Khotbah Jangkep Minggu, 17 Juli 2011
Pekan Biasa Ke Enam Belas (Hijau)
KETEKUNAN MENDATANGKAN PANENAN
Bacaan I: Yesaya 44 : 6 – 8 ; Tanggapan : Mazmur 86 : 11 – 17;
Bacaan II: Roma 8 : 12 – 25 ; Bacaan III: Injil Matius 13 : 24 – 30; 36 – 43
Tujuan:
Setelah mengikuti kebaktian/ibadah ini jemaat meyakini bahwa ketekunan dan kesetiaan kepada Allah pasti akan menghasilkan dan merasakan buah yang manis dalam hidup hari lepas hari.
v Dasar Pemikiran
Sering kita mendengar pernyataan bahwa hidup ini semakin berat. Dimanakah beratnya hidup ini ? Apakah dengan semakin beratnya hidup ini kita tidak akan mendapatkan hasil/buah ? apakah beratnya hidup ini akan menjadikan kita tidak setia pada Tuhan ? masih banyak lagi pertanyaan yang dapat kita ajukan. Namun yang jelas adalah kita harus semakin setia dan tekun kepada Allah di tengah ancaman dan tantangan yang semakin berat, maka kita akan memetik buahnya. Tetaplah percaya bahwa dibalik kesulitan tetap ada berkat yang menunggu.
v Keterangan Tiap Bacaan
Yesaya 44:6-8:
Kitab Yesaya masuk dalam golongan Kitab Nabi-nabi Besar. Disebut besar bukan karena Yesaya adalah seorang yang tinggi besar atau mempunyai jabatan yang tinggi atau salah satu pembesar Kerajaan. Bukan itu tetapi karena Kitab Yesaya termasuk Kitab Nabi-nabi yang Kitabnya besar ( jumlah pasalnya cukup banyak , ada 66 pasal ). Kitab ini dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni:
± Proto Yesaya (Yesaya Pertama) ps.1–39– bagian ini memuat nubuat-nubuat Nabi Yesaya ( Yesaya bin Amos ) dan sikap Nabi Yesaya yang menentang politik luar negeri Yehuda yang lebih mengandalkan bantuan asing dari pada berharap kepada Tuhan. Penderitaan umat Allah disebabkan karena umat tidak setia kepada Allah. Nabi Yesaya I ini hidup dan melayani Tuhan di Yerusalem pada tahun 740 – 700 SM.
± Deutero Yesaya ( Yesaya Kedua ) ps. 40-55- ini dialamatkan kepada orang-orang buangan di Babel. Nabi Yesaya II ini hidup dan melayani Tuhan pada sekitar tahun 586 SM. Jadi Nabi Yesaya II (Nabi Deutero Yesaya) ini bukanlah Nabi Yesaya I (Yesaya bin Amos). Siapa namanya? Tidak diketahui! Israel (Umat Allah) dibuang ke Babel karena Israel adalah negara teocentris (negara yang berpusat dan bergantung kepada Allah), namun dalam perjalanannya Israel lebih mengandalkan bantuan asing. Israel dibawah Babel berusaha melepaskan diri dengan jalan memberontak yang dibantu oleh kekuatan asing, namun dua kali usaha itu gagal yang berakibat Raja Babel marah, Israel dihancurkan dan diangkut ke Babel sebagai tawanan. Sendi-sendi kehidupan beragama dan budaya dihancurkan termasuk didalamnya Bait Allah buatan Salomo. Inilah yang disebut pembuangan.
± Trito Yesaya ( Yesaya Ketiga ) ps. 56-66- umumnya membawa Firman Allah kepada umat yang telah pulang dari pembuangan Babel, namun masih harus hidup dibawah kekuasaan Persia (Koresy - 538 SM). Berbagai macam tradisi kenabian dihidupkan kembali secara baru, yang tentu untuk zamannya waktu itu.
Khusus Deutero Yesaya (Yesaya Kedua) yang dialamatkan kepada umat Allah yang dibuang di Babel menekankan bahwa hanya ada satu Allah sebagai yang awal dan yang kemudian, yang kekuasaannya mengatasi langit di atas dan bumi di bawah. Mengapa ini ditekankan? Umat Allah yang dibuang di Babel ini tidak ditempatkan didalam penjara, melainkan disuatu tempat yang dekat dengan Babel. Mereka boleh mendirikan rumah, berdagang, bercocok tanam, memelihara adat-istiadatnya sendiri, dan juga tetap boleh memeluk agamanya. Namun mereka harus tetap patuh kepada perintah raja dan melakukan kerja paksa (rodi), serta patuh pada penguasa-penguasa Babel. Kondisi yang demikian ini menjadikan umat Allah (Israel) di Babel dapat berinteraksi secara bebas dan leluasa dengan penduduk asli Babel yang tentu juga dengan agama serta adat-istiadanya. Nah,.... ada kemungkinan mereka bisa ikut terseret untuk percaya kepada ilah-ilah orang Babel. Yesaya II, khususnya Yesaya 44:6-8 mengingatkan dengan sungguh bahwa Israel adalah umat Allah yang tidak akan dilupakan Tuhan, malah tetap akan menjadi saksi Tuhan. ”kamu adalah saksi-saksiKu !” Allah Israel adalah Pembebas dan Penebus, Gunung Batu yang kokoh kuat dan tidak akan ada yang menandingi. Karena itulah umat Allah jangan takut dan jangan kehilangan pengharapan.
Mazmur 86 : 11 – 17
Mazmur 86 ini masih Mazmur Doa. Doa minta pertolongan. Mazmur ini merupakan permohonan perseorangan. Bila dibandingkan dengan Mazmur perseorangan yang lain, Mazmur 86 ini mempunyai kekhasan tersendiri, yakni lukisan penderitaannya yang singkat, malah boleh dikatakan bersifat umum. Mazmur 86 secara garis besar dibagi menjadi empat bagian, yakni :
± Ay. 1 – 5 : Permohonan dengan motivasi (dorongan semangat)
± Ay. 6 – 10 :Seruan dan pernyataan kepercayaan
± Ay. 11 – 13: Permohonan dan janji. Permohonan ini secara jelas dinyatakan dalam ayat 11. Bahwa orang yang saleh, jujur, dan penuh percaya kepada Tuhan bukanlah orang yang tidak berdosa. Juga bukanlah orang yang tidak membutuhkan bimbingan Tuhan. Tetapi sebaliknya bahwa semua orang berdosa dan membutuhkan bimbingan Tuhan. Karena itu Pemazmur menaikan doa :”Tunjukanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan !” Disisi lain Pemazmur berjanji akan senantiasa bersyukur dan memuliakan Tuhan. Karena Tuhan itu setia.
± Ay. 14-17: Lukisan penderitaan, pernyataan kepercayaan, dan permohonan. Penderitaan itu terjadi karena musuh-musuh, orang-orang sombong dan angkuh, dan pelaku-pelaku kekerasan. Pemazmur yakin bahwa Tuhan adalah pengasih, penyayang, dan panjang sabar serta penuh/ berlimpah kasih setia (ay.15). Karena itu pemazmur mengajukan permohonan terakhir seperti pada ayat 16-17.
Roma 8:12–25
Surat Roma ditulis Rasul Paulus kira-kira tahun 56-57 di Korintus. Ketika menulis Surat ini Paulus belum pernah sampai ke Roma. Adapun tujuan Paulus menulis Surat Roma adalah:
± Berkenalan dengan Jemaat Roma, jemaat yang tidak didirikan oleh Paulus
± Paulus meminta dukungan doa dan dana untuk rencana Pekabaran Injil ke Eropa, khususnya ke Spanyol (Ps. 15 ; 24).
± Meminta dukungan doa syafaat sehubungan dengan konfrontasi Paulus denganh orang-orang Yahudi di Yerusalem (Ps. 15: 30 – 31)
± Meminta dukungan doa syafaat dari jemaat Roma sehubungan dengan ketidakpastian sikap jemaat Kristen Yerusalem terhadap bantuan yang dibawa Rasul Paulus dari jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya (Ps.15 :30-31).
± Meredakan perselisihan yang sedang terjadi di tengah jemaat Roma (Ps. 14 :1-15:13).
Paulus menyadari sepenuhnya bahwa ia dipanggil menjadi rasul untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, juga kepada bangsa Spanyol. Namun usaha Paulus ini berhadapan dengan tiga ancaman, yakni :
± Orang-orang Yahudi: mereka semua menolak Paulus yang dianggap murtad. Oleh karena Paulus banyak orang bukan Yahudi yang masuk agama Yahudi akhirnya keluar dan menganut agama Kristen.
± Orang-orang Kristen asal Yahudi: golongan ini menolak Paulus karena Paulus menentang sikap dan pandangan yang menempatkan orang Kristen Yahudi lebih unggul dan baik. Golongan ini ditentang Paulus karena masih memelihara tradisi Yudaisme dan Hukum Taurat.
± Orang-orang Kristen bukan Yahudi: bagi golongan ini Israel sudah tidak lagi masuk hitungan. Melalui ajaran Paulus hendak ditunjukkan bagaimana hubungan PL dan PB. Ajaran Paulus yang seperti ini ditolak oleh golongan ini.
Khusus Roma 8:12-25 hendak menunjukkan kepada kita bahwa perubahan makna yang sangat mendasar tentang sebutan ”anak Allah”. Dalam masa Perjanjian Lama yang boleh menyebut Bapa dan disebut warga Kerajaan Sorga adalah mereka yang tergabung pada bangsa Yahudi/Israel.bgai orang diluar Israel yang bergabung menjadi penganut agama Yahudi disebut Proselit, yang ditandai dengan penerimaan Sunat. Tetapi sekarang dalam Perjanjian Baru ikatan itu bukan lagi ikatan bangsa, tetapi ikatan dalam Roh. Roma 8:14 menyebutkan: ”semua yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah”. Hal yang demikian ini berarti siapa saja, bangsa manapun, dan dari golongan apa saja, asal yang menerima Tuhan Yesus dan yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah anak Allah. Anak-anak Allah ini mempunyai pengharapan yang khas, yakni sudah nyata dan pasti yaitu Keselamatan didalam Kristus Yesus, kehidupan di sorga, karena itulah saatnya kita menanti dengan tekun dan setia.
Matius 13 : 24 – 30; 36 – 43
Bagian ini memuat perumpamaan Lalang diantara Gandum beserta dengan penjelasannya.Seorang Tuan Pemilik ladang menabur biji Gandum. Namun tengah malam ketika sedang tidur datang musuhnya menaburkan biji Ilalang. Akhirnya baik biji Gandum maupun biji Ilalang tumbuh bersama. Salah satu pegawainya mengajukan usul supaya diperkenankan mencabuti Ilalang itu, namun Sang pemilik tidak mengijinkan karena jika Ilalang dicabut, maka Gandumnya pun akan ikut tercabut. Sang pemilik membiarkan sampai panen barulah kemudian dipisahkan ilalang dari Gandum itu. Perumpamaan itu dapat kita runut demikian :
± Pemilik Ladang adalah Tuhan Yesus
± Ladang adalah dunia ini
± Gandum adalah umat Allah yang telah menerima Injil (Yesus Kristus)
± Ilalang adalah orang-orang jahat yang lebih berpihak kepada Iblis
± Musuh adalah si jahat yakni Iblis.
± Masa Panen adalah masa penghakiman, masa Tuhan Yesus datang kedua kali (kiamat).
Catatan kecil : Ilalang bukanlah rumput ilalang (alang-alang) seperti yang kita kenal disini, tetapi Ilalang adalah tumbuhan semacam gandum, namun yang membedakan adalah buahnya (bulirnya). Secara sepintas bulirnya dapat dengan mudah dibedakan dengan bulir gandum. Bahkan bulir ilalang ini beracun, sehingga bila ikut kemakan akan menyebabkan pusing-pusing, bahkan sampai pada kematian.
Perumpamaan itu hendak berbicara bahwa didunia manusia jahat bercampur hidup dengan umat Allah. Perbedaan keduanya sangat jelas. Pada saat panen (akhir jaman/ jaman penghakiman) akan disaring mana yang umat Allah dan mana yang bukan. Kalau toh Tuhan Yesus membiarkan orang-orang jahat hidup lebih lama, juga dengan maksud ada kesempatan bagi mereka untuk bertobat.
Renungan
Setiap anggota Gereja tentu sebagai umat Allah. Dalam kehidupannya sehari-hari umat masih harus berhadapan dengan realitas/kenyataan dunia. Di dunia ini sangat beragam kondisi dan situasinya. Ada yang mau berpihak dan memuji kepada kita, tetapi juga ada yang menolak dan mencerca kita. Sebagai umat Allah yang masih harus hidup didunia ini keadaan itu masih akan tetap terus kita hadapi. Suka atau tidak, siap atau tidak, dan mau atau tidak pasti kita berhadapan dengan realitas itu.
Dari kenyataan itu, berarti kita sebagai umat Allah tidak bisa menghindar atau lari dari realitas hidup ini. Namun sebaliknya umat Allah harus menghada pi serta mensikapi secara positip. Hal yang demikian itu berarti:
menerima dunia nyata ini dengan segala keberadaannya sebagai berkat yang harus kita syukuri dimana dunia menjadi medan/tempat untuk berjuang dan menjalani hidup. Disini berarti kita dituntut untuk senantiasa meyakini akan penyertaan Allah dalam setiap kehidupan kita. Hal mana dalam hati dan jiwa kita tumbuh keyakinan akan keberhasilan menjalani hidup ini, sebagaimana Tuhan berfirman: ”Jika Allah dipihak kita, siapa yang akan mengalahkan kita?” Kepasrahan dan keberserahan diri kepada Allah dalam menjalani hidup didunia yang nyata inilah yang akan menjadikan kita berhasil dan memetik buah dari jerih payah kita. Ingat kata Rasul paulus kepada jemaat di Korintus: ”Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (I Korintus 15 : 58)
Harus dengan tekun dan setia menjalaninya, sehingga kita tidak mudah mengeluh dan putus asa. Tuhan berfirman: ”Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5: 48). Melalui ayat ini mungkin kalau kita diminta sempurna nampaknya sulit, bahkan tidak mungkin bisa. Tetapi ada hal yang masih bisa kita lakukan, yakni jika kita mau setia. Karena itu haruslah kamu setia sama seperti Bapamu yang disorga adalah setia. Inilah yang harus kita lakukan. Melalui kesetiaan yang kita bangun ini akan tumbuh ketekunan dan ketekunan akan menghasilkan semangat yang tak kunjung padam dimana menjadikan kita lebih tahan uji. Jika demikian yang terjadi, maka dalam diri akan tumbuh kesadaran yang menjadikan kita tidak akan mudah putus asa, tetapi sebaliknya malah lebih bersemangat untuk berkarya. Kesungguhan dan keseriusan kiat inilah yang menjadikan memanen buah perjuangan ini. Rasul Paulus dalam Roma 8:24-25 ”Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”
Harus mau mengembangkan ide-ide dan kreatifitas, sehingga kita mendapatkan hal-hal yang baru sebagai jawab atas tantangan yang sedang kita hadapi disini dan kini, sehingga mendapatkan hasil panenan yang maksimal. Hal yang demikian nampak dalam keputusan Tuhan Yesus untuk membiarkan Gandum dan ilalang tumbuh bersama. Ketika keduanya bertumbuh, maka gandum akan terganggu dan cara yang sudah lazim digunakan untuk membasmi ilalang pada waktu itu adalah dengan mencabuti ilalang yang sedang ikut mulai bertumbuh dengan gandum itu. Akibatnya ada banyak tanaman gandum yang ikut tercerabut. Tuhan Yesus memberikan jalan keluar yang lain, yakni membiarkan keduanya bertumbuh dan setelah semua mengeluarkan bulir/buah, maka akan dapat dengan mudah dipisahkan. Memang dengan cara inipun akan ada kerugian yang didapat, yakni gandum tidak bisa tumbuh maksimal, namun dibandingkan cara mencabuti, maka cara yang diberikan Tuhan Yesus ini masih jauh lebih menguntungkan. Apa yang disampaikan Tuhan Yesus ini merupakan ide dan cara yang baru, demikian juga bagi kita hari ini, jika kita mau mencari terobosan-terobosan baru, ide-ide yang baru, dan kreatifitas yang baru, maka kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Kita harus senantiasa menggembleng diri untuk terus mengasah kemampuan kita, sehingga kita tidak akan terlibas oleh kemajuan jaman ataupun hiruk pikuknya dunia ini. Mazmur 86 : 17 mengatakan : ”Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan, supaya orang-orang yang membenci aku melihat dengan malu, bahwa Engkau, ya TUHAN, telah menolong dan menghiburkan aku.” untuk bisa melakukan kebaikan tentu dibutuhkan latihan dan terus mengasah diri yang panjang dan berkelanjutan, karena itulah bagi kita supaya dapat mengalahkan jaman ini, maka kita juga harus terus menerus mengasah diri, melatih diri, dan menggembleng diri dengan baik dan berkelanjutan.
Mensikapi hal-hal tersebut diatas, maka kita sebagai umat Allah perlu terus merenungkan Firman Tuhan itu. Untuik membantu memahami dan merenungkan Firman itu ada beberapa pertanyaan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan, sebagai berikut:
a. Dalam kehidupan berjemaat apakah ada ”ilalang” yang bertumbuh bersama dengan ”gandum”? Berikan penjelasan dan contoh-contoh yang nyata!
b. Bagaimana perwujudan sikap dan tindakan Tuhan Yesus yang membiarkan ilalang dan gandum tumbuh bersama? Bandingkan dengan Mazmur 86:17
c. Panenan apakah yang kita harapkan dari kesetian dan kesungguhan yang kita bangun dalam kehidupan berjemaat?
Harmonisasi Bacaan
Melalui Yesaya 44:6-8 kita ditunjukkan bahwa Allah yang kta percayai adalah yang yang tiada duanya. Manusia yang menjadi kepunyaanNya merasakan bahwa Allah adalah Allah yang awal dan yang akhir, yang tiada lagi tandingan-Nya. Manusia yang percaya kepada-Nya tidak perlu merasakan ketakutan, terlebih dalam menghadapi gelombang hidup hari ini, karena Tuhanlah perlindungan kita dan kota benteng kita. Kita harus mau mewartakan semua itu kepada dunia dan kepada seluruh umat manusia. Pemazmur ( Daud ) begitu meyakini bahwa Allah yang dia percayai adalah Allah yang luar biasa, yang tidak ada yang menyamai (Mazmur 86:8). Dalam Mazmur 8 :11-17, Pemazmur juga yakin bahwa jalan Tuhan itu jalan yang penuh dengan damai sejahtera dan sukacita, sehingga Pemazmur berdoa: ”Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu ya Tuhan supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu” Bagi Pemazmur tidak ada Tuhan selain Allah yang jalan-Nya menjadi tujuan hidup Pemazmur. Disisi lain Pemazmur juga meyakini bahwa Allah yang dia percayai adalah Allah yang setia, yang penuh dengan kasih sayang dan berlimpah kasih setia. Karena itulah Pemazmur berjanji akan senantiasa bersyukur dan memuliakan nama-Nya. Kate Pemazmur : ”Aku hendak bersyukur kepada-Mu dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.” Pada saat ini Allah yang maha luarbiasa itu kita kenal melalui karya-Nya yang menyelamatkan manusia didalam Tuhan Yesus Kristus. Roma 8:12-25 Rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa kita yang dipimpin oleh Roh Kudus, yakni Roh Kristus adalah anak-anak Allah. Roh itu menjadikan kita bebas dari segala perbudakan, dimana oleh Roh itu kita dapat berseru ”ya Abba, ya Bapa”, jika demikian, maka siapa yang dipimpin oleh Roh Kudus dia adalah ahli waris Kerajaan Sorga, karena dia adalah anak-anak Allah. Melalui keyakinan yang seperti itu, kita yang masih menjalani hidup didunia dengan segala pergumulannya senantiasa yakin bahwa kita pasti disertai oleh Allah serta senantiasa mempunyai pengharapan yang penuh akan masa kini maupun yang akan datang. Tuhan Allah menjamin hidup kita hari ini sampai di sorga kelak. Posisi kita sebagai Ahli waris Kerajaan Sorga maupun sebagai anak-anak Allah tidak menghilangkan kenyataan hidup hari lepas hari. Artinya selama kita masih hidup di dunia ini, maka segala kenyataan yang ada di dunia ini akan kita hadapi. Hal yang demikian dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 13:24-30; 36-43 dimana dalam perumpamaan itu ilalang dibiarkan hidup diantara gandum. Ilalang adalah kejahatan dan gandum adalah anak-anak Allah. Itu berarti anak-anak Allah akan tetap berhadapan dengan kejahatan. Disinilah anak-anak Allah diuji iman dan kesetiaannya kepada Allah. Apakah akan tetap hidup dalam pengharapan kepada Tuhan ataukah ikut arus dunia yang lebih banyak memilih Iblis ( kejahatan). Namun demikian kesetiaan dan ketekunan kita kepada Allah tidak akan sia-sia, sehingga pada saatnya kita akan memanen buahnya. Ingat kata Rasul Paulus bahwa jerih payah kita didalam Tuhan Yesus Kristus tidak akan sia-sia.
Pokok dan Arah Pewartaan
Melalui Firman Tuhan yang kita baca diatas, jemaat diajak untuk dengan setia dan tekun menjalani hidup dengan dasar Firman Tuhan, ditengah hambatan dan tantangan jaman sekarang ini dan disini, maka akan mendapatkan buah yang berlimpah.
v Khotbah Jangkep
Saudara yang dikasihi Tuhan,
M |
elalui tayangan televisi ataupun berita dalam Surat Kabar kita menyaksikan ada banyak saudara-saudara kita yang hidup dibawah garis kemiskinan, bahkan hidup dalam kemiskinan yang amat sangat. Untuk makan sehari sekali saja sangat sulit. Juga kita mendengar, membaca, dan melihat tayangan televisi banyak orang mengalami keprustrasian yang amat sangat, sehingga memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, menabrak Kerata Api, gantung diri, atau minum racun serangga. Juga ada yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang sering disebut Narkoba sampai teler. Mengapa bisa sampai demikian? Ada banyak faktor penyebab, antara lain :
a. Banyak masyarakat yang pendidikannya rendah dan tidak mempunyai ketrampilan yang memadai, sehingga ketika dihadapkan pada tantangan jaman ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya pasrah dan menerima apa adanya yang akhirnya membuat mereka menjadi penonton, bahkan tersisih
b. Laju pertumbuhan lapangan pekerjaan yang tidak lagi sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja, sehingga antara kebutuhan tenaga kerja ( lowongan pekerjaan ) dengan yang membutuhan pekerjaan lebih banyak yang membutuhkan, maka ada banyak pengangguran yang bisa berakibat kepada tingginya angka kriminalitas.
c. Banyak yang merasa putus asa dan kehilangan harapan karena tidak mampu mengikuti laju arus kemajuan jaman dan teknologi yang semakin menawarkan kewewahan dan kesenangan dunia yang begitu menggiurkan. Akibatnya merasa bahwa hidup ini hampa dan sia-sia belaka, hingga akhirnya mengambil jalan pintas.
Saudara yang dikasihi Tuhan,
Bagaimana dengan kita orang percaya ini? Bagaimana dengan kita yang menjadi anak-anak Allah yang mempunyai hak waris di Kerajaan Sorga? Bagaimana dengan kita yang mempunyai Tuhan Yesus Kristus yang mempunyai hari esok? tentu tidak demikian. Hidup ini memang sulit dan berat, itu kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Perubahan-perubahan dunia yang begitu cepat yang mondial dan mengglobal (maksudnya adalah yang pasti melanda seluruh lapisan masyarakat dan dialami/dihadapi oleh semua orang tanpa terkecuali). Semakin tingginya tindak kejahatan ditengah masyarakat. Itu semua mengingatkan kita kepada Firman Tuhan yang kita baca saat ini. Artinya Firman Tuhan yang kita baca saat ini sungguh menjadi jawab atas segala pergumulan hidup ini, saat ini dan disini. Tuhan Yesus menggambarkan dengan jelas bagaimana umat Allah harus berjuang menghadapi kenyatan hidup. Umat Allah yang baru bertumbuh pun harus berhadapan penggodaan dan pencobaan (ingat Gandum yang harus tumbuh bersaing dengan ilalang), namun pada akhirnya buahnya yang membedakan mereka. Apakah mereka umat Allah ataukah umat setan/iblis?
Hal yang sama juga dihadapi oleh umat Allah yang waktu dibuang ke Babel. Tekanan yang dihadapi bahkan lebih berat lagi, namun umat Allah di Babel tetap harus berpengharapan di dalam Tuhan, tidak mudah putus asa, dan senantiasa bergantung kepada Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan,
Melalui bacaan kita di atas, kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikut:
1. Bahwa Umat Allah akan berhadapan dengan realitas hidup
Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan kepada umat-Nya, bahwa jika sudah menjadi orang Kristen akan terlepas dari segala persoalan hidup. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa setiap umat Allah akan tetap menjalani hidup seperti sesama manusia yang lain. Artinya kondisi dan situasi dunia ini akan tetap dihadapi oleh umat Allah. Hal yang demikian tampak dalam Perumpamaan Lalang dan Gandum. Setiap umat Allah akan berhadapan dengan berbagai macam pergumulan hidup, adakalanya berhadapan dengan kesenangan, adakalanya berhadapan dengan kebimbangan, dan adakalanya berhadapan dengan kesedihan, namun itu semua akan dipakai oleh Tuhan untuk kebaikan kita. Ingat akan Roma 8:28– “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Melalui ayat ini kita diingatkan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, artinya ketika kita berhadapan dengan kesedihan Tuhan Allah turut bekerja didalamnya supaya kita kuat menghadapinya. Ketika kita sedang berhadapan dengan kebahagiaan, Allah turut bekerja didalam kebahagiaan itu, sehingga sukacita semakin bertambah-tambah dan kita tidak akan salah arah, dsb. Contoh : Ketika penulis sedang dalam perjalan pulang dari Purbalingga, waktu itu suasana hujan, Kurang lebih tujuh kilometer setelah kota Wonosobo penulis mengalami pecah ban. Rasa anyel, kesal, dan berjuta rasa yang lain ada, sudah hujan lagi. Setelah satu jam penulis berhasil mengganti ban dan kemudian melanjutkan perjalan. Beberapa saat kemudian penulis begitu mengucap syukur dan mohon ampun kepada Tuhan karena ada sebuah truck besar yang ternyata tidak kuat menanjak yang kemudian mlorot dan melindas kendaraan dibelakangnya, yang mana mobil yang terlindas itu tadinya persis berada didepan penulis. Seandainya penulis tidak mengalami pecah ban, maka penulis akan ikut terlindas truck tersebut. Disinilah penulis pahami bahwa Allah turut bekerja ketika penulis mengalami pecah ban untuk menyelamatkan penulis dari lindasan truck.
Marilah kita menjalani realitas hidup ini dengan sikap dan tindakan yang positip, yang kita yakin Tuhan Allah pasti memakai semua itu untuk kebaikan kita.
2. Bahwa Umat Allah harus tetap berpengharapan.
Tuhan tidak pernah lupa dengan janji-Nya. Kita harus yakin akan hal ini. Di tengah derasnya arus dunia, bahkan pencobaan dan penggodaan, umat Allah tidak akan kehilangan pengharapan. Hal yang demikian haruslah nampak dalam kehidupan sehari-hari. Umat Allah dihadapkan kenyataan bahwa jika pencobaan itu datang dari dalam, maka akan menjadikan umat Allah hancur. Namun sebaliknya jika pencobaan itu datang dari luar, maka akan menjadikan umat Allah semakin kuat dan bertumbuh. Demikian juga bagi kita saat ini. Kita memang harus berhadapan dengan ilalang, bahkan kita juga harus menerima kenyataan sering kita harus sendirian sebagai umat Allah yang harus hidup ditengah masyarakat yang mayoritas bukan Kristen. Sekalipun demikian kita tidak akan putus asa dan mudah menyerah dengan keadaan yang ada, tetapi sebaliknya bahwa kita diyakinkan Tuhan Yesus tidak tidur, Tuhan Yesus pasti mengerti pergumulan setiap umat-Nya, dan karena kita akan tetap menaruh pengharapan masa depan kita didalam Tuhan Yesus Kristus. Ada contoh dari sepenggal kisah kehidupan. Seorang gadis bernama Dalinah, lulusan SMK, dari keluarga miskin. Dalinah memilih SMK dengan harapan setelah lulus bisa cepat bekerja. Untuk Sekolah di sebuah SMK Dalinah harus menjadi buruh setrika dan mencuci. Dalinah tetap setia berjemaat, bahkan pernah menjadi Ketua Komisi Pemuda dan Ketua Komisi Sekolah Minggu ( Sekarang Komisi Anak ). Setelah melamar kesana kemari ternyata Dalinah tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, namun Dalinah tidak putus asa. Dalam doanya Dalinah yakin bahwa pada saatnya Tuhan Yesus pasti menjawab doanya. Akhirnya ia nekat pergi dari rumah dan kembali menekuni pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga secara penuh, namun dengan syarat majikannya harus mengijinkan ia berjemaat dan mengajar Sekolah Minggu. Singkat cerita setelah berganti-ganti majikan akhirnya ada juga majikan yang mau mengerti syarat yang diajukan Dalinah. Tuhan menjawab doa, kesetiaan, dan pengharapan Dalinah lewat seorang anggota jemaat Dalinah bisa bekerja disebuah perusahaan swasta, kemudian disekolahkan perusahaan dan hari ini Dalinah menjadi seorang bendahara perusahaan itu. Dalinah sekarang dikaruniai suami yang setia dan dengan dua putri yang cantik, dan tetap setia menjadi Guru Sekolah Minggu, bahkan satu mobilnya tetap setia melayani anak-anak Sekolah Minggu berkegiatan.
3. Kesetian dan Ketekunan Kita tidak akan sia-sia.
Melalui surat Roma Rasul Paulus mengatakan bahwa: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” (Roma 8:14). Hari ini kitalah anak-anak Allah itu, karena kita yakin bahwa kita dipimpin oleh Roh Allah. Juga kita diangkat menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, dengan demikian jika kita adalah anak-anak Allah yang menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, maka kita dituntut oleh Tuhan untuk hidup secara benar dan setia sesuai dengan Firman Tuhan. Tuhan Yesus telah memberi jaminan akan keberhasilan setiap usaha dan perjuangan kita. Hal yang demikian nyata dalam Yohanes 15:16b – “….Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”
Namun saudara, persoalan yang mendasar adalah apakah kita sebagai umat Allah ini telah setia dan tekun melakukan kehendak Bapa yang di sorga ? Tuhan Yesus dalam Matius 5:48 mengatakan: “….. haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." Bagaimana sebenarnya wujud ketekunan dan kesetiaan itu? Sederhana saja dan bukan hal yang sulit, missal:
± Setia dan tekun berjemaat tidak menjadi kutu loncat yang dengan mudah berpindah-pindah tempat kebaktian hanya karena hal-hal yang kecil, dan tidak mudah mutungan
± Setia dan tekun bersyukur dengan perpuluhan (persembahan bulanan), persembahan pembangunan, dsb.
± Setia dan tekun membaca Kitab Suci dan berdoa
± Setia dan tekun bersekutu : Pemahaman Alkitab dan Persekutuan Doa
± Dan masih banyak lagi wujudnya.
Akhirnya saudara-saudara kita diingatkan akan Firman Tuhan dalam I Korintus 15:58 yang mengatakan :”Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Apakah kita sebagai anak-anak Allah sudah setia dan tekun? Saudara yang bisa, jawab, Amin!
v Rancangan Bacaan Alkitab:
Berita Anugerah : Yohanes 15 : 15 – 16
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 6 : 7 – 10
Nats Persembahan : II Korintus 9 : 7 – 8
v Rancangan Nyanyian Pujian:
Nyanyian Pembukaan : KJ. 242 : 1 – 3
Nyanyian Penyesalan : KJ. 64 : 1 – 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ. 30A : 1 + 3
Nyanyian Persembahan : KJ. 393 : 1 –
Nyanyian Penutup : KJ. 138 : 1 – 2
Khotbah Jangkep Minggu, 17 Juli 2011
Pekan Biasa Kaping Nembelas (Ijo)
Tekun Punika Ngasilaken Woh
Waosan I: Yesaya 44 : 6 – 8 ; Tanggapan : Jabur 86 : 11 – 17;
Waosan II: Rum 8 : 12 – 25 ; Waosan III: Injil Mateus 13 : 24 – 30; 36 – 43
Tujuan:
Sasampunipun ndherek mangibadah pasamuwan saged yakin lan pitados bilih kasetyan lan katekunan dhateng Gusti Allah temtu ndhatengaken woh ingkang manis saha endah wonten ing salebeting gesang padintenan.
v Khotbah Jangkep
Pasamuwanipun Gusti ingkang kinasih,
L |
umantar tayangan televisi punapa dene pawartos ingkang kaserat wonten koran punapa Majalah, kita saget mangertos bilih taksih kathah sedherek kita ingkang gesang wonten ing salebeting kekirangan, mila nalika aben ajeng kaliyan kawontenan gesang ingkang awrat lajeng furstrasi (ngraosaken raos kuciwa ingkang sanget), semplah, lan ical pengajeng-ajeng. Tundhanipun kathah tiyang ingkang sami ngendhat, bunuh dhiri, lan ngginakaken pil koplo. Punapa sebabipun kathah sedherek ingkang ngantos dumugi semanten? Mawerni-werni sebabipun, ing antawisipun kadasta:
a. Taksih ktahah masyarakat ingkang tingkat pendidikanipun andhap, temah mboten anggadhahi ketrampilan ingkang cundhuk kaliyan kemajengan jaman, ugi mboten anggadhahi ketrampilan ingkang dipun betahaken kangge nyambut damel. Mila nalika wonten lapangan pekerjaan ingkang mbetahaken ketrampilan ingkang inggil kathah masyarakat ingkang mboten saged mlebet tundhanipun namung saged pasrah lan nampi kawontenan punapa wontenipun
b. Pendamelan ingkang wonten menawi katandhing kaliyan ingkang mbetahaken taksih langkung kathah ingkang membetahaken, mila lajeng kathah tiyang ingkang nganggur.
c. Kathah tiyang ingkang kecalan pengajeng-ajeng lan frustrasi, awit mboten saged mengikuti perkembangan jaman, tundhanipun rumaos bilih gasangipun punika mboten wonten aosipun lajeng sami tumindak nekat.
Pasamuwanipun Gusti ingkang kinasih,
Kadospundi kaliyan kita para tiyang pitados, inggih para putraning Allah ingkang kinasih? Kita ingkang kasebat bangsa ingkang pinilih wonten Gusti Yesus Kristus temtu mboten badhe tumindak kados tiyang-tiyang ingkang kasebut inggil punika. Gesang ing dinten punika panci awrat lan angel, nanging mboten badhe ndadosaken kita kecalan pengajeng-ajeng. Pangandikanipun Gusti bab pasemon alang-alang ingkang tuwuh wonten ing satengahing gandum nedahaken dhateng kita bilih gesangipun manungsa punika kedah aben-ajeng kaliyan kawontenan ingkang wor suh. Bab mekaten punika ugi kaadhepi kaliyan para tiyang pitados ingkang nembe kabucal wonten ing Babel. Tekanan lan kawontenan gesang ingkang dipun adhepi dening para kagunganipun Gusti ing Babel punika langkung awrat, ananging sedaya punika mboten badhe ndadosaken semplah ugi putus-asa (kecalan pengajeng-ajeng), malah kosok wangsulipun ndadosaken pambereg ingkang endah kangge ngadhepi gesang lan langkung majeng malih.
Pasamuwan kagunganipun Gusti,
Lumantar waosan kita ing nginggil, kita saged mendhet piwulang, ing antawisipun:
a. Bilih Para kagunganipun Gusti tetap aben-ajeng kaliyan kasunyatan ing Gesang.
Gusti Yesus mboten nate aprajanji dhateng para muridipun punapa dene dhateng pasamuwanipun ing pundi kemawon bilih sasampunipun dados tiyang pitados (tiyang Kristen) lajeng badhe uwal saking ruwet-rentenging gesang lan sadaya prekawis gesang padintenan. Kita para kagunganipun ugi tetep badhe aben-ajeng kaliyan kasunyataning gesang lan anglampahi gesang kados dene sedherek-sedherek sanesipun. Prekawis ingkang punika katingal saking piwulang Bap Pasemon alang-alang ingkang tuwuh wonten satengahing gandum. Saben kita para kagunganipun Gusti ugi bandhe ngadhepi raos bingah, raos sisah, raos mangu-mangu, ajrih lan sapiturutipun. Namung sadaya kawontenan punika Gusti Allah saged ngagem murih saenipun gesangipun manungsa. Kacetha ing Kitab Rum 8;28 – ”Saiki kita padha sumurup, yen Gusti Allah uga makarya ana ing samubarang kabeh, njalari becike wong kang padha tresna marang Panjenengane, yaiku para kang tinimbalan miturut ing pepesthening Allah.” Lumantar Pangandika punika kita tansah dipun emutaken dening Gusti Allah bilih Gusti Allah tansah paring pambopong dhateng manungsa, Gusti Allah ugi tansah makarya wonten satenging gesangipun manungsa murih sae lan rahayunipun manungsa, malah wonten prekawis punapa kemawon, kalebet wonten satengahing kasisahan lan pacoben Gusti Allah tansah makarya amrih sae lan kawilujenganipun manungsa. Nalika manunghsa nembe aben ajeng kaliyan kasukan, Gusti Allah tansah makarya murih mboten salah arah, wonten salebeting manungsa nembe kabidhung sisah, Gusti Allah ugi makarya murih kiyat lan teteging manah lan ing tundhanipun mboten selak kaliyan Gusti Allah. Conto: nalika penulis nembe wangsul saking Purbalingga. Wekdal semanten dumugi dhusun kertek lan ngepasi jawah deres sanget dumadakan ban wingking kempes. Penulis kemutan bilih wonten sisih ngajeng wonten truk ageng kawratan kaliyayan momotan. Ing sisih wingking wonten mobil pethak, krana kula kempes ban mobil pethak punika nglanggar kula. Raos anyel, sedih, lan jengkel campur adhuk dados satunggal. Wetawis meh satunggal jam rampung gantos ban saged nglajengaken lampah. Margi katingal nanjak lan wonten mobil ngalami kecelakaan. Sanalika punika penulis minggir lan mandek saperlu nata ati awit ingkang kecelakaan punika truk ingkang ageng lan kawratan momotan mboten kiyat minggah ngunduri mobil pethak wau. Penulis lajeng mangertos bilih menawi mboten kempes ban temtu ugi ndherek dados korban.
Wonten ing ngriki kita memahami bilih wonten satengahing kempes ban punika Gusti Allah makarya kangge kita uwal saking kecelakaan, awit saking punika para kinasih sumangga kita anglampahi gesang kanthi sikap positip lan sareh temah kita saged ngadhepi sedaya kasunyataning gesang kanthi sae.
b. Para Kagunganipun Gusti kedah tetap anggadhahi Pengajeng-ajeng.
Gusti Allah mboten nate kesupen kaliyan prasetyanipun. Awit saking punika kita kedah yakin pitados estu. Wonten satengahing kiyating arus jaman lan pacoben ingkang matubi-tubi, para kagunganipun Gusti mboten badhe kecalan pengajeng-ajeng. Pengajeng-ajeng ingkang kados punika kedah katingal wonten ing salebeting gesang padintenan. Kita pitados bilih pacoben punika dhatengipun saking nglebeting dhiri kita, badhe andadosaken kita remek, ananging menawi pacoben punika dhatengipun saking sajawining diri kita malah badhe ndadosaken iman lan kapitadosan kita langkung kiyat. Mekaten ugi kaliyan kita ing dinten punika, menawi kita kedah aben-ajeng kaliyan alang-alang, malah ugi asring kita dados korban anarkisme, kita mboten badhe semplah lan kecalan pengajeng-ajeng. Kita pitados bilih Gusti Allah mboten negakaken kita piyambakan. Wonten sepenggal kisah lare remaja putri, Dalinah naminipun. Kalahiraken saking brayat miskin, malah kangge sekolah kedah dados buruh cuci lan setrika. Nanging Dalinah mboten mindher, mboten semplah, lan mboten kecalan pengajeng-ajeng. Dalinah tetap berjuang, mbudidaya murih saged kasil gesangipun. Ing sisih sanes Dalinah ugi sregep peladosan wonten satengahing pasamuwan. Dalinah sregep mucal Sekolah Minggu, pengurus Komisi Anak, Komisi Remaja, ugi nate dados pengurus Komisi Pemuda. Lulus saking SMK Dalinah dhateng kitha saperlu ngupaya nasib ingkang langkung sae. Ing kitha Dalinah nglebetaken lamaran dhateng pundi-pundi, nanging dereng wonten ingkang purun nampi. Ing kitha Dalinah ugi tetep purun masamuwan lan tetep purun mucal Sekolah Minggu. Gusti Allah kepareng nampi pandonganipun Dalinah, lumantar mucal Sekolah Minggu Dalinah kepareng tetepungan kaliyan satunggaling warga pasamuwan. Lumantar punika Gusti Allah kepareng paring pedamelan. Lan ing dinten punika Dalinah nampi kalenggahan bendahara salah satunggaling perusahaan. Dalinah sampun kasil gesangipun, sampun ugi emah-emah lan kaparingan momongan, lan Dalinah tetap setya lelados, malah satunggal mobilipun kepareng kangge peladosan kegiatan Sekolah Minggu.
Para Kinasih, cetha sanget tumrap kita bilih para kagunganipun Gusti mboten pareng putus-asa, nanging tetep pitados bilih Gusti Allah tansah paring panuntun lan berkah dhateng para kagunganipun ingkang setya lan tekun ndherek Gusti.
c. Kasetyan lan Ketekunan Kita mboten badhe Muspra.
Rasul Paulus lumantar serat ingkang katujokaken dhateng pasamuwan ing kitha Rum nyebutaken bilih: ”Kabeh wong kang katuntun dening Rohing Gusti Allah, iku dadi putrane Gusti Allah.” (Rum 8 : 14). Ing dinten punika kita punika ingkang pinangka putrane Gusti Allah, awit kita pitados bilih kita katuntun dening Rohing Gusti Allah. Menawi mekaten cetha sanget bilih kita punika minangka ahli waris Keratoning Swarga. Menawi kita dados putrane Gusti Allah lan ahli waris Keratoning Swarga, kita katuntut dening Gusti Allah supados gesang kita tansah miturut Pangandikanipun. Ateges ugi kita kedah setya lan tekun nindakaken dhawuhipun Gusti. Gusti Allah wonten ing Sang Kristus sampun paring jaminan masa depan kita bilih kita mesti saged kasil anggen kita nglampahi gesang. Pangandikanipun Gusti: ”.... sarta Aku wus netepake, supaya kowe padha lunga lan metokake woh lan wohmu iku lestaria, dimen kowe padha kajurungana apa kang kok suwun marang Sang Rama atas saka jeneng-Ku.” (Yokanan 15 : 16b).
Ananging para kinasih, punapa kita ugi sampun setya lan tekun temah kita saged ngedalaken woh ingkang sae? Punapa kita ugi sampun nindakaken dhawuhipun Gusti? Gusti Yesus lumantar Matius 5:48 paring dhawuh: ”Mulane kowe padha sampurnaa, kaya dene Ramamu ing swarga iya sampurna.” Menawi murih sampurna temtu angel, lan Gusti Allah inggih pirsa menawi kita mboten saged sampurna. Nanging kita saged setya lan tekun. Kadospundi wujuding kasetyan lan ketekunan punika? Gampil bab punika, kados ta:
± Tekun lan setya masamuwan, mboten dados kutu loncat (sekedhik-sekedhik lajeng masamuwan dhateng greja sanes), mboten gampil ceklek, mboten gampil ngethek ireng (mutungan)
± Tekun lan Setya ngaturaken panuwun-perpuluhan (pisusung wulanan), pembangunan, lsp.
± Tekun lan setya maos Kitab Suci
± Tekun lan setya ndherek pakempalan pandonga lan panyuraos Kitab Suci
± Tekun lan setya lsp.
Pungkasanipun kita dipun emutaken kaliyan pangandikanipun Gusti wonten I Korinta 15:58 – ”Mulane para sedulurku kang kinasih, kowe padha dibakuh, ditanpa gingsir, lan tansah sregep anggonmu nglakoni ayahane Gusti ! awit kowe padha sumurup, yen ana ing patunggalaning Gusti, kangelanmu mesthi ora muspra.”
Kados pundi punapa kita minangka para putrane Allah ingkang setya lan tekun? Panjenengan ingkang saged paring wangsulan , Amin !!!
v Rancangan Waosan Kitab Suci:
Pawartos Sih Rahmat : Yokanan 15 : 15 – 16
Pitedah Gesang Anyar : Galatia 6 : 7 – 10
Nats Pisungsung : II Korinta 9 : 7 – 8
v Rancangan Kidung Pamuji:
Kidung Pambuka : KPK-BMGJ no. 14 : 1 – 2
Kidung Panelangsa : KPK-BMGJ no. 31 : 1 + 3
Kidung Kesanggeman : KPK-BMGJ no. 54 : 1 + 3
Kidung Pisungsung : KPK-BMGJ no. 188 : 1 – 4
Kidung Panutup : KPK-BMGJ no. 132 : 1, 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar