Minggu, 03 Juli 2011

Khotbah 10 Juli 2011

Khotbah Jangkep Minggu, 10 Juli 2011

Pekan Biasa Ke Lima Belas (Hijau)

Firman Tuhan Tak

Hilang Percuma

Bacaan I: Yesaya 55:10-13, Tanggapan: Mazmur 65:1-8, 9-14

Bacaan II: Roma 8:1-11, Bacaan III: Injil Matius 13:1-9, 18-23

Tujuan

Melalui pembacaan bacaan leksionari dan pewartaannya, jemaat mampu menghayati dan mempunyai keyakinan bahwa firman Tuhan yang diterimanya selalu berarti dan memiliki makna dalam kehidupan. Firman Tuhan tidak pernah sia-sia.

v Dasar pemikiran

Firman Tuhan sering dirasa tidak relevan dengan kehidupan riil sehingga sulit dipahami dan seakan tidak berkuasa dalam hidup. Padahal Firman Tuhan selalu menyapa bagi siapapun, dalam konteks apapun. Bahkan kita pun memiliki Firman Hidup, yaitu Yesus, yang menjadi pegangan dalam menghasilkan buah-buah kehidupan.

v Keterangan Tiap Bacaan

Yesaya 55:10-13

Sesuai tema besar deutero Yesaya (Yesaya 40-55), Yesaya 55 berisi janji yang meneguhkan umat bahwa Tuhan dan firman-Nya akan berkarya menolong, melepaskan, dan membebaskan mereka dari pembuangan, serta mengembalikan mereka ke tanah mereka. Karya Tuhan (dan Firman-Nya) selalu berhasil meskipun kadang harus melalui proses.

Mazmur 65:1-8, 9-13

Mazmur 65 merupakan ungkapan syukur yang muncul karena pemahaman bahwa karya pemeliharaan Tuhan bagi setiap makhluk adalah nyata, memenuhi seluruh aspek kehidupan, terlebih pengampunan dan pengembalian manusia menjadi umat Tuhan, yang diperkenan mendekat dan diam bersama Tuhan (ayat 4,5). Memahami hal itu menyebabkan pemazmur menjalani tahun-tahun hidupnya dalam sukacita ilahi (ayat 12)

Roma 8:1-11

Roma 8:1-11 menekankan karya Tuhan melalui Yesus bagi manusia, yaitu karya yang memerdekakan manusia. Kemerdekaan yang diberikan adalah kemerdekaan dari dosa (hukum dosa dan maut), yang berarti juga memampukan manusia mengalahkan keinginan dosa/daging. Hal itu tidak mudah, tetapi jika hidup dalam Roh, kemampuan itu ada.

Matius 13:1-9, 18-23

Bacaan Injil ini merupakan perumpamaan dan artinya. Benih yang ditabur merupakan firman Tuhan, kondisi tanah tempat benih jatuh adalah hati manusia. Kondisi tanah/hati itulah yang menentukan penerimaan, sikap, dan tanggapan seseorang terhadap Firman Tuhan. Termasuk di dalamnya Firman yang hidup, yaitu Yesus. Kondisi tanah/hati juga menentukan tumbuh tidaknya dan berbuah tidaknya benih/Firman Tuhan yang ditabur itu.

Keterhubungan bacaan

Firman Tuhan selalu menyapa manusia dalam kondisi apapun dan memberikan pengharapan baru. Hal itu semakin nyata dengan hadirnya Tuhan sebagai manusia Yesus yang memerdekakan dari hukum dosa. Menanggapi hal ini seharusnya manusia hidup dalam Roh yang memampukannya hidup setia pada Firman Tuhan dan berbuah.

v Khotbah Jangkep

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

B

agi yang akrab dengan dunia pertanian tentu mudah memahami perumpamaan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil pada ibadah Minggu ini. Kita juga dapat mengerti bahwa memang ada tanah yang menjadi jalan untuk menuju tanah garapan, ada tanah yang dipenuhi oleh semak karena tidak terawat, ada tanah yang bercampur bebatuan, serta ada tanah yang memang telah disiapkan dengan baik. Kita tentu juga dapat mengerti, karena itu memang bisa terjadi, benih yang kita bawa ’kecer’ (jatuh secara tidak disengaja dan tidak diketahui). Benih yang kecer itu dapat di jalan, yang juga dilewati oleh unggas yang kemudian memakannya, di tanah yang berbatu, di semak dan akhirnya ditabur di tanah yang digarap dengan baik. Dan kita tahu bahwa benih yang tumbuh di tanah yang telah dipersiapkan dengan baik, akan menghasilkan panen yang baik.

