidup seperti Kristus. Melakukan apa yang dilakukan oleh Kristus. Mengikut Kristus berarti meneladan dan mengikuti jejak-Nya. Ini tidak mudah. Membutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh

Dalam situasi menggembirakan, mudah menjadi pengikut Kristus. Tetapi bagaimana pada saat menghadapi kesulitan-kesulitan, apakah orang akan tetap setia mengikut Kristus? Apa lagi ketika kesulitan-kesulitan itu terjadi sebagai akibat menjadi orang Kristen atau pengikut Kristus. Tentu orang akan berfikir ulang untuk mengikut Kristus. Perhatikan cerita pewayangan mengenai punakawan. Mereka adalah pengikut setia Raden Arjuna. Ke manapun Raden Arjuna pergi, punakawan setia mengikutinya. Pada saat aman dan nyaman, mereka dapat mengikuti Raden Arjuna dengan penuh sukacita, menyanyi dan menari. Tetapi pada saat perjalanan mereka dihadang oleh para raksasa yang mengancam jiwa mereka, di manakah Punakawan itu? Mereka tidak turut melawan raksasa yang menghalangi perjalanan mereka. Mereka melarikan diri. Mungkin karena mereka merasa lemah, tidak mempunyai kekuatan. Dari cerita ini kita mendapatkan pelajaran bahwa kesetiaan dalam mengikut tuannya akan diuji oleh waktu dan keadaan. Jangan sampai terjadi bahwa orang Kristen mengikut Yesus Kristus hanya pada saat keadaan aman dan nyaman. Sebaliknya meninggalkan Tuhan Yesus saat ada bahaya yang mengancam.

Dalam Alkitab ada beberapa perumpamaan tentang bagaimana mengikut Kristus. Salah satunya adalah perumpamaan tentang Gembala yang Baik (Yohanes 10:1-10). Melalui perumpamaan ini dijelaskan bahwa para pengikut Kristus akan terpelihara dan terlindungi. Kebutuhan dasar akan rasa aman didapatkan pada figur seorang gembala. Gembala yang baik masuk melalui pintu. Ia memanggil nama dombanya. Ia mengenal dombanya. Ia berjalan di depan dan domba-dombanya mengikutinya. Segala yang dilakukan gembala itu bertujuan mendatangkan hidup yang berkelimpahan. Demikianlah gembala menjadi figur panutan, pemelihara, dan pelindung. Ada hubungan yang baik antara gembala dengan dombanya.

Pemazmur mengungkapkan bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Bukan hanya rasa aman dan terlindungi, tetapi ia mengaku bahwa di dalam Tuhan tidak pernah berkekurangan. Ini terjadi karena Tuhan aktif berkarya baginya. Ia membaringkan di padang rumput yang hijau, membimbing ke air yang tenang, menyegarkan jiwanya, menuntun di jalan yang benar, menyertainya, menyediakan makanan, dan mengurapi dengan minyak yang wangi. Semua menunjukkan cinta kasih Allah yang mencukupi kebutuhan hidupnya. Inilah gambaran kehidupan yang berkelimpahan. Dan semua terjadi jika orang hidup bersama Tuhan.

Tetapi jangan membayangkan bahwa hidup ini selalu aman dan nyaman. Jangan terlena dengan keadaan berkelimpahan dan serba menyenangkan. Ada saatnya masa-masa sulit pun akan tiba. Ada saat bagaikan orang berjalan dalam lembah kekelaman. Demikian orang Kristen tidak dipanggil untuk menikmati kebahagiaan saja. Ia juga dipanggil untuk turut menderita.

Seperti dijelaskan oleh Rasul Petrus bahwa orang Kristen memang dipanggil untuk turut menderita di dalam Kristus. Tetapi penderitaan di dalam Kristus adalah karunia Allah. Ini tidak berarti bahwa penderitaan orang Kristen berasal dari Allah. Sejak awal penciptaan, Allah tidak menghendaki manusia menderita. Oleh karena itu segala kebutuhan hidupnya disediakan oleh Allah. Bahkan pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, yang membuat mereka menderita, maka Allah menolongnya. Ia menebus dosa manusia. Allah tidak mengehendaki manusia hidup menderita. Demikian penderitaan manusia tidak datang dari Allah. Penderitaan orang Kristen adalah karunia Allah. Ini berarti bahwa Allah mengetahui dan mengambil bagian dalam penderitaan itu. Oleh karena itu penderitaan di dalam Kristus diterima dengan kesadaran bahwa Allah mengetahui dan mengijinkan penderitaan dialami oleh orang Kristen. Allah juga mengambil bagian dalam penderitaan tersebut. Ingat bahwa setiap penderitaan di dalam Tuhan ada jalan keluarnya.

Tuhan mengetahui dan turut mengambil bagian dalam penderitaan. Ini sudah terjadi di dalam diri Tuhan Yesus di mana sengsara dan kematian-Nya menjadi buktinya.. Dan inilah karunia itu, orang Kristen dilibatkan dalam karya keselamatan Allah atas manusia melalui Yesus Kristus. Orang Kristen seharusnya bersyukur karena diperkenankan Allah terlibat dan menjadi alat untuk mendatangkan berkat-Nya. Oleh karena itu dalam menghadapi penderitaan, Rasul Petrus mendorong orang Kristen meneladan Kristus dan mengikuti jejak-Nya. Ketika Ia menderita tidak berbuat dosa, tidak ada tipu daya dalam mulut-Nya, tidak membalas caci maki dengan caci maki, tidak mengancam tetapi menyerahkannya kepada Dia hakim yang adil, yaitu Allah Bapa.

Apakah orang Kristen memiliki kekuatan yang cukup untuk meneladan dan mengikuti jejak Kristus? Pada kenyataannya ada orang Kristen yang gagal meneladan dan mengikuti jejak Kristus. Tidak kuat menanggung penderitaan, kemudian berbuat dosa. Menipu dan hidup tidak jujur. Membalas caci maki dengan kekerasan dan tindakan anarkis. Tidak mengancam tetapi mendoakan orang yang membencinya supaya celaka. Tidak berserah kepada Tuhan tetapi menyelesaikan persoalan dengan pikiran dan kekuatannya sendiri. Ini cukup menjadi bukti bahwa ada orang Kristen yang gagal meneladan dan mengikuti jejak Kristus. Sampai pada akhirnya mereka memaklumi diri sendiri secara berlebihan. Mengaku bahwa manusia itu lemah dan serba terbatas. Terlalu mengasihani diri sendiri untuk menutupi kegagalan dalam meneladan dan mengikuti jejak Kristus.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,

Jemaat Kristen yang mula-mula disukai banyak orang. Jumlah orang percaya semakin bertambah banyak. Persekutuan mereka semakin kuat. Apa sebabnya? Ternyata di sana ada persekutuan yang saling mencukupkan, saling melayani, dan saling menguatkan. Ada perasaan sehati, ada doa, ada ketekunan, ada ketulusan, dan ada sukacita. Dalam kehidupan bersama itu mereka mempraktekkan hidup yang meneladan kepada Kristus dan mengikuti jejak-Nya. Karena itu jangan meninggalkan persekutuan supaya lebih mudah dalam mengikut Dia. Selamat meneladan dan mengikuti jejak Kristus. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Matius 11:28-30

Petunjuk Hidup Baru : I Korintus 15:58

Nas Persembahan : Ulangan 16:16b-17

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembukaan : KJ 376:1-2

Nyanyian Penyesalan : KJ 405:1-3

Nyanyian Kesanggupan : KJ 372:1-3

Nyanyian Persembahan : KJ 450:1-

Nyanyian Penutup : KJ 375:1


Khotbah Jangkep Minggu, 15 Mei 2011

Minggu Paskah Kaping Sekawan (Pethak))

NGETUT WINGKING

TINDAKIPUN GUSTI YESUS

Waosan I: Lel. Para Rasul 2:42-47; Tanggapan: Jabur 23;

Waosan II : I Petrus 2:19-25; Waosan III: Injil Yokanan 10:1-10.

Tujuan:

Sasampunipun mirengaken pangandikanipun Gusti, pasamuwan saged mangertos timbalanipun tiyang pitados. Purun nuladha lan ngetut wingking tindakipun Gusti Yesus anggenipun nemahi sadaya prakawis, nandukaken ing salebetipun gesang kapitadosan pribadi, ing satengahipun pasamuwan lan ing satengahing masyarakat.

v Khotbah Jangkep

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti,

P

andherekipun Gusti Yesus Kristus sinebat tiyang Kristen. Punika boten lepat. Nanging prelu kita mangertosi bilih tembung ‘Kristen’ tegesipun tiyang ingkang gadhah sipat kados dene Sang Kristus. Dados para pandherekipun Gusti Yesus, utawi tiyang Kristen punika tiyang ingkang gadhah sipat-sipat kados dene Gusti Yesus. Mekaten punika underan dados pandherekipun Gusti Yesus, boten namung bab ing pundi Gusti Kristus wonten ing ngriku ugi tiyang Kristen mapan. Boten wonten ginanipun tiyang gesang sesarengan nanging boten nate sesambetan lan sami-sami boten nindakaken punapa-punapa. Ndherek Gusti Yesus ateges gesang kados dene Gusti Yesus. Nindakaken punapa ingkang katindakaken dening Gusti Yesus Kristus. Ndherek Gusti Yesus ateges nuladha lan ngetut wingking tindakipun. Prakawis punika boten gampil. Mbetahaken pambudidaya ingkang saestu.

Ing kawontenan ingkang mbingahaken, tiyang badhe kraos lan rumaos gampil anggenipun ndherek Gusti Yesus. Nanging kados pundi nalika ngadhepi panandhang lan kasangsaran, punapa tiyang taksih setya ndherek GustiYesus. Punapa malih menawi panandhang lan kasangsaran punika kalampahan awit anggenipun sami ndherek Gusti Yesus utawi dados tiyang Kristen. Temtu kemawon tiyang lajeng badhe menggalihaken malih punapa badhe nglajengaken anggenipun ndherek Gusti punapa medhot ing satengahing margi.

Ing cariyos pewayangan, Punakawan punika dados pandherekipun Raden Arjuna ingkang setya sanget. Nalikanipun kawontenan tentrem ayem Punakawan kanthi bingah saged nembang lan jejogedan anggenipun ndherekaken Raden Arjuna. Dhateng pundi Raden Arjuna tindak, ing ngriku Punakawan wonten. Nanging nalika tindakipun dipun alang-alangi dening raseksa ingkang ngancam nyawanipun, wonten pundi Punakawan lasebat? Sedaya sami mlajar, boten wantun ngadhepi para raseksa punika. Punakawan sami rumaos boten gadhah daya kangge ngadhepi para raseksa kala wau. Saking carios punika kita gadhah tuladha bilih kasetyan dipun teter dening wekdal saha kawontenan. Pramila tumrap tiyang Kristen sampun ngantos anggenipun sami ndherek Gusti nalika ing kawontenan ingkang mbingahaken kemawon.

Ing Kitab Suci wonten pasemon bab ndherek Gusti Yesus. Salah satunggaling pasemon inggih punika Pangon kang utama (Yokanan 10:1-21). Ing pasemon punika dipun njlentrehaken bilih para pandherekipun Gusti Yesus badhe dipun rimati lan dipun ayomi. Kabetahan ing bab raos tentrem badhe kababar wonten ing pakaryanipun sang pangen punika. Pangen ingkang utama badhe lumebet medal lawanging kandhang. Pangen ingkang utama tepang kaliyan para mendanipun. Lumampah ing sangajengipun para medanipun lan para mendanipun badhe ngetut wingking. Sadaya ingkang katindakaken tumuju ing kasaenan ngantos para mendanipun kacekapan sadaya kabetahanipun. Mekaten pangen ingkang utami punika dados panutan, pangreksa lan pangayom. Para menda-mendanipun ngraosaken tentrem lan ayem.

Juru masmur ngakeni bilih Gusti Allah punika Pangen ingkang utama. Boten namung paring raos ayem tentrem, nanging sadaya kabetahaning gesang dipun cawisaken ngantos boten kekirangan. Punika kalampahan awit Gusti tansah makarya nandukaken kasaenanipun. Mlegungaken ing panggenan ingkang kathah suketipun, nggiring ing toya ingkang wening, ngayemaken nyawanipun, nuntun ing margining kayekten, tansah nganthi, paring tetedhan, lan njebadi ngangge lisah ingkang wangi. Sadaya punika nedahaken bilih Gusti nresnani para umatipun. Kabetahaning gesang kacekapan. Punika dados gegambaraning gesang ingkang binerkahan.

Nanging kita sampun ngantos gadhah pangertosan bilih ndherek Gusti mesthi badhe ngraosaken tentrem ayem kemawon, utawi boten nate sedhih. Awit sanadyan Gusti nyawisaken katentreman lan kaayeman, nanging kita taksih gesang ing donya ingkang kebak panggodha. Samangsa-mangsa kita ugi badhe ngadhepi kawontenan ingkang boten sae lan boten ngremenaken ing manah. Badhe ngraosaken panandhang lan kasangsaran. Bab mekaten ginambaraken kados lumampah ing telenging palimengan, papan ingkang ngajrih-ajrihi. Mekaten para tiyang pitados tinimbalan boten namung supados ngraosaken kabegjan kemawon, nanging ugi tinimbalan ngraosaken nandhang sangsara.

Rasul Petrus nate ngandikakaken bilih tiyang pitados tinimbalan ndherek nandhang sangsara ing Gusti Yesus. Nanging kasangsaran ing Gusti Yesus punika sih rahmatipun Gusti Allah. Punika boten ateges bilih panandhang lan kasangsaran ing gesangipun para tiyang pitados pinangkanipun saking Gusti Allah. Wiwit Gusti nitahaken manungsa, Gusti ngersakaken supados gesangipun tansah ngraosaken kabegjan. Pramila sadaya kabetahaning gesang dipun cawisaken. Malah nalikanipun manungsa dhumawah ing dosa, ingkang njalari panandhang lan kasangsaran, Gusti enggal paring pitulungan. Gusti ngentasaken manungsa saking dosa-dosanipun. Pramila menawi tiyang pitados nglampahi panandhang lan kasangsaran, punika sih rahmatipun Gusti. Kenging punapa mekaten? Awit kita mangertosi bilih ing salebeting panandhang, Gusti pirsa saha ndherek makarya. Gusti kepareng nanggel kasangsaranipun tiyang pitados. Punika katitik anggenipun masrahaken ingkang Putra ontang-anting inggih punika Gusti Yesus Kristus. Sangsara lan sedanipun Gusti Yesus ing kajeng salib dados titikan anggenipun Gusti mbelani gesangipun para tiyang pitados. Punika sih rahmatipun Gusti, tiyang pitados tinimbalan nindakaken pakaryanipun Gusti anggenipun milujengaken manungsa lumantar Gusti Yesus Kristus. Pramila para tiyang pitados sampun samesthinipun ngaturaken panuwun sokur awit Gusti kepareng ngagem dados lantaraning berkah kawilujengan tumrap sesami.

Nalika ngadhepi kasangsaran, Rasul Petrus ngatag dumateng umat supados nuladha dan ngetut wingking Gusti Yesus. Nalika nandhang sangsara boten damel dosa, boten cidra, boten males ala, boten ngancam nanging masrahaken sadaya prakawis dumateng Gusti Allah ingkang ngadili kanthi adil.

Para sedherek ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti,

Punapa tiyang Kristen gadhah kesagedan kangge nuladha lan ngetut wingking Gusti Yesus? Kasunyatanipun taksih wonten tiyang Kristen ingkang boten purun nuladha lan ngetut wingking Gusti Yesus. Nalika boten kiyat anggenipun nandhang sangsara sami damel dosa. Gesang boten jujur lan cidra. Males alanipun sesami kanthi tumindak ingkang langkung kejem. Boten purun sumarah dhumateng Gusti nanging ngendelaken kasagedanipun piyambak anggenipun ngrampungaken prakawisipun. Bab punika dados bukti bilih tiyang Kristen kathah ingkang boten kasil. Sami ngakeni bilih manungsa punika ringkih lan kebak ing kekirangan, nanging bab mekaten kangge nutupi dosa-dosanipun. Saklangkung melasi awakipun piyambak kangge nutupi kekirangan anggenipun boten saged nuladha lan ndherek Gusti.

Kawontenaning pasamuwan ingkang wiwitan ing Yerusalem dipun remeni dening tiyang kathah. Cacahipun tiyang ingkang sami pitados sangsaya kathah lan pasamuwan sangsaya kiyat. Kenging punapa saged mekaten? Awit ing ngriku tiyang pitados sami tulung-tinulung, lados-linadosan, sami dene nggatosaken kabetahaning tiyang sanes ngantos sami kacekapan. Ing ngriku wonten pambangun turut, manunggil ing manah, sesarengan ndedonga kanthi tegen lan saiyeg. Boten mokal kanthi mekaten para tiyang pitados langkung gampil anggenipun ngecakaken katresnan dhumateng sesami. Kekempalan ingkang sae damel gampilipun para pitados anggenipun nuladha lan ngetut wingking tindakipun Gusti Yesus. Pramila kita sampun ngantos nilaraken tetunggilan kalian sesami kita. Wilujeng nulad saha ngetut wingking tindakipun Gusti Yesus. Gusti ingkang kita suwitani mberkahi kita sadaya. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat : Mateus 11:28-30

Pitedah Gesang Enggal : I Korinta 15:58

Pangatag Pisungsung : Pangandharing Toret 16:16b-17

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pamuji : KPK BMGJ 60:1, 2

Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 42:1-3

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 82:1-3

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 183:1-

Kidung Panutup : KPK BMGJ 81:1, 2

Khotbah Jangkep Minggu, 22 Mei 2010

Minggu Paskah Ke Lima (Putih)

MENJADI BATU HIDUP

Bacaan I: Kis Para Rasul 7:55-60; Tanggapan: Mazmur 31:1-5; 15-16,

Bacaan II: I Petrus 2:2-10; Bacaan III: Injil Yohanes 14:1-14

Tujuan:

Mengajak jemaat untuk menjadi “batu-batu yang hidup” sehingga damai sejahtera nyata dalam kehidupan bersama melalui karya dan pelayanan seluruh umat Tuhan

v Dasar Pemikiran

Menjadi batu hidup. Itulah kehendak Tuhan Yesus sebagai batu penjuru yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Maka ketika Tuhan menghendaki umat yang percaya kepada-Nya menjadi batu-batu hidup keyakinan kita adalah Tuhan terlebih dulu telah menebus kita. Karya penebusan itu yang memampukan kita menjadi batu batu hidup dan tersusun rapi, guna mewujudkan suatu pembangunan rumah rohani. Walaupun itu berisiko bagi kita.

v Keterangan Tiap Bacaan

Kisah Para Rasul 7:55-60 (Resiko Mengikut Kristus)

Stefanus dalam pembelaanya di hadapan Mahkamah Agama tanpa merasa takut menyatakan Umat Israel yang telah menolak Tuhan Yesus dan menyalibkan-Nya, serta menolak Roh Kudus yang diberitakannya harus bertobat. Pernyataan itu membuat Mahkamah Agama tertusuk hatinya. Mereka memutuskan menghukum Stefanus. Ini resiko yang harus diterimanya. Dengan memandang ke langit dan melihat kemuliaan Anak Manusia yang berdiri disebelah kanan Allah, Stefanus berdoa kepada-Nya agar rohnya diterima. Bahkan ia berdoa juga untuk mereka yang melemparinya. Doa yang mirip seperti doa Tuhan Yesus di atas kayu salib.

Mazmur 31:1-5, 15-16 (Penyerahan Nyawa Kepada Allah)

Mazmur 31:1-5, 15-16 ini merupakan doa pribadi dari Sang Pemazmur. Pokok permasalahan yang dihadapi diungkapkan dalam ratapannya., dan ayat 5 menjelaskan betapa peranan Tuhan sangat penting. Dimana Tuhanlah yang mengeluarkan dirinya dari jaring yang dipasang musuh. Bila Tuhan dilukiskan sebagai gunung batu tempat pertahanan dan perlindungan tidak ada alasan baginya untuk takut, karena Tuhan akan menjaminnya.

I Petrus 2:2-10 (Sebagai Batu Yang Hidup)

Tuhan Yesus sebagai batu yang dibuang oleh tukang bangunan, yaitu tua-tua dan para hukum Taurat, justru dipilih oleh Allah menjadi Batu Penjuru Orang yang percaya menjadi batu-batu yang hidup dan digunakan sebagai pembangunan rumah rohani untuk memberikan persembahan kepada Allah. Bagi yang percaya mahal harganya, tetapi yang tidak percaya hanya akan menjadi batu sandungan.

Injil Yohanes 14 : 1 – 14 (Tunjukkan Bapa itu Kepada kami)

Inilah dasar pengharapan orang Kristen zaman Perjanjian Baru dan semua orang percaya dewasa ini. Tujuan utama Tuhan Yesus meninggalkan murid-Murid-Nya adalah mempersiapkan surga. Kelak bila Tuhan Yesus datang kembali dipastikan bahwa orang yang percaya kepada-Nya akan dapat bersama-sama dengan-Nya di Kerajaan Surga untuk selama-lamanya.

Renungan Atas Bacaan

Diatas batu karang Tuhan hendak membangun jemaat-Nya. Sebuah pembangunan jemaat harus dilandasi dengan fondasi atau dasar yang kuat. Dan Tuhan Yesus sebagai batu penjuru yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan yang dalam hal ini adalah tua-tua dan ahli-ahli Taurat, justru dipakai oleh Allah sebagai batu penjuru. Sebagai dasar yang kokoh. Batu penjuru memerlukan batu-batu hidup untuk pembangunan sebuah rumah rohani. Pembangunan mengandung arti sebuah proses pertumbuhan dari umat percaya yang menerima Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus sudah merelakan diri-Nya sebagai kurban, maka batu-batu hidup itupun harus dapat mempersembahkan kurban bagi Allah.

Kurban persembahan itu akan terwujud bila batu-batu hidup itu melakukan fungsinya dengan benar, meskipun harus menghadapi resiko. Bahkan maut sekalipun. Karena janji Tuhan sorga akan diberikan kepada mereka. Menjadi batu-batu hidup yang berfungsi hanya dapat dilakukan saat kita mendekat pada Tuhan Yesus sebagai batu penjuru itu.

Harmonisasi Bacaan Leksionari

Wujud nyata beriman kepada Tuhan adalah menterjemahkan iman itu dalam perbuatannya. Seperti Stefanus. Sekalipun ia mati, tetapi ada pengharapan bahwa Tuhan sebagai Gunung Batu akan memberikan perlindungan dan rasa aman. Pentingnya mewujudkan iman mengingat Tuhan Yesus sebagai Batu penjuru memerlukan batu-batu yang hidup, agar dapat disusun menjadi suatu pembangunan rumah rohani. Pengharapan umat sebagai batu-batu yang hidup adalah janji Allah kelak yang akan datang dan menjemputnya untuk tinggal dalam kerajaan sorga.

Pokok dan Arah Pewartaan

Mewujudkan diri sebagai batu-batu hidup tidak terlepas dari Tuhan Yesus sebagai batu penjuru yang membangun jemaat-Nya. Sehingga dalam pembangunan itu membuahkan suatu persembahan kepada Allah. Tentu semua itu dapat terjadi bila kita dapat berfungsi dengan baik, maka surga yang dijanjikan Allah menjadi pengharapan yang nyata.

v Khotbah Jangkep

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

K

alau kita ditanya apa gunanya sebuah batu? Pasti banyak jawaban yang muncul sesuai dengan situasi dan kondisi kita. Misalnya, saat kita mengendarai mobil dan ditanjakan mobil itu mogok, lalu ada batu yang tergeletak di jalan, tentu kita menggunakan batu itu untuk mengganjal ban agar mobilnya tidak melorot. Lain halnya ketika kita sedang jalan-jalan tanpa disangka-sangka didepan kita ada anjing galak dan didekat kita ada batu, tentu batu itu dapat kita gunakan untuk melempar anjing, supaya anjing itu tidak mendekat dan menggigit kita. Masih banyak yang dapat kita utarakan gunanya batu dalam hidup kita.

Batu biasa saja dapat berguna, apalagi kalau itu sebuah batu yang hidup. Tentu kita akan bertanya-tanya batu yang hidup itu bagaimana bentuknya? Apakah batu itu dapat bergerak-gerak seperti manusia? Atau apakah batu itu dapat berbicara seperti kita? Pengertian batu hidup disini bukanlah dalam arti yang sebenarnya. Itu merupakan kiasan yang dikenakan kepada orang percaya kepada Yesus Kristus. Menurut Petrus setiap orang yang telah mempersatukan dirinya dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai Batu Penjuru, dirinya dapat diartikan sebagai batu hidup. Kiasan seperti itu mengingatkan kita pada perkataan Tuhan Yesus kepada Petrus: “Engkau Simon anak Yohanes, engkau akan dinamakan Petrus” (arti nama Petrus adalah batu karang lih. Yoh. 1 : 42). Di atas batu karang itulah Tuhan Yesus menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya (Mat. 16:18). Semua kiasan ini mengarahkan seluruh umat percaya memahami dirinya sebagai batu-batu hidup.

Peristiwa penting yang dapat dicatat dalam I Petrus 2 kaitannya dengan batu-batu yang hidup, semua orang percaya tidak boleh berserakkan, melainkan harus menjadi satu kesatuan. Sebab dengan kesatuan itu dapat digunakan untuk pembangunan suatu rumah rohani. Pembangunan suatu rumah rohani membutuhkan banyak batu-batu hidup. Tidak hanya satu batu saja. Bagaimana mungkin sebuah pondasi sebagai dasar dari sebuah rumah hanya terdiri dari satu batu. Tentu tidak mungkin. Maka Kristus yang digambarkan sebagai Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan (dalam hal ini orang-orang Yahudi yang menolak Tuhan Yesus telah ditetapkan oleh Allah menjadi batu penjuru) memerlukan batu batu hidup yang saling menopang.

Letak permasalahan yang perlu dipikirkan selanjutnya bagaimana orang percaya dan disebut sebagai batu hidup dapat dijadikan pembangunan suatu rumah rohani, lalu dapat mempersembahkan persembahan korban yang berkenan kepada Allah. Seperti persembahan Tuhan Yesus yang telah mengorbankan dirinya sebagai pembuka jalan ke tempat Yang Maha Kudus untuk menggantikan persembahan-persembahan yang dilakukan orang-orang Yahudi saat memberikan kurban. Melalui Kisah Para Rasul 7:54-60 kita dapat menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat oleh Stefanus. Sebagai orang yang dipenuhi dengan karunia dan kuasa-kuasa mengadakan mukjijat Stefanus melakukan amanat Tuhan. Menyerukan suara kenabian dengan mengatakan bahwa Kerajaan Allah yang telah lama dinantikan sudah datang di dalam Tuhan Yesus Kristus. Apabila bangsa Israel mau bertobat dan menerima Tuhan Yesus pemulihan itu segera terjadi.

Nampaknya keberanian Stefanus ini membuat kelompok yang menamakan jemaat orang Libertini gusar. Mereka ingin menyanggah pernyataan itu. Ketika berdebat dan kalah lalu mereka menghasut. Mempengaruhi tua-tua dan ahli Taurat sampai akhirnya mereka dapat menyergap Stefanus serta membawanya kehadapan Mahkamah Agama. Dihadapan Mahkamah Agama Stefanus kembali memperingatkan bahwa bangsa Israel menolak kesaksian Roh Allah dengan cara menyalibkan Tuhan Yesus sebagai Anak Allah dan menolak Roh Kudus yang baru saja ia beritakan. Peringatan yang sedemikian keras membuat hati mereka tertusuk. Dengan kemarahan akhirnya mereka secara sengaja membunuh Stefanus dengan menggunakan hukum yang berlaku saat itu.

Pelontaran batu menjadi tanda penganiayaan dan kebencian yang membara dalam diri orang-orang Yahudi. Stefanus menjadi korban kebencian dari mereka yang menolak Tuhan Yesus sebagai Mesias dan Raja. Namun demikian Stefanus masih sempat mendoakannya agar Tuhan Allah tidak menanggungkan dosa mereka. Doa yang indah sepeti yang dilakukan Tuhan Yesus saat disalib.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

Belajar dari pengalaman Stefanus ini ternyata tidak mudah menjadi batu-batu yang hidup. Terlalu beresiko. Memang mungkin kita tidak akan mengalami kejadian yang sama persis seperti Stefanus, namun dalam sisi lain kita akan mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan. Misalnya disingkirkan dari lingkungan, diejek, dicela bahkan diperlakukan tidak adil. Itu adalah konsekwensi yang harus diterima. Kalau kita melihat resiko itu, pastilah kita takut. Lebih enak berdiam diri sebab tidak ada resikonya. Masalahnya sekarang kita ini sebagai batu-batu hidup yang berfungsi. Bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sehingga mau tidak mau kita harus menjadi batu batu hidup yang berfungsi. Apa pun resikonya.

Sebab pengharapan dan penghiburan sebagai batu hidup saat melakukan tugasnya ternyata sudah dirasakan sendiri oleh Sang Pemazmur. Pengalaman itu dituangkan dalam Kitab Mazmur 31:1-5, 15-16. Dirinya merasa aman dalam tangan Tuhan. Mengapa? Karena baginya Tuhan adalah tempat berlindung. Tuhan sebagai gunung batu sangat cocok sebagai benteng. Benteng adalah tempat perlindungan atau tempat pengungsian. Sebuah tempat yang memberikan keamanan secara fisik bagi setiap orang dalam situasi perang. Benteng juga dapat dijadikan tempat perlindungan yang aman bagi tentara yang sedang berperang. Sedangkan untuk masyarakat sipil benteng adalah tempat yang aman untuk mengungsi manakala negara sedang berperang. Dengan kondisi seperti itu Sang Pemazmur merasakan aman dalam tangan Tuhan. Sebab Tuhan sendiri yang akan memberikan perlindungan secara mutlak kepadanya. Pengalaman rohani dari Sang Pemazmur akan memberikan pengharapan bagi kita. Kalau Tuhan sudah berpihak pada kita apa yang kita takutkan? Jaminan perlindungan bahkan keselamatan akan diberikan kepada kita, asal kita benar-benar melakukan pewartaan Kerajaan Allah sebagai batu-batu hidup yang tersusun rapi guna pembangunan rumah rohani untuk Tuhan.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

Sebagai batu batu hidup Tuhan tidak menghendaki kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sebab bila kita menjadi batu sandungan nanti ada orang yang terpeleset. Baiklah kita belajar mengawalinya dengan memahami sepenuhnya siapakah Tuhan Yesus sebagai Batu Penjuru. Mengapa? Karena kalau tidak memahami secara utuh siapa Tuhan Yesus itu, kita juga dapat terjebak seperti murid-Nya yang bernama Tomas dan Filipus. Mereka meski sudah lama bersama-sama dengan-Nya, toh masih juga belum memahami keberadaan-Nya. Seperti yang diceriterakan dalam Injil Yohanes 14:1-14. Tomas dan Filipus yang mempertanyakan kemana Tuhan akan pergi dan hakekat Bapa di dalam Yesus. Ketidaktahuan Tomas dan Filipus dipakai-Nya untuk mengajar lebih lanjut tentang janji tempat dimana diri-Nya akan pergi.

Pertama, Tuhan Yesus ingin menolong mereka supaya dapat lebih percaya kepada-Nya. Dia pergi untuk menyediakan tempat, yaitu rumah Bapa yang digambarkan di dalamnya banyak tempat tinggal.

Kedua Dia akan kembali untuk menjemput dan mengajak para murid tinggal bersama-Nya di surga. Pernyataan ini nampaknya tidak sekedar menjanjikan, tetapi menantang iman murid-murid-Nya. Dengan perkataan yang jujur dan terbuka : “.. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu..”hal itu lebih memberikan kepastian dan jaminan iman, serta menepis kegelisahan para murid. Dalam pernyataan ini, Tuhan Yesus menyiapkan murid-murid-Nya untuk menghadapi kematian-Nya. Selanjutnya mereka mengerti bahwa kematian-Nya bukanlah sia-sia, akan membawa hasil yang amat besar bagi mereka, yakni mempersiapkan sorga.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus,

Harapan ke depan bagi kita yang memahami karya penyelamatan Tuhan Yesus sampai dengan janjinya menyiapkan sorga, membuat kita harus dapat mewujudkan diri menjadi batu yang hidup serta berguna bagi orang lain. Tidak hanya sekedar berguna untuk mengganjal ban mobil saat mogok di tanjakkan atau sekedar untuk melempar anjing galak di dekat kita, melainkan lebih dari pada itu. Dapat membuat seluruh kehidupan kita menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan dihadapan Allah sebagai bentuk persembahan yang sejati. Amatlah disayangkan bila Tuhan telah melunasi hutang kita, tetapi kita justru menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah : Kisah Para Rasul 4 : 11 - 12

Petunjuk Hidup Baru : Roma 12 : 1 - 2

Nas Persembahan : Lukas 21 : 2 – 4

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembukaan : KJ 252 : 1, 2, 6

Nyanyian Penyesalan : KJ 37a : 1, 3

Nyanyian Kesanggupan : KJ 263 : 1, 6

Nyanyian Persembahan : KJ 393 : 1 - 3

Nyanyian Penutup : KJ 440 : 1, 4


Khotbah Jangkep Minggu, 22 Mei 2010

Minggu Paskah Kaping Gangsal (Pethak)

DADOS SELA GESANG

Waosan I: Kis. Para Rasul 7:55-60; Tanggapan: Mazmur 31:1-5; 15 – 16,

Waosan II: I Petrus 2:2-10; Waosan III: Injil Yokanan 14:1-14

Tujuan:

Ngatag pasamuwan dados “sela ingkang gesang” temahan tentrem rahayu kababar nyata wonten ing salebeting gesang sesarengan lumantar pakaryan saha paladosanipun sadaya pasamuwan.

v Khotbah Jangkep

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

M

anawi kita dipun takeni punapa ginanipun sela? Mesthi mawarni-warni wangsulanipun, trep kaliyan kawontenan kita. Upaminipun, rikala kita nitih mobil wonten ing margi ingkang minggah, kamangka mobil wau lajeng mandheg. Lajeng wonten sela ingkang gumlethak, mesthi kita lajeng mendhet sela punika kangge ngganjel supados mboten mlorot. Beda malih rikala kita nembe mlampah-mlampah tanpa kanyana ing sangajeng kita wonten segawon galak, ing sacelak kita wonten sela, mesthi sela kasebat saged kaangge mbandhem segawon wau supados segawon mboten nyathek. Taksih kathah sanget ginanipun sela tumrap gesang kita.

Sela biasa kemawon wonten ginanipun, punapa malih manawi punika wujud sela ingkang gesang. Temtu kita badhe tuwuh pitakenan watu sing urip iku kaya apa wujude? Apa watune bisa obah kaya manungsa? Apa bisa ngomong? Pangertosan sela gesang ing ngriki nggadhahi teges pasemon. Punika pasemon ingkang nggambaraken tumrap tiyang ingkang pitados dhumateng Yesus Kristus. Miturut Rasul Petrus saben tiyang ingkang sampun manunggil kaliyan Gusti Yesus minangka sela pojokan, tiyang punika saged kaumpamekaken kados dene sela ingkang gesang. Pasemon kasebat ngemutaken tumrap kita wonten ing pangandikanipun Gusti Yesus dhumateng Petrus: “Kowe iku Simon anake Yokanan. Kowe bakal dijenengake Kefas (tegese Petrus)”. Petrus ingkang tegesipun sela karang (mirsanana Yokanan 1:42). Wonten ing sanginggilipun sela karang punika Gusti Yesus ngendikakaken badhe ngedegaken pasamuwan kagunganipun (Mateus 16:18). Sedaya pasemon punika mbereg para tiyang pitados mangertosi bilih dhirinipun minangka sela-sela ingkang gesang.

Kedadosan ingkang wigatos lan saged kita cathet wonten ing I Petrus 2 minangka sela-sela ingkang gesang bilih sadaya tiyang pitados sampun ngantos kapisah-pisah nanging kedah manunggil dados setunggal. Sabab kanthi manunggal saged kaginakaken kangge mbangun padaleman kasukman. Mbangun padaleman kasukman mbetahaken sela-sela gesang ingkang kathah. Boten namung sela setunggal. Punapa inggih bilih pamdhemen kangge griya namung dipun damel saking sela setunggal? Mesthinipun boten mekaten. Pramila Gusti Yesus ingkang kagambaraken minangka sela ingkang kabucal dening tukang bangunan (salebetipun punika tiyang-tiyang Yahudi ingkang nampik Gusti Yesus sampun katetepaken dening Allah dados watu pojokan) mbetahaken sela-sela ingkang gesang supados sesarengan nyanggi.

Wosing prakawis ingkang perlu dipun galih salajengipun, kados pundi tiyang pitados ingkang kasebat minangka sela gesang punika saged kangge mbangun padaleman kasukman, salajengipun saged atur pisungsung ingkang katrimah dening Allah? Kados dene pisungsungipun Gusti Yesus ingkang sampun ngurbanaken dhiri minangka margi tumuju dhateng ngarsanipun Ingkang Maha Suci kangge nggentosi pisungsung-pisungsung ingkang dipun tindakaken dening tiyang-tiyang Yahudi salebetipun ngaturaken kurban. Lumantar Para Rasul 7:54-60 kita saged ningali punapa ingkang sampun dipun tindakaken dening Stefanus. Minangka tiyang ingkang dipun paringi kasagedan ngawontenaken mukjijat Stefanus nindakaken dhawuhipun Allah. Dipun antu (entosi) sampun rawuh wonten ing Gusti Yesus Kristus. Manawi bangsa Israel purun mratobat lan purun nampi Gusti Yesus pamulihan punika enggal kaleksanan.

Kados-kados kekendelanipun Stefanus punika ndadosaken pepanthan ingkang nama pasamuwan tiyang Libertini kepengin nyaruwe bab ingkang dipun cariyosaken Stefanus. Namung kemawon tiyang-tiyang punika kawon wonten ing salebeting bebantahan, punika ingkang ndadosaken sami mitenah lan ngojok-ojoki pinisepuh lan ahli Toret, satemah sami saged ngrangket Stefanus sarta ngglandhang dhateng sangajenging Mahkamah Agami. Wonten ing sangajenging Mahkamah Agami Stefanus ngemutaken bilih bangsa Israel nampik paseksinipun Roh Allah kanthi cara nyalibaken Gusti Yesus minangka Putranipun Allah lan mboten nampi Roh Suci ingkang nembe kemawon dipun wartosaken. Stefanus ngemutaken kanthi cara ingkang pedhes damel tiyang-tiyang goreh manahipun. Kanthi kanepsonipun, tiyang-tiyang tundhanipun kanthi sengaja mejahi Stefanus ngginakaken dhasar hukum ingkang lumampah wekdal punika.

Mbandhemi ngangge sela minangka pratandha panganiaya lan rasa sengit ingkang kalangkung tumrap tiyang-tiyang Yahudi. Stefanus dados banten, amargi raos sengitipun tiyang-tiyang Yahudi ingkang mboten ngakeni bilih Gusti Yesus minangka Sang Mesih lan Raja. Sanadyan mekaten Stefanus taksih gadhah wekdal ndongakaken tiyang-tiyang ingkang mbenturi mawi sela supados Gusti Allah boten ngetang dosanipun tiyang-tiyang wau utawi karsa paring pangapunten. Pandonga ingkang endah kados dene pandonganipun Gusti Yesus rikala dipun salib.

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

Nyinau saking pangalamanipun Stefanus sanyata boten gampil dados sela-sela ingkang gesang. Tanggelanipun awrat sanget tumrap kita. Pancen kita bok menawi boten badhe nglampahi kedadosan ingkang sami kados ingkang dipun temahi dening Stefanus, nanging ing bab sanes kita badhe ngadhepi patrap ingkang mboten ngremenaken saking tiyang sanes. Upaminipun dipun tebihi tiyang sanes, dipun poyoki, kepara dipun tanduki boten adil. Inggih punika tanggelan ingkang kedah kita sanggi. Menawi kita ningali tanggelanipun, mesthi kita dados ajrih. Langkung sekeca kendel kemawon sabab boten wonten tanggelanipun. Ingkang dados prakawis samangke, kita punika sela-sela gesang ingkang kedah migunani. Sanes sela sandhungan tumrap tiyang sanes. Pramila purun boten purun, kita kedah ngetingalaken jati dhiri minangka sela-sela ingkang gesang ingkang migunani sanadyan kedah nyanggi tanggelan ingkang awrat.

Pangajeng-ajeng lan panglipur tumrap kita minangka sela gesang rikala nindakaken lelados kagem Gusti, pranyata sampun karaosaken piyambak dening juru masmur. Pangalaman punika dipun serat wonten Kitab Jabur 31:1-5,15-16. Juru masmur rumaos ayem wonten ing astanipun Gusti. Kenging punapa juru masmur rumaos ayem? Awit mangertosi bilih Gusti Allah punika papan pangayoman. Minangka redi sela trep sanget minangka beteng. Beteng punika papan pangayoman utawi papan pangungsen. Satunggaling papan ingkang damel raos aman sacara kajasmanen tumrap saben tiyang ingkang ing salebeting perang. Beteng ugi saged kangge ndhelik kanthi tentrem tumrap prajurit ingkang nembe perang. Ewadene kangge masyarakat limrahipun, beteng punika papan ingkang nentremaken kangge ngungsi rikala negari nembe ing kawontenan paprangan. Kanthi kawontenan ingkang kados mekaten juru masmur ngraosaken tentrem ing astanipun Gusti. Amargi Gusti pribadi ingkang estu-estu ngayomi piyambakipun. Pangalaman kasukman saking juru masmur nedahaken bab pangajeng-ajeng tumrap kita. Menawi Gusti sampun ngrengkuh kita punapa malih ingkang njalari kita ajrih? Tanggelan pangayoman dalah kawilujengan badhe dipun paringaken kangge kita, menawi kita estu-estu nindakaken paladosan martosaken bilih Kratonipun Allah minangka sela-sela gesang ingkang katata sae kangge mbangun padaleman kasukman kagem Gusti.

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

Minangka sela-sela gesang, Gusti boten ngersakaken kita dados sela sandhungan tumrap tiyang sanes. Sabab manawi kita dados sela sandhungan mesthi badhe wonten tiyang ingkang kesandhung. Prayogi kita wiwit nyinau sajangkepipun bab sinten ta Gusti Yesus punika minangka Sela Pojokan. Kenging punapa? Awit menawi mboten nggadhahi pamawas kanthi wetah bab Gusti Yesus, kita ugi kablithuk ing pamawas klentu kadosdene siswanipun Gusti Yesus. Sampun sawatawis dangu sareng kaliyan Gusti nanging dereng mangertosi kawontenanipun Gusti Yesus sanyatanipun. Kados kacariyosaken ing Injil Yokanan 14:1-14. Tomas lan Filipus ingkang nyuwun pirsa dhateng pundi Gusti badhe tindak lan tegesipun Sang Rama dumunung ing Sang Putra. Cublukipun Tomas lan Filipus dipun agem dening Gusti Yesus kangge mucal langkung lebet malih ing bab prajanji papan ing pundi Panjenenganipun badhe nilaraken siswa-siswanipun. Kawiwitan anggenipun Gusti Yesus ngersakaken paring pitulungan supados para siswa saged langkung pitados dhumateng Panjenenganipun. Tindakipun kangge nyawisaken papan, inggih punika dalemipun Sang Rama, ingkang ing ngriku kathah panggenan, lan Panjenenganipun badhe rawuh malih kangge mapag tiyang-tiyang ingkang pitados. Pangandika punika kados-kados boten namung prajanji, nanging nggigah kapitadosanipun para siswa. Kanthi ngendika jujur lan cetha: “… Manawa ora mangkono, kowe rak mesthi wis padha Dakkandhani” bab punika langkung mesthekaken lan tanggelan kapitadosan sarta dados dhasar anggenipun nyingkiri raos mangu-mangunipun para siswa. Wonten ing pangandikanipun punika Gusti Yesus nyawisaken siswa-siswanipun kangge ngadhepi sedanipun Gusti Yesus mangke, supados sami mangertos bilih sedanipun boten muspra. Sedanipun mbekta asil ingkang ageng tumrap tiyang pitados, inggih punika nedahaken swarga minangka papan ingkang badhe dipun panggeni sesarengan Gusti ing benjang.

Para sedherek ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti,

Mesthinipun tumrap kita ingkang sampun saged mawas bab pakaryanipun Gusti Yesus kangge milujengaken manungsa ngantos prajanjinipun nyawisaken swarga, kita kedah saged ngulungaken dhiri kita dados sela ingkang gesang. Sela gesang ingkang migunani tumrap tiyang sanes. Boten namung saged kangge ngganjel ban mobil mogok utawi kangge mbandhem segawon galak, nanging langkung saking punika ginanipun. Saged ndamel pagesangan kita dados pisungsung ingkang gesang, ingkang suci lan dados keparengipun Gusti minangka wujud pisungsung ingkang sejatos. Eman sanget manawi Gusti sampun nyaur pundhat utang kita, nanging kita malah dados sela sandhungan tumrap tiyang sanes. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat : Lelakone Para Rasul 4 : 11 - 12

Pitedah Gesang Enggal : Rum 12 : 1 - 2

Pangatag Pisungsung : Lukas 21 : 2 - 4

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 31 : 1, 3

Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 51 : 1, 4

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 61 : 1, 2

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 186 : 1 - 4

Kidung Panutup : KPK BMGJ 160 : 1, 3

Khotbah Jangkep Minggu, 29 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Enam (Putih)

Kuduskanlah Kristus Dalam Hatimu Sebagai Tuhan

Bacaan I: Kisah Para Rasul 17: 22-31; Tanggapan: Mazmur 66: 8-20;

Bacaan II: I Petrus 3: 13-22; Bacaan III: Yohanes 14: 15-21

Tujuan:

Agar jemaat menempatkan Kristus dengan sebenarnya

di dalam hati sebagai Tuhan.

v Dasar pemikiran:

Kadangkala yang namanya kebimbangan dapat menjadikan orang mengambil keputusan yang keliru, pun termasuk dalam memahami kehadiran Tuhan dianggap hanya penyejuk yang bersifat sementara di tengah arus hidup yang menekan. Tuhan sering tidak dianggap sebagai pribadi yang berkuasa, Tuhan kerap hanya ditempatkan bagi pemenuhan kondisi manusiawi belaka. Pola beriman kita kerap kali menempatkan iman kita hanya sebatas pemenuhan kebutuhan manusiawi.

v Keterangan Tiap Bacaan:

Kisah Para Rasul 17: 22 – 31 (Sembahlah Allahmu)

Lukas penulis Kisah Para Rasul ini, menuturkan suatu kali ketika Paulus setelah mendapat bantuan pertolongan dari orang-orang percaya untuk meninggalkan kota Tesalonika, karena hendak dihadapkan kepada pengadilan di Tesalonika oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika, kini Paulus harus menghadap di depan sidang Aeropagus di kota Atena Yunani. Paulus memberitakan perihal Allah yang tidak dikenal oleh penduduk kota Atena. Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang menjadikan manusia hidup, bergerak, dan ada. Paulus meminjam pemikiran pujangga kota Atena untuk lebih mendekatkan hal tentang Allah kepada penduduk Atena. Pada “khotbah ringkas” Paulus itu, Paulus menjelaskan tentang Allah yang menetapkan pengadilan atas manusia oleh seorang yan telah ditentukan-Nya dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.

Mazmur 66: 8 – 20 (Pujialah Allahmu Hai SegalaBangsa)

Kitab Mazmur lebih didominasi nyanyian-nyanyian pujian atau ungkapan untuk memuliakan Allah. Sala satunya dalam perikop atau sebagian kumpulan syair lagu pujian ini. Bacaan ini di bagi dalam 3 kelompok:

Ayat 8 sampai 12 berisi ajakan untuk memuji Allah, karena Allah telah mempertahankan jiwa dan kehidupan manusia, memurnikan manusia dan menghantarkan manusia melintasi pengalaman-pengalaman berat.

Ayat 13 sampai 15 merupakan kesediaan pemazmur (manusia) untuk mempersembahkan korban-korban syukur atas kemurahan Allah, seperti dalam tradisi Israel dan diatur di dalam kitab Imamat.

Ayat 16 sampai ayat 20 berisi ajakanpemazmur agar orang mendengar apa yang telah dirasakan dan dialami oleh orang yang menyembah Tuhan, sampai pada hal hati manusia jika hendak berniat yang tidak benar Tuhan Allah tidak mau mendengar. Semua ungkapan tersebut menandai bahwa Tuhan berkenan dekat dan akrab dengan manusia.

I Petrus 3: 13 – 22 (Kuduskanlah Kristus Sebagai Tuhan)

Suatu hal yang nampak dalam hidup orang beriman adalah perikehidupan orang beriman yang tidak berhenti berbuat baik. Hal yang demikian itu lahir karena hidup orang beriman memiliki keyakinan akan Tuhan yang menyertai, demikian Petrus dalam suratnya, bahkan Tuhan ditempatkan di hati manusia atau orang beriman. Hati yang dipenuhi oleh segala kebaikan agar menjadi layak Kristus tinggal di dalamnya. Menguduskan Kristus di hati sebagai Tuhan tentu mengupayakan keadaan hati yang bening dan memuliakan Kristus itu dengan penghayatan hati lan perlaku hidup yang baik. Hati merupakan simbol dari pusat kehidupan manusia dalam pikiran dan perasaan, dan dari tempat itulah akan lahir keberanian-keberanian mengambil keputusan dan perbuatan mana yang akan dilakukan. Menarik dalam bacaan ini bahwa jika Kristus di hati orang, maka orang akan lebih memiliki potensi kebaikan, dan jika kebaikan itupun harus diwujudkan dengan cara tahan menderita. Penderitaan yang dialami orang mendapatkan penguatan karena Kristus pun mengalami penderitaan hingga harus menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia.

Injil Yohanes 14: 15 – 21 (Penghibur Sejati)

Perikop bacaan ini berisikan janji penyertaan Tuhan yang pasti akan dialami oleh orang, akan tetapi Tuhan Yesus mengingatkan adanya kondisi yang menjadi prasyarat yakni jika orang melakukan segala perintah Tuhan Yesus, pertanda bahwa orang itu mengasihi-Nya. Pernyataan itu diungkapkan oleh Tuhan Yesus dengan menyebutkan seorang Penolong yang lain. Seorang penolong ini bukan serta merta sebagai pribadi manusia genetik (manusia bilogis) setelah Yesus, melainkan ditandaskan oleh Yesus sebagai Roh Kebenaran yang tidak dikenal oleh dunia, namun hanya dikenal secara spesifik oleh orang beriman saja. Sementara itu wujud penyertaan Roh Kebenaran itu difokuskan sendiri oleh Yesus sebagai wujud kehadiran-Nya lagi dalam kehidupan sepanjang masa.

Orang beriman kembali diingatkan bahwa siapa yang memegang perintah Yesus dan melakukan, maka orang itulah yang mengasihi Yesus. Pada orang yang mengasihi Yesus orang itu juga akan dikasihi Bapa di sorga dan Yesus menyatakan diri-Nya kepada orang itu.

Harmonisasi bacaan:

Jika orang mengakui keberadaan Allah dan mempercayakan hidupnya kepada Allah, maka orang akan membagikan pengalaman rohaninya hidup dalam kebersamaan dengan Allah, seperti yang dilakukan Paulus meski harus menghadapi resiko. Sebagaimana pemazmur mengungkapkan bahwa Allah yang dikenal itu dan menguasai hidupnya adalah Allah yang mempertahankan jiwa menguatkan dalam melintasi pengalaman-pengalaman berat, hingga untuk hal yang di mulai dari hati nurani jika akan berbuat jahat, Tuhan tidak mau mendengarnya. Tuhan yang diimani oleh orang beriman menjadikan orang akan mengalami bahwa Tuhan yang menyertai, demikian Petrus dalam suratnya, bahkan Tuhan ditempatkan di hati manusia atau orang beriman. Hati yang dipenuhi oleh segala kebaikan agar menjadi layak Kristus tinggal di dalamnya. Menguduskan Kristus di hati sebagai Tuhan tentu mengupayakan keadaan hati yang bening dan memuliakan Kristus itu dengan penghayatan hati lan perlaku hidup yang baik. Hati merupakan simbol dari pusat kehidupan manusia dalam pikiran dan perasaan, dan dari tempat itulah akan lahir keberanian-keberanian mengambil keputusan dan perbuatan mana yang akan dilakukan. Kehadiran Tuhan lebih ditandaskan oleh Yohanes bahwa Tuhan dalam Roh itu akan tinggal di dalam hidup manusia. Oleh karena itu manusia atau orang beriman wajib menempatkan Kristus dan menguduskan Kristus sebagai Tuhan.

v Khotbah Jangkep

Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.

B

agaimanakah ukuran kesalehan seseorang itu? Apakah akan diukur dari rajinnya orang beribadah, hadir di tiap kegiatan gerejawi, peduli terhadap apapun kebutuhan gereja, dan masyarakat, namun dalam tutur katanya pedas, tinggi hati dan sering menciptakan korban. Apakah ukuran kesalehan itu karena orang tersebut sudah lama jadi orang Kristen? Lama jadi orang Kristen tetapi mempunyai kebiasaan tidak baik kepada sesamanya. Apakah kesalehan itu diukur dari rasa memiliki gereja namun perilakunya sangat tidak terpuji?

Jemaat yang terkasih,

Apakah kita memang membutuhkan figur kesalehan? Ataukah figur kesalehan itu karena susah didapati sehingga kita tidak perlu punya gambaran ideal tentang kesalehan? Apakah kesalehan orang itu memang ada, atau baru berada pada pengharapan saja? Apakah ada orang yang tekun berbakti, rajin berdoa, rajin membaca Kitab Suci, takut akan Tuhan, rendah hati, penuh sabar, penuh kasih sayang, bukan orang yang mudah marah, jauh dari sikap mudah tersinggung, tidak pernah iri hati, selalu mensyukuri dan menganggap hidup adalah anugerah Tuhan, jujur, tidak pernah menyakiti orang lain, tutur katanya hanya membuat orang lain sejuk, tekun menolong sesama baik yang membutuhkan penghiburan, penguatan ataupun pertolongan keuangan, orang yang bening hatinya; lahir batin mengasihi sesamanya, ada atau tidakkah orang semacam itu? Kalau tidak ada bagaimana Kristus nampak dari kehidupan kita.

Dalam PPA (Pokok-Pokok Ajaran) GKJ bahwa gereja memiliki cedera manusiawi. Cedera manusiawi inilah yang memungkinkan kesalehan yang kita gambarkan tadi menjadi tidak nampak, akan tetapi ada usaha-usaha untuk terus menerus menjalani hidup dengan mematuhi perintah-perintah Tuhan dimungkinkan tetap terjadi. Dalam perjuangan untuk terus menerus mengupayakan hidup sepadan dengan kehendak-Nya serta upaya menguduskan Kristus sebagai Tuhan inilah yang hendak kita renungkan.

Jemaat yang terkasih,

Lantas bagaimana pula dengan Kristus yang ditempatkan di hati dan dikuduskan sebagai Tuhan. Menguduskan Kristus itu yang bagaimana? Apakah Kristus perlu dikuduskan oleh manusia, jika manusia itu tidak bisa menjalani hidup dalam kesalehan, jadi bagaimana Kristus bisa dikuduskan? Tekanan dalam surat Petrus bukan pada Kristus yang belum kudus sehingga pada-Nya orang harus menguduskan-Nya. Akan tetapi dari pihak manusialah yang diharapkan melalui pikiran, perasaan dan tindakannya berpadanan dengan kekudusan Kristus. Melalui kesadaran Kristus yang tinggal di hati, maka orang diharapkan mengupayakan hidupnya menjadi kudus. Selanjutnya menguduskan Kristus artinya juga menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan orang itu.

Menguduskan Kristus di hati sangat dekat sekali dengan melakukan hidup yang sungguh-sungguh berpadanan dengan keagungan Kristus. Dengan melakukan hidup yang berpadanan itu menjadi pertanda bahwa orang itu mengasihi-Nya. Mengingat manusia berada dalam kondisi cedera manusiawi, maka agar dapat melakukan hal itu Tuhan menghadirkan penolong, denagn harapan manusia benar-benar mampu melakukannya. Penolong itu adalah Roh Kudus. Bukan pribadi manusia biologis setelah Yesus Kristus, melainkan ditandaskan oleh Yesus Kristus sebagai Roh Kebenaran yang tidak dikenal oleh dunia, namun hanya dikenal secara spesifik oleh orang beriman saja. Sementara itu wujud penyertaan Roh Kebenaran itu difokuskan sendiri oleh Yesus sebagai wujud kehadiran-Nya lagi dalam kehidupan sepanjang masa. Orang beriman kembali diingatkan bahwa siapa yang memegang perintah Yesus dan melakukan, maka orang itulah yang mengasihi Yesus. Pada orang yang mengasihi Yesus orang itupun akan dikasihi Bapa di Jemaat yang terkasih,

Lantas bagaimana pula dengan Kristus yang ditempatkan di hati dan dikuduskan sebagai Tuhan. Menguduskan Kristus itu yang bagaimana? Apakah Kristus perlu dikuduskan oleh manusia, jika manusia itu tidak bisa menjalani hidup dalam kesalehan, jadi bagaimana Kristus bisa dikuduskan? Tekanan dalam surat Petrus bukan pada Kristus yang belum kudus sehingga pada-Nya orang harus menguduskan-Nya. Akan tetapi dari pihak manusialah yang diharapkan melalui pikiran, perasaan dan tindakannya berpadanan dengan kekudusan Kristus. Melalui kesadaran Kristus yang tinggal di hati, maka orang diharapkan mengupayakan hidupnya menjadi kudus. Menguduskan Kristus artinya juga menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan orang itu.

Menguduskan Kristus di hati sangat dekat sekali dengan melakukan hidup yang sungguh-sungguh berpadanan dengan keagungan Kristus. Dengan melakukan hidup yang berpadanan itu menjadi pertanda bahwa orang itu mengasihi-Nya. Mengingat manusia berada dalam kondisi cedera manusiawi, maka agar dapat melakukan hal itu Tuhan menghadirkan penolong, denagn harapan manusia benar-benar mampu melakukannya. Penolong itu adalah Roh Kudus. Bukan pribadi manusia biologis setelah Yesus Kristus, melainkan ditandaskan oleh Yesus Kristus sebagai Roh Kebenaran yang tidak dikenal oleh dunia, namun hanya dikenal secara spesifik oleh orang beriman saja. Sementara itu wujud penyertaan Roh Kebenaran itu difokuskan sendiri oleh Yesus sebagai wujud kehadiran-Nya lagi dalam kehidupan sepanjang masa. Orang beriman kembali diingatkan bahwa siapa yang memegang perintah Yesus dan melakukan, maka orang itulah yang mengasihi Yesus. Pada orang yang mengasihi Yesus orang itupun akan dikasihi Bapa di sorga dan Yesus menyatakan diri-Nya kepada orang itu.

Jemaat yang terkasih,

Jika selama ini pola iman yang dihayati; bahwa Tuhan diukur dari berkat-berkat-Nya, kebutuhan manusiawi yang terpenuhi, maka orang bisa mengatakan Tuhan itu mengasihi, bahkan untuk berkat yang diterima, orang bisa mengadakan persekutuan doa syukur atau bidstond ( bahasa Belanda dari bid: berdoa, stond: berdiri). Hal yang demikian perlu kita cermati lagi. Karena kesalehan itu akan terlihat pula dengan hidup yang berani menderita tetapi tetap bersyukur, karena orang itu menyakini Tuhan hadir di dalam hidupnya bukan ketika memberi berkat saja. Orientasi hidup bukan pada kesuksesannya, tetapi orientasi hidup itu bagi kemuliaan Kristus. Seperti halnya Paulus, semula ia orang hebat dalam masyarakat Yahudi, namun ia meninggalkan semuanya itu setelah ia bertobat dan bahkan bersedia menanggung derita dalam perjuangannya mengabarkan Injil. Baginya Kristus menjadi segala-galanya.

Masih ada harapan bagi kita untuk dapat menguduskan Kristus, harapan itu dimulai dari diri kita sendiri. Bagaimana kita memandang hidup yang diberikan Tuhan itu meski harus mengalami segala sesuatu yang tidak nyaman. Orientasi hidup kita terpusat kepada Kristus, keseluruhan hidup kita berpadanan dengan keagungan Kristus. Hati yang ikhlas dan bening melandasi setiap perbuatan kita. Jauh dari ambisi dan kepentingan tertentu dalam kita melakukan kehendak Kristus. Di situlah kita memuliakan dan menguduskan Kristus dalam hati kita. Tuhan memberkati. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita Anugerah :Efesus 2: 4 – 7

Petunjuk Hidup Baru : I Petrus 3 : 14 - 15

Persembahan : Amsal 3: 9 - 10

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Nyanyian Pembuka :KJ 242: 1, 3, 4

Nyanyian Penyesalan :KJ 240A: 1,2,3

Nyanyian Kesanggupan :KJ 252: 1, 2, 4

Nyanyian Persembahan :KJ 387: 1 --

Nyanyian Penutup :KJ 260: 1,2,3

Khotbah Jangkep Minggu, 29 Mei 2011

Minggu Paskah Ke Enam (Putih)

Padha nucekna Gusti Yesus Kristus ing sajroning atimu kayadene Pangeran

Waosan I: Lelakone Para Rasul 17: 22 – 31;Tanggapan: 66: 8 – 20;

Waosan II: I Petrus 3: 13 – 22; Waosan III: Injil Yokanan14: 15 – 21

Tujuan:

Pasamuwan nglenggahaken Sang Kristus ing salugunipun

wonten ing manah minangka Gusti.

v Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Gusti Yesus Kristus.

K

adospundi takeraning tiyang gesang ing salabeting kamursidan? Punapa badhe dipun tingali saking anggenpun sregep ngabekti, tansah wonten ing sadhengah paladosaning pasamuwan, migatosaken sadaya kabetahaning pasamuwan lan masyarakat, nanging kedaling lathi landhep nenatoni, gumunggung tuwin asring njalari tiyang sanes tatu. Punapa takeraning kamursidan punika dipun tingali saking anggenipun tiyang sampun dangu dados tiyang Kristen? Dangu wekdal dados tiyang Kristen nanging patrapipun kulina boten prayogi dhateng sesaminipun. Punapa kamursidan punika dipun tingali saking raos handarbeni pasamuwan nangin patrapipun boten nengsemaken?

Pasamuwan ingkang kinasih,

Punapa kita pancen mbetahaken satunggaling tiyang ingkang kaanggep mursid? Utawi karana ngupadi tiyang ingkang pantes sinebat mursid punika angel, lajeng kita boten prelu ndarbeni gegambaran tumrap tiyang ingkang nengsemaken ing bab kamursidan? Punapa kamursidan punika pancen wonten, utawi nembe wonten ing pangajeng-ajeng kita kemawon? Punpa wonten ingkang tumemen ngabekti, sregep ndedonga,, sregep maos Kitab Suci, ajrih asih dhumateng Gusti, lembah manah, tansah nandukaken kasabaran, kebak katresnan, sanes tiyang ingkang gampil nepsu, tebih saking raosing manah ingkang gampil kesenggol, botenkumeren, tansah caos sokur lan nampeni bilih gesang punika peparingipun Gusti, jujur, boten nate damel tatuning asanes, panagdikanipun adamel asrep tiyang sanes, tumemen tetulung dhateng sesami ingkang mbetahaken panglipuran, pakiyatan lan pitulungan ingkang magepokankaliyan dana, tiyang ingkang wening manahipun, lair batin nresnani sesami, wonten punpa boten tiyang ingkang kados makaten? Menawi boten wonten lajen kadospundi anggenipun Sang Kristus kawarna ing gesang kita?

Wonten ing PPA (Pokok-pokok Ajaran) GKJ, bilih pasamuwan punika ndarbeni cacad kamanungsan. Cacading kamanungsan punika ingkang njalari kamursidan ingkang kita gambaraken wau boten kasumerepan, ananging wonten pambudidaya kangge tansah gesang kanthi mituhu dhateng dhawuhipun Gusti. Salebeing pambudidaya ngupadi gesang selaras kaliyan karsanipun Gusti sarta pambudidaya nucekaken Sang Kristus, inggih punika ingkang kita raosaken ing wekdal samangke.

Pasamuwan ingkang kinasih,

Lajeng kadospundi menggahing Sang Kristus ingkang kalenggahaken ing manah lan kasucekaken minangka Pangeran (Gusti)? Punapa Gusti Yesus prelu kasucekaken dening manungsa, menawi manungsa piyambak boten saged nglampahi gesang salebeting kamursidan? Punapa ingkang dipun tandhesaken wonten ing serat Petrus boten kangge bab Gusti ingkang dereng suci satemah prelu kasucekaken dening manungsa, ananging saking manungsa piyambak ingkang kasuwun lumantar pikiran, raosing manah lan tumindak kaudi supados suci. Ing salajengipun nucekaken Sang Kristus inngih mengke teges nglenggahaken Sang Kristus wonten ing punjeraning gesangipun manungsa.

Nucekaken Sang Kristus wonten ing manah celak sanget kaliyan nindakaken gesang ingkang tumemen laras kaliyan kaluhuranipun Sang Kkristus. Akanthi cara gesang ingkang laras dados pratandha yekti bilih tiyang punika nresanani Panjenenganipun. Angengeti bilih manungsa mapan ing kawontenan cacading kamanungsan, pramila supados manungsa saged nindakaken gesang laras kaliyan kaluhuranipun Gusti, Gusti ngrawuhaken juru tetulung, juru tetulung punika sanes satunggaling pawongan minangka lintunipun Gusti sasampunipun sumengka, ananging Roh Suci minangka Rohing Kayekten ingkang boten kasumerepan dening jagad, nanging namung dipun tepang kanthi mirungga dening tiyang pitados kemawon. Dene kababring Rohing Kayekten anggenipun badhe nyarengi manungsa kawujud wonten ing caranipun Gusti Yesus rawuh piyambak wonten ing gesangipun manungsa ngantos ing salaminipun. Tiyang pitados lajeng kaengetaken dhateng bab sok sintena ingkang ngugemi dhawuhipun Gusti lan ngestokaen, inggih tiyang punika ingkang nresnani Panjenenganipun. Tumrap tiyang ingkang nresnani sang Kristus, tiyang punika inggih badhe dipun tresnani dening Sang Rama ing swarga lan Gusti Yesus mbabaraken sariranipun wonten ing tiyang punika.

Pasamuwan ingkang kinasih.

Manawi kita sadangunipun punika katuntun ing cara gesanging karohanen; bilih Gusti namung dipun tingali saking peparingipun, kabetahaning manungsa ingkang kacekapan, tiyang punika badhe pratela bilih Gusti punika nresnani, kepara tumrap berkah ingkang tinampi wau tiyang saged ngawontenaken bidstond (basa Walandi saking tembung bid: pandonga lan stond: jumeneng, lajeng tegesipun: kempalan pandonga). Bab ingkang makaten prelu katiti priksa malih, karana kamursidan punika badhe katingal saking gesangipun tiyang ingkang purun lan kendel nampeni kasangsaran ananging tetap saged ngunjukaken pamuji sokur, jalaran tiyang punika saged ngraosaken bilih Gusti rawuh wonten ing gesangipun boten namung nalika maringi berkah kemawon. Underaning gesangipun boten ing babagan kasembadaning panyuwunan ingkang satemah luber ing samukawis, anangin underanipun ing bab kadospundi ngluhuraken Sang Kristus. Kadosdene Rasul paul, suwau panjenenganipun punika tiyang ingkang pilih tandhing saking satengahing bangsa Yahudi, nanging nilar sadaya punika sasampunipun mratobat lan malah purun nanggel kasangsaran salebeting ngundhangaken Injilipun Gusti. Tumrap Rasul Paul, Sang Kristus punika samudayanipun.

Taksih wonten pangajeng-ajeng kita kangge saged nucekaken Sang Kristus, pangajeng-ajeng wau kawiwitan saking dhiri pribadi. Kadospundi kita mawas gesang ingkang kaparingaken Gusti sanadyan kedah nampeni samukawis ingkang boten ngremenaken. Underaning gesang kita samangke namung Sang Kristus, sawetahing gesang kaudi laras kaliyan kaluuranipun Sang Kristus. Manah ingkang iklas, tinarbuka lan wening minangka tetalesing pandamel kita. Tebih saking pepinginaning pamrih lan kapentingan tartamtu salebetining kita nindakaken karsanipun Sang Kristus. Inggih ing ngriku kita ngluhuraken lan nucekaken Sang Kristus ing manah kita. Gusti mberkahi. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat :Efesus 2: 4 – 7

Pitedah Gesang Anyar : I Petrus 3 : 14 - 15

Pangatag Pisungsung : Amsal 3: 9 - 10

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pambuka :KPK 152: 1,2,3

Kidung Panalangsa :KPK 48: 1, 2

Kidung Kasanggeman :KPK 104: 1,2,3

Kidung Pisungsung :KPK 186: 1--

Kidung Panutup :KPK 288: 1, 2