Dengan dasar pemahaman yang dekat dengan hidup, kita melihat dua faktor dalam perumpamaan yaitu benih dan tanah. Pertama, benih yang tertabur di tanah yang berbatu dan bersemak duri tetap dapat tumbuh. Hal itu berarti benih yang ditabur itu adalah benih yang berkualitas baik, yang mampu tumbuh dalam kondisi apapun. Yesus menyatakan bahwa benih itu adalah firman Tuhan. Kita yakin bahwa dalam setiap firman Tuhan selalu ada kehendak baik dari Tuhan bagi kita, saudara dan saya. Itulah benih yang berkualitas baik dan dapat tumbuh dalam segala kondisi tadi. Dalam kitab Yesaya dan Mazmur kita membaca kehendak baik Tuhan bagi umat-Nya. (dapat dibacakan dari Yesaya 55:11,12 dan Mazmur 65:12).

Kedua, macam-macam tanah menggambarkan kondisi hati dan hidup kita. Hati dan hidup kita bisa seperti jalan tanah. Firman Tuhan yang kita terima dengan cepat hilang, bak ungkapan ’masuk telinga kiri keluar telinga kanan’, tidak ada kesediaan untuk mengerti, menghayati dan melakukannya. Hati dan hidup kita bisa seperti tanah yang tipis di atas batu. Kita bersukacita menerima firman Tuhan, tetapi tidak tahan uji ketika diperhadapkan dengan kondisi riil kehidupan yang menghimpit kita. Hati dan hidup kita juga bisa seperti tanah yang dipenuhi semak duri, dipenuhi ambisi dan keegoisan karena kekuatiran hidup, sehingga kita hanya melihat kepentingan kita dan melalaikan firman yang mengajar kita untuk berlaku sebaliknya. Namun kita juga bisa seperti tanah yang baik, yang dapat membuat benih tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah, yang dapat terjadi apabila kita setia menjadi pendengar dan pelaku firman. Benih yang baik akan tumbuh di segala kondisi tanah, tetapi untuk menghasilkan buah atau panen yang baik ia harus tumbuh di tanah yang baik pula.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Kalau kita ditanya, hati dan hidup kita ingin seperti tanah yang macam apa, tentu kita semua akan menjawab menjadi seperti tanah yang baik. Namun jika ditanyakan macam tanah yang mana yang sesuai dengan hati dan hidup kita saat ini, kita akan memberi jawaban yang bermacam-macam. Bisa jadi kita seperti tanah yang menjadi jalan, seperti tanah yang berbatu, tanah yang penuh semak, atau, puji Tuhan, kalau sudah seperti tanah yang baik.

Roma 8:1-11, menyatakan bahwa kita telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus dari kuasa hukum dosa dan maut. Namun kita harus tetap berjuang bersama Kristus untuk melawan dan mengalahkan kuasa dosa. Bacaan Injil membuat kita bersemangat. ”Kalau saat ini hati dan hidup saya masih seperti jalan tanah, masih seperti tanah yang berbatu, seperti tanah yang dipenuhi semak, saya berjuang, mengolah, dan mengubahnya untuk menjadi tanah yang baik, yang mampu menghasilkan buah yang baik bagi kemuliaan Tuhan dan bagi sesama.”

Selamat mengolah hati dan hidup, selamat berbuah. Amin.

v Rancangan Bacaan Alkitab:

Berita anugerah : Yohanes 1:14,16

Petunjuk hidup baru : Yakobus 1:22

Persembahan : Galatia 6:2

v Rancangan Nyanyian Pujian:

Pujian Pembuka : KJ 2:1,4

Pujian Penyesalan : KJ 467:1,3

Pujian Kesanggupan : KJ 376:1,4

Pujian Persembahan : KJ 289:1-

Pujian Setelah sabda : KJ 369a:1-3

Pujian Penutup : KJ 432:1,2

Khotbah Jangkep Minggu, 10 Juli 2011

Pekan Biasa Kaping Gangsal Welas (Ijo)

PANGANDIKANE ORA NATE NGLAHA

Waosan I: Yesaya 55 : 10-13, Tanggapan: Jabur 65: 1-8,9-14,

Waosan II: Rum 8:1-11, Waosan III: Injil Mateus 13 : 1-9, 18-23

Tujuan:

Kanthi waosan leksionari lan pawartosing sabda, warganing pasamuwan saged ngraosaken lan nggadhahi kapitadosan bilih sabdanipun Gusti, ingkang katampi, mesthi wonten werdinipun tumrap gesang, nggadhahi makna ing gesang. Pangandikanipun Gusti boten nate muspra.

v Khotbah Jangkep

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yesus Kristus,

K

ita ingkang sampun kulina kaliyan jagading tetanen, kanthi gampil saged mangertos bab pasemon ingkang dipun paringaken dening Gusti Yesus, kados kacetha ing waosan Injil. Pancen kasinggihan menawi kita badhe nyebar wiji saged kapanggihaken wonten wiji ingkang dhawah ing margi tumuju dhateng pasiten garapan, saged kecer ing siti ingkang kathah selanipun, saged kecer ing siti ingkang kebak taneman ingkang ngganggu/gulma, lan lajeng wonten ingkang kasebar ing leleran ingkang sampun dipun cawisaken. Boten mokal menawi wiji ingkang kecer ing margi tumuju ing pasiten garapan lajeng dipun tedha dening ayam, punapa sato kewan sanesipun. Wiji ingkang dhawah ing siti ingkang kebak sela inggih saged thukul, ananging gampil pejah amargi oyotipun lajeng boten kiyat bebles dhateng sela, ingkang dhawah ing siti ingkang kebak grumbulan tetaneman ingkang ngganggu, sanadyan saged thukul, ananging amargi kinupeng dening taneman ingkang ngrebat sarining tetedhan kangge wiji punika, mila sanadyan saged gesang nanging boten saged ngwedalaken woh. Wiji ingkang kasebar ing pasiten leleran ingkang pancen sampun dipun cawisaken, wiji punika saged thukul, ngrembaka lan ngwedalaken woh ingkang saged dipun panen.

Kanthi pangertosan ingkang celak kaliyan gesang, kita saged miji kalih bab wonten ing pasemon ing waosan Injil punika.

Sepisan, bilih wiji ingkang dipun sebar mujudaken wiji ingkang kanthi tembung ing donyaning tetanen ’winih ingkang nggadhahi kualitas nomer setunggal’, buktinipun wiji punika tetep saged thukul ing pasiten ingkang boten sae kawontenanipun. Gusti Yesus paring seserepan bilih wiji punika pangandikanipun Allah, tegesipun, pangandikanipun mesthi prayogi sanget kangge gesang kita, mesthi wonten karsanipun Allah ingkang endah kangge kita. Saking kitab Yesaya lan Mazmur ingkang dados perangan waosan leksionari, nedahaken bab karsanipun Allah ingkang endah kangge manungsa (saged kawaosaken saking Yesaya 55 : 11,12 dan Mazmur 65 : 12).

Kaping kalih, warni-warnining pasiten, nggambaraken kawontenan manah lan gesang kita. Manah saha gesang kita saged kadosdene margi utawi siti, ing pundi pangandikanipun Gusti kita tampeni kanthi cepet lajeng ical, kados paribasan ’mlebu kuping kiwa metu kuping tengen’, tegesipun boten wonten ingkang dipun gatosaken, boten wonten pepinginan kangge ngegilut punapa malih ngestokaken. Manah lan gesang kita ugi saged kados dene siti ingkang kebak selanipun, manah kita bingah nampi pangandikanipun Gusti, nanging boten tahan uji, nalika aben-ajeng kaliyan kasunyataning gesang, ingkang ngajrih-ajrihi. Manah lan gesang kita ugi saged kadosdene siti ingkang kebak eri, ingkang kebak raos was sumelang matemah lajeng nengenaken kapentinganing pribadi, kesupen nresnani Gusti lan sesami. Manah lan gesang kita, saged kados siti ingkang subur, punika saged kalampahan menawi kita purun mirengaken, lan nampi pangandikanipun Gusti lan nindakaken (Yakobus 1:22). Para sadherek, wiji ingkang sae pancen badhe saged tuwuh ing paundi panggenan, ananging kangge ngasilaken woh ingkang sae inggih namung yen katanem ing pasiten ingkang sae.

Pasamuwan ingkang kinasih,

Manawi wonten pitakenan, lajeng manah lan gesang kita kepengin kados pasiten ingkang pundi? Temtu wangsulan kita, pasiten ingkang sae. Ananging menawi wonten pitakenan: ”Manah lan gesang ingkang trep kaliyan kawontenan nyata ing wekdal samangke, punika saged kagambaraken pasiten ingkang pundi?” Kita badhe wangsulan, bok menawi kados margi tumuju ing pasiten garapan, kados siti ingkang kebak selanipun, kados siti ingkang kinupeng taneman ingkang nganggu, lan puji Gusti menawi sampun kadosdene siti ingkang sae.

Pasamuwan ingkang kinasih,

Waosan ing serat Rum 8:1-11, nandhesaken bilih kita sampun nampi kamardikan saking blengguning dosa amargi pakaryanipun Gusti Yesus Kristus. Nanging kita tetep kedah waspada, tetep sesarengan Sang Kristus kangge nglawan panguwaosing dosa ingkang tansah ngengridhu gesang. Waosan Inji damel kita ngadhahi semangat: Yen ati lan uripku isih kaya dalan lemah, isih kaya lemah kang kebak watu, isih kaya lemah kang kakupeng tetanduran kang ngganggu, aku bakal mbudidaya kanthi pitulungan pangandikaning Gustiku, ngowahi dadi lemah kang apik, kang metokake woh, kagem kamulyaning Gusti lan karaharjaning tumitah”.

Sugeng mbudidaya ngolah manah lan gesang, sugeng ngwedalaken woh. Amin.

v Rancangan Waosan Kitab Suci:

Pawartos Sih Rahmat : Yokanan 1:14,16

Petunjuk Gesang Enggal : Yakobus 1:22

Pangatag Pisungsung : Galatia 6:2

v Rancangan Kidung Pamuji:

Kidung Pambuka : KPK BMGJ 25:1,2

Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 51:1,3

Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 81:1,4

Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 70:1-

Kidung Panampi sabda : KPK BMGJ 69:1-3

Kidung Panutup : KPK BMGJ 167:1,2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